Chapter 5

30 5 0
                                    



Dijalan 'Dia' masih memikirkan rencana yang dibuat oleh orang tadi, antara ragu, tapi ia juga jadi penasaran. Apa yang akan terjadi jika rencana itu terlaksana.

Dia menghentikan motornya di salah satu minimarket. Terlalu pusing memikirkan rencana itu.

"Jadi sepuluh ribu mas" ucap sang kasir.

Dia pun memberikan selembar uang sepuluh ribu.

"Jaket nya bagus mas, Y itu inisial mas ya" celetuk abang abang kasir.

Dia hanya mengangguk saja, lalu duduk di teras minimarket.

"Gue gak pernah ngelakuin ini, jauh banget sampe masukin mereka ke alam lain. Semoga kekuatan gue masih utuh" monolog nya. Sejujurnya, ia khawatir akan menggagalkan rencana orang itu.

***

Momen langka. Kedua belas remaja yang katanya bersahabat itu berjalan bersama ke kelas.

Banyak pasang mata memperhatikan mereka. Tentu pada heran, karena yang mereka tahu, kedua belas remaja itu tak pernah akur.

"Gue semalem beli donat di minimarket deket rumah gue, gilakkk donat nya enak banget" celetuk Junghwan dengan mata yang berbinar, mengingat semalam ia memakan donat yang sangat enak.

"Hidup lo donat donat donat mulu Hwan, jadi sapi lu ntar" ucap Haruto, mengundang tawa dari yang mendengarnya.

"Lah, apa hubungannya donat sama sapi to?" Dengan polosnya Junkyu bertanya. Ya memang sepertinya donat dan sapi tidak ada hubungannya.

Baru saja Haruto akan menjawab, ada suara yang membuat kedua belas remaja itu menatap kebelakang.

BRAK

Benar saja, Jeongwoo tersandung. Bukannya menolong, mereka malah tertawa, karena Jeongwoo jatuh dengan sangat tidak aesthetic sekali.

"IHHH ANJING YA KALIAN SEMUA, BUKANNYA NOLONGIN GUE" Gerutu Jeongwoo seraya mengusap jidatnya yang sakit karena bersentuhan dengan lantai.

"Ya maap, abis lucu" ucap Jaehyuk yang masih terkekeh.

"Pagi pagi udah ngomong kasar lo woo, gak baik" Asahi memberi tahu Jeongwoo. Yang lain geleng geleng takjub, Asahi kalau sudah bijak begini, mereka akui, gantengnya bertambah.

"Iyadah iya maap" ucap Jeongwoo.

Mereka pun melanjutkan perjalanan nya ke kelas.

Pelajaran pun dimulai.

"Bang Doy, bang Doyoung" bisik Jeongwoo ke Doyoung yang duduk di depannya.

Doyoung yang fokus tentu tidak mengindahkan panggilan Jeongwoo.

Karena tak mendapat respon, Jeongwoo beralih ke Mashiho yang berada di sebelahnya.

Karena takut ketahuan guru, Jeongwoo bicara hanya dengan berbisik bisik saja.

"Cio, bang cio" bisik Jeongwoo.

Mashiho menoleh.

Yes akhirnya Jeongwoo bisa bertanya.

"No sepuluh jawabannya apa?" Tanya Jeongwoo.

Mashiho sejenak melihat buku nya dulu.

"Jawabannya" Mashiho menggantungkan ucapannya.

Jeongwoo merasa greget, namun tak apa, yang penting ia mendapatkan jawabannya.

"Mikir sendiri" lanjut Mashiho, membuat Jeongwoo hilang harapan.

12 Berlian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang