“ Kami hanyalah kumpulan beban telantar yang saling tertawa di atas luka. ”
Di sana, bangunan itu didirikan dengan desain yang sederhana juga dikelilingi lapangan yang luas. Bangunan itu menjadi saksi kehidupan kami hingga berada di titik ini.
Di sana, panti asuhan itu berdiri. Memberikan tempat berteduh bagi anak-anak malang seperti kami, menjadi rumah tempat kami kembali saat dunia menghakimi. Menjadi rumah teraman di kala badai menerjang.
Di sana, tempat kami belajar banyak hal, tempat kami tumbuh bersama. Tak bisa ditutupi bahwa kami semua memiliki kisah yang menyiratkan luka.
Di sana, rasa benci itu tumbuh menjadi dendam. Kami memendam segalanya dalam tawa dan senyuman yang hangat. Tapi, memangnya siapa yang tahu tentang luka yang tak pernah mengering itu?
Di sana, ya di sana... di sana semuanya terjadi. Di sana kami mengerti bagaimana kejamnya manusia demi kebahagiaan mereka sendiri. Di sana kami mengerti bahwa ia pantas untuk membalaskan dendamnya.
Di sana, aku berbicara pada pohon yang tumbuh dan angin yang berhembus.
“ Di sana, adalah tempat dimana semuanya terjadi. Menjadi saksi bisu atas kehidupan yang suram namun di tutupi dengan tawa.”
Kata mereka di sana adalah segalanya untuk mereka. Terus berjalan di garis takdir tanpa berani menoleh ke belakang. Kata mereka, mereka adalah anak-anak malang yang beruntung.
Sabtu, 27-Juli-2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sana
Teen FictionBangunan sederhana dengan lapangan yang luas itu, tempat mereka bernaung. Kebahagiaan, kesedihan, dan kekecewaan mereka jalani bersama di sana. Panti asuhan itu yang mereka sebut rumah, tempat kembali yang paling nyaman ketika dunia sedang menghakim...