BAB 2 : RARA ENGGAK PEKA

24 3 0
                                    

“Kamu enggak usah diet yah, udah cantik kok!”
-Adit



☘️Enjoy and happy reading ☘️







“Jadi Mas Adit disini sampai hari rabu?” tanya Rara setelah mendengar cerita Adit mengapa ia masih di kota.

“Iyah, karena ada beberapa customer baru yang lumayan besar, jadi Mas sendiri yang harus turun tangan. Takut-takut ada salah penanganan di awal kan, dan untuk survei juga sih.” Jelas Adit lagi.

“Kamu mau nambah satenya lagi?” tawar Adit kepada Rara yang dibalas gelengan dengan mulut yang menggembung lucu menurut Adit. Kini mereka tengah bersarapan di tukang jualan bubur ayam setelah drama sarapan yang dilakukan Riri. Ingatkan Rara untuk mengomeli sahabatnya ini.

“Enggak Mas Adit, Rara udah kenyang kok,” sahut Rara dengan mengelus perutnya yang buncit.

“Kalau makan terus bisa dikira Rara ibu-ibu yang udah hamil tiga kali,” sahutnya lagi dengan gelengan imut.

“Yah gapapa kok, kamu jangan dietlah. Orang sehat begini, nanti kalau diet terus sakit gimana?” tanya Adit menjelaskan. “Lagian kamu udah cantik kok!” seru Adit yang kali ini sukses buat Rara keselek sate telur puyuh.

“Astaga, ini cepet minum dulu,” ujar Adit sambal menepuk-nepuk punggung lebar Rara.

Pria ini kalau ngomong suka asal ceplas-ceplos ya, dia gatau apa hati Rara berdebar kayak pas pertama kali interview lamar kerja.

“Oh iya Mas Adit kalau pulang, aku titip sesuatu yah buat bapak di kampung,” ucap Rara mengalihkan rasa canggungnya. Sebenarnya yang canggung dan malu hanya dirinya sendiri, sedangkan Adit sendiri dia biasa saja.

“Boleh aja,” jawab Adit.

“Bapak kamu udah sehat kok, pas sebelum berangkat ke kota kemarin Mas ngobrol bareng bapak kamu Ra, dia udah kelihatan segar bugar di kebun sedang mencangkul lahan,” ucap Adit menceritakan.

“Alhamdulillah Rara seneng dengernya, tapi bapak tuh yah kalau dibilangin mbok ya nurut gitu Mas, Rara udah bilang istirahat dulu malah bapak tetep kerja,” curhat Rara dengan sedih.

Adit paham, Rara adalah anak yang sangat dekat sekali dengan keluarga, dia begitu menyayangi dan memperhatikan kedua orang tuanya walau dia merantau di kota, yang jauh dari jangkaun keluarga.

“Kadang kita sebagai anak berpikir begitu Ra, tapi namanya juga orang tua jika tubuh mereka dirasa sehat yah akan akan mengerjakan aktivitas seperti biasanya. Mereka hanya ingin mengisi waktu dengan aktivitas yang katanya kalau di rumah saja nambah sakit, mending mereka bekerja,” jelas Adit yang sedikit tau kebiasaan dari mendiang ayahnya dulu, walau pun sakit memaksakan untuk bekerja selama bisa bangun dari tempat tidur, entah itu pergi kesawah, kebun, atau ke ladang bawang.

Setelah mereka selesai sarapan bubur, Adit mengajaknya untuk membeli pupuk untuk bawang merah. Yah Rara ikut saja, dari pada dia gabut di kost-kostan. Riri juga sudah mengabarinya untuk bersenang-senang hari ini.

Bersenang-senang apanya sih, Rara juga semakin dipikir semakin bingung. Adit hanyalah temannya di kampung sebelah, dan kebetulan bapak Rara bekerja di salah satu lahan punya Adit. Rara juga sadar diri sekali jika ingin dekat dengan Adit, siapa dirinya.

“Maaf yah, kamu jadinya nemenin Mas sekarang,” sesal Adit walaupun sejujurnya dia senang sekali bisa berdua dengan Rara.

“Eh gapapa Mas,” jawab Rara dengan cengirannya.

“Selagi tunggu Mas beli pupuk, ini coklat buat kamu barangkali bosan dan mau nyemil Ra,” ucap Adit memberikan coklat 5 batang dengan berbagai merek ternama untuk Rara.

Rara hanya bisa melongo kaget, dia benar-benar shok sekali dengan pria didepannya itu. “Tapi Mas Adit, Rara kan lagi-”.

“Diet?” tanya Adit menyela. “Dengerin Mas ya Rara, kamu itu cantik. Bukan hanya fisik kamu saja yang cantik tapi sikap dan akhlak kamu juga cantik. Jadi walaupun kamu tidak sekurus wanita lain, tapi bagi Mas kamu wanita tercantik kok,” balas Adit dengan melihat kedua mata bulat Rara yang begitu jernih.

Rara boleh salting enggak sih, kayaknya Mas Adit suka sama Rara deh. Eh tapi enggak boleh percaya diri banget, Rara kan bukan siapa-siapa. Ya inget Ra, kamu hanya wanita biasa seperti serpihan rempeyek yang kamu makan.

Setelah membeli pupuk dan keperluan lainnya, Adit mengantarkan Rara pulang ke kostannya siang hari. Tak lupa membelikan makan siang dan cemilan tadi di jalan walau sempat adu mulut dengan Rara terlebih dahulu. Adit hanya tak ingin wanitanya ini sakit dengan aksi diet yang dijalaninya.

‘Wanita’? apa Adit boleh mengaku bahwa Rara adalah wanitanya? Yang pasti dia harus cepat gerak agar Rara tidak diambil oleh pria lain. Atau kalau perlu Adit pulang ke rumahnya dan langsung melamar Rara ke orang taunya.

Katakan saja Adit sudah gila dengan cinta pertamanya itu.



















🌻🌻🌻

Sekian dulu yah, sorry pendek bgt part ini❤️

Sekian dulu yah, sorry pendek bgt part ini❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA SI GENDUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang