Prolog

80 11 0
                                    


"Makasih yah kak!” seru seorang gadis menatapku dengan berbinar senang karena barusan sepedanya tercebur ke got sudah terselamatkan walau kotor sudah.

Rara ikut tersenyum melihatnya, “sama-sama. Yaudah cepat pulang yah udah mau maghrib,” jawabnya dengan mengacak rambutnya gemas.

“Iya kakak cantik,” ujarnya dengan senyuman. Mata Rara tak luput memperhatikan gadis itu pergi sampai aku tersadar bahwa Ibu tadi menelpon ku kalau Bapak sedang sakit, darah tingginya kambuh dan asam lambungnya juga sedang naik sampai harus menginap di rumah sakit yang ada di desa.

Rara mengecek saldo M-bankingnya hanya tersisa lima juta, sedangkan ini baru awal bulan dan baru banget empat hari kemarin Rara mengirimkan uang kepada orang tuanya. Sedangkan bulan ini perusahaan Rara bekerja sekarang akan mengadakan piknik bersama, namun tak etis jika Rara ikut namun hanya melihat orang lain berbelanja sedangkan dirinya harus mengirit sedemikian rupa untuk biaya pengobatan Bapak.

Meminta kepada Mas Andi, kakaknya dia juga sedang mengumpulkan biaya untuk kelahiran anak pertama mereka dengan Mbak Sekar, kakak ipar Rara. Mas Andi hanyalah guru SD yang masih honorer dan dia juga penjual bakso di depan rumah mereka untuk sampingan.

“Halo Ibu, assalamualaikum Rara udah transfer uang buat pengobatan Bapak yah,” dengan senyum ikhlas Rara mengabari Ibunya, yang terpenting sekarang adalah kesembuhan Bapak
Tanpa Rara sadari, dari kejauhan tampaknya seorang pria yang memperhatikannya dengan rasa kagum yang luar biasa, yah Adit melihat semuanya dari Rara yang membantu seorang anak kecil sampai menelpon seseorang dengan menampilkan senyum tulus.

Tapi siapa orang yang sedang berbicara dengan Rara?

Ah sudahlah, itukan urusan Rara, terserah dia mau menelpon orang siapa saja.

“Eh gerimis” ucap Adit otomatis langsung melihat kearah Rara yang nampaknya belum menyadari bahwa sebentar lagi hujan akan turun.

Untungnya Adit membawa payung dan bergegas pergi menghampiri Rara sebelum hujan turun semakin lebat.

“Eh huja—an.”

“Eh Mas Adit!” seru Rara kaget ketika membalikan tubuhnya yang gemoy kerena lemak lalu menatap wajah Adit dengan kaget, karena posisi mereka berdua sangat dekat sekali.

“Nanti sakit, jangan main hujan.”

“Eh, Mas.” Makin kaget Rara ketika Adit mengucapkan hal tersebut, membuat Adit makin gemas dengan wanita didepannya ini.

Inilah kisah cinta Rara si gendut bermulai dengan seorang juragan bawang, teman kampung sebelah. Pertemuan Rara dan Adit berawal ketika Bapak Rara menitipkan anaknya kepada Adit di kota ketika Rara kuliah, karena kebetulan pada saat itu sang juragan akan mengantarkan pesanan bawang miliknya ke store-store besar langganannya di kota, jadilah si Rara menebeng kepada sang juragan bawang, Adit.

“Iya ini Mas, hayuk kita pulang”.











🌻🌻🌻🌻

HAI SELAMAT DATANG DI CERITA BARU AKUU🤗🤗🥰😂

SEMOGA KALIAN SUKA YA🤗

AKU TUNGGU ANTUSIAS KALIAN DI CERITA INI DENGAN VOTA DAN KOMEN YAH♥️♥️

DI LARANG PLAGIAT OKAY

karena nulis cerita itu enggak segampang kalian copy dan paste, aku nyari ide, nyari waktu, nyari mood, nyari tenaga buat nulis tuh susah banget loh.

Jadi minta tolong yah hargai apa yang aku tulis♥️

Jadi minta tolong yah hargai apa yang aku tulis♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CINTA SI GENDUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang