"Kasihan sekali, mereka merasa tinggi padahal mereka tak lebih dari sampah."
–Theresa Whitney.
Hari ini langit biru terhampar luas menyambut langkah siswa siswi SMA yang berbondong-bondong berjalan keluar gerbang sekolahan. Membiarkan angin siang mengelus lembut permukaan wajah mereka, dan menyaksikan beberapa burung berkicau di atas pohon besar milik sekolahan.
Di antara banyaknya kumpulan manusia yang sudah siap kembali ke rumah, Theresa berjalan dengan raut wajah datar di belakang Wony dan teman-temannya. Sejak kedatangannya tadi, Wony seolah sudah menandai Theresa untuk menjadi mainan barunya.
Hal pertama yang Wony lakukan untuk menarik Theresa adalah memasang tampang polos seolah dia adalah anak baik-baik lalu mengajaknya ke kantin setelah itu dia mengajak Theresa untuk bermain bersama sepulang sekolah. Tapi Theresa tidak bodoh, dia tahu semua kebusukan sekolah ini dari pesuruhnya.
Theresa tersenyum manis ketika Yujin— salah satu teman Wony, menoleh padanya. Yujin menggandeng pergelangan tangan Theresa dan menariknya ke sebuah warung. Yujin memesan beberapa minuman bersoda dan kue-kue kecil.
"Lo mau juga gak?" Tawar Yujin.
Theresa menggeleng pelan, "Buat kamu aja."
"Kalo gitu kita bagi dua aja, ya? Gue beli banyak tuh. Anak-anak yang lain pada gak suka soda sama kue di warung ini." Katanya dengan suara yang sengaja di besarkan untuk menyinggung si penjual.
Theresa hanya tersenyum. Ia melirik sang penjual yang sudah tua renta dengan tongkat ditangan kanannya. Theresa tahu, nenek ini tidak berani menegur Yujin karena salah satu anak orang kaya. Sekedar informasi, Wony dan teman-temannya sangat terkenal karena mereka anak orang kaya yang berpengaruh di sekolah ini.
Maka dari itu semua warga sekolah serta beberapa penjual yang ada diluar sekolah mengenal mereka dengan baik. Dalam hati Theresa hanya menghela nafas, dia tidak banyak mengeluarkan suara. Theresa hanya diam menunggu pesanan Yunjin.
"Totalnya jadi dua puluh ribu." Ujar sang nenek.
"Bayarnya besok ya." Hanya itu yang Yujin katakan. Wony dan teman-teman mereka yang lain berdiri tak jauh dari warung, mereka hanya tertawa seolah apa yang baru saja Yujin lakukan adalah sebuah candaan lucu.
"Pantes aja Nona sebel denger namanya, kelakuannya aja kayak Iblis." Batin Theresa.
Tak lama kemudian sebuah mobil mewah datang menjemput mereka. Theresa duduk di kursi tengah, di himpit oleh Yujin dan Gaeul. Sedangkan Wony duduk di samping sopir dan tiga temannya yang lain duduk di kursi belakang.
Sepanjang jalan Theresa benar-benar tidak mengeluarkan suara. Dia hanya diam, mengamati lalu tersenyum tipis. Ah, dia sudah tahu sekarang. Anak-anak ini adalah bocah lemah yang berlindung di balik nama orang tua mereka. Mereka merasa tinggi dan memandang rendah orang lain karena mereka berkuasa, mereka memperlakukan orang lain dengan buruk karena merasa tak ada yany berani menentang mereka.
Tapi sayangnya mereka baru saja melakukan kesalahan. Terkadang memang tidak semua orang bisa kau lawan. Ingat, di atas langit masih ada langit. Sehebat apapun kau jangan pernah meremehkan lawanmu karena sejatinya kau tidak pernah tahu kekuatan apa yang mereka sembunyikan.
Ketika sampai Theresa turun mengikuti kemana Wony dan teman-temannya berjalan.
"Theresa, ini rumah gue. Indah kan? Ujarnya memamerkan rumah besar tinggi berwarna putih dengan nuansa seperti rumah eropa modern.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARASENA [Baemon]
FanficJadi anak sulung keluarga Narasena itu harus kuat. Harus punya bahu yang tegak dan mental yang baja. Menyandang nama besar Narasena bukan semerta-merta karena kamu terlahir dari keluarga itu tapi kamu juga punya tanggung jawab yang besar atas nama t...