3. Telling

83 46 71
                                        

Mata Han dan Nara berkedut melihat kejadian langka dihadapannya, bahkan bulu kuduk Han sampai berdiri.

"Na, itu si Luna? Jangan-jangan yang gue bonceng tadi berubah jadi makhluk halus."

"Gue juga gak tahu kalau Luna punya dua kepribadian begitu, mending versi galak nggak si?" Ucap Nara langsung diangguki Han, mereka masih berdiri heran di depan gerbang rumah Han menyaksikan dua insan di depan mereka.

"Hi, Raksa." Sapa Luna malu-malu.

Raksa mengangkat sebelah alisnya, " Mau ngerjain tugas?"

"ah, nggak. Mau ambil file aja buat presentasi." Ucap Luna sedikit gugup karena Raksa menatapnya.

Raksa mengernyit, "Cuma file bukannya bisa dikirim aja lewat WA."

Luna dibuat ketar-ketir dengan pertanyaan Raksa, "anu, itu, sekalian itu, ada urusan di deket sini, iya gitu."

"Urusannya mau ketemu lo Sa paling." celetuk Nara.

Luna berbalik melihat Nara dan Han yang cekikikan, ia mengepalkan tangannya di hadapan muka Nara. "Diem. Atau mati!"

Nara meneguk ludahnya kasar diancam Luna dengan ekspresinya yang berubah bak medusa itu.

Luna berbalik lagi menghadap Raksa sambil tertawa kikuk, "ahaha... gak usah hirauin omongan Nara."

Raksa mengedikkan bahunya acuh, lalu berjalan masuk ke rumah Han.

||

"Ah, itu waktu ulang tahun Han, mereka ke taman bermain, terus maksa Raksa buat pake bando rubah, dianya pake yang beruang. Lucu ya."

"EhTante, ahaha iya lucu. Maaf lihat-lihat hehe." Luna meletakan kembali bingkai foto di tempatnya semula.

"Gak papa, tujuannya disitu kan emang buat dilihat.Luna baru pernah main kesini ya? Oh Iya, ini cobain cookies buatan tante." Ucap Bunda Han sambil tersenyum, dan meletakan sepiring cookies di meja.

Luna tertegun melihat senyum bunda Han yang amat menenangkan, ia lalu melirik foto- foto di sampingnya. 'cih, beda banget senyum si Malika kek barongan, mana nempel si Raksa terus memperburuk pemandangan' Ucapnya dalam hati, lalu duduk di samping Bunda Han.

"Hehe iya Tan. Aduh repot- repot tante, Luna cuma mau ambil flashdisk aja kok"

"Gak repot dong, ini emang tadi pengin bikin aja. Cobain deh, sambil nunggu Han."

"Hehe makasih tante. Tan, emang itu Han sama Raksa nempel terus gitu kayak saudara kembar aja."

Bunda Han tertawa kecil, memerhatikan tiap foto itu , "Lebih ke Han yang maksa buat ngikutin Raksa aja si."

Sudah Luna duga, jika diperhatikan hampir setiap foto mereka berdua, Raksa tampak tertekan.

"Wih, udah akrab aja bunda sama calon mantunya."Celetuk Han begitu keluar kamar setelah berganti pakaian rumahan juga dengan flashdisk di tangannya.

Bunda Han tertawa, berbanding terbalik dengan Luna yang melotot tajam ke arah Han. "Ngaco dia Tan, jangan dengerin."

"Akur-akur deh kalian, bunda mau ke minimarket dulu beli bahan buat masak makan malem."

"Bun, bikinin Nana nasi goreng ya, tadi Han dah janji." Ucap Han diangguki Bundanya lalu duduk di dekat Luna.

"Lah, Nana dimana, gak ikut masuk?" Tanya Bunda sebelum beranjak ke dapur.

"Pulang dulu, mandi katanya."

"Ayo Tante, Raksa anter sekalian mau keluar." Ucap Raksa menghampiri Bunda Han, ia baru saja keluar kamarnya setelah berganti pakaian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Breathing || Renjun (00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang