BAB 1 : NASIB JOMBLO

73 7 0
                                    

“Kalo udah takdirnya jomblo, gendut, jerawatan, gue bisa apa? Bisa sadar diri sih!”
-Rara

Happy Reading

Drt...DrtDrt..

Dering handphone Rara sudah berbunyi sejak tadi, namun sang empu masih tertidur nyenyak di alam mimpinya.

Seseorang yang berada diluar kostnya menggeram marah dan kesal lantaran sudah setengah jam ia menunggu Rara untuk joging pagi ini di alun-alun kota, yang tak lain adalah sahabat terdekat Rara semenjak kuliah dan sebuah keberuntungan mereka juga bekerja di perusahaan yang sama.

“Kampret, pasti tu anak kunyuk masih molor,” ujar Riri dengan kesal.

Ceklek

“Hai Ri, maaf gue baru bangun, bentar ya siap-siap dulu sepuluh menit,” ujar Rara dengan muka bantalnya.

Riri menghela nafas dengan sabar, “Yaudah ayok cepat,” lalu Riri duduk di kursi yang ada di kamar kost Rara.

Riri melihat laptop dan beberapa lembar kertas masih berantakan di meja belajar si Rara, pasti anak itu tadi malam bergadang untuk menyelesaikan naskah novelnya. Yah, Rara adalah salah satu penulis novel yang awal mulanya menulis adalah sebagai hobby, namun semakin banyak peminat pembaca untuk membaca dan mengapresiasi karya Rara, sampai salah satu penerbit melirik hasil karya Rara.

Rara hanya mandi bebek, dengan 5 kali siraman dan sikat gigi dan cuci muka dia langsung berganti pakaian dengan celana training jumbo dan kaos oversize nya tak lupa mengikat rambutnya.

“Udah Ri, hayuk gas keburu siang!” seru Rara dengan cengiran yang tak merasa bersalah.

“Eman udah siang Rara, lo gadang lagi yah?” tanya Riri menunggu Rara yang sedang mengunci kamar kostnya.

“Iyah, gue enggak enak sama Mas Rehan karena udah janji bakal nyelesain tulisan gue kemarin lusa eh tapi sampai sekarang belum kelar,” jawab Rara menyalakan motor Riri dan mereka pun berangkat ke alun-alun untuk joging.Omong-omong Mas Rehan adalah editor buku yang akan Rara terbitkan sekarang.

Sudah menjadi kebiasaan mereka jika berpergian membawa motor, maka si  Rara yang akan menyetir motor tersebut. Karena badan Rara yang lebih oversize dibandingkan Riri yang kurus kerempeng alias rata. Sungguh pertemanan yang saling melengkapi bukan.

Setibanya di alun-alun mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum mulai joging.

“Satu dua tiga empat lima,”

“Satu dua tiga empat lima,”

Kedua sahabat itu sudah melakukan pemanasan secara cepat, alias cuman tempel kaki, tempel tangan, tempel kepala dan hitung secara singkat. Karena sejujurnya tujuan mereka berlari hanyalah untuk mendapatkan atau berburu jajanan di alun-alun kota dan joging hanyalah sebuah alasan saja. Muehehehe.

“Kita lari sampai berapa putaran nih?” tanya Riri kepada Rara yang sedang menyeka keringatnya, maklum saja badannya itu gampang gerah ditambah berlari kecil begini.

“Empat kali aja, kalo udah kita langsung jajan,” jawab Rara yang di balas anggukan kepala nurut.

Badan Rara yang gemuk dan beberapa jerawat yang ada pipi, dahi, dan dagu itu sering menjadi cibiran orang, bahkan orang-orang yang berada di sekitar Rara sekarang juga memperhatikannya bahkan ada yang membicarakannya. Biasanya orang akan membicarakannya dengan kalimat ‘kamu jangan makan terus, diet coba’ atau ‘kamu enggak malu dengan badan gembrot kamu’ atau ‘udah gemuk jerawatan pula’ atau ‘makanya kalau pakai skincare jangan ganti-ganti mulu’.

CINTA SI GENDUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang