Bab 02 : Suasana di Meja Makan

476 63 4
                                    

Calantha mengunyah ayam gorengnya dengan nikmat, meski matanya masih melirik kearah Ruka dengan perasaan takut kalau Ruka tiba-tiba marah lagi. Sesekali ia bergumam bersyukur akan nikmat yang Tuhan berikan lewat masakan enak buatan Severine.

Beruntunglah dia punya kakak yang pandai memasak.

"Jadi? Apa yang perlu lo jelasin?"

Suasana di meja makan semakin canggung dan mencekam. Entah kenapa aura sulung Narasena ini selalu menikam tiap kali dia sedang marah. Eleanor menelan ludah susah payah, bagaimana caranya menjelaskan kalau Ruka saja mengeluarkan aura tidak mengenakan?

Tapi apapun itu Eleanor tetap membuka suara, dia mulai menjelaskan perlahan-lahan agar Ruka paham. Eleanor juga memberi tahu mengapa dia hanya diam saja saat di rundung. Katanya karena dia malas mencari gara-gara, toh apa yang di lakukan oleh mereka tidak membuat Eleanor depresi lalu bunuh diri. Katanya.

Ruka memijat pelipisnya, "Meski lo gak bakal bunuh diri tapi lo harus tetep cerita ke kami. Jangan mendem semuanya sendiri, gue ngerasa gagal karena gak bisa melindungi lo."

"Iya kak, maaf.." Eleanor menunduk merasa bersalah.

"Buat apa gue ada kalau lo gak mau melibatkan diri gue di kehidupan lo? Apa yang terjadi sama lo menjadi tanggung jawab gue, dek. Lo jangan ngerasa semua bisa lo atasin sendiri, gue tau lo masih butuh gue, masih butuh mereka, lo masih butuh kami saudara-saudara lo buat merangkul dan mendukung lo. Jadi jangan pernah mendem semuanya sendirian lagi, paham?"

Sekali lagi Eleanor mengangguk pelan, "Iya paham kak Ruka."

"Bagus. Lo makan aja besok gak usah masuk dulu mending istirahat, besok Rosalyn juga belum masuk karena dia masih belum pulih dari demam jadi lo ada temen. Urusan si Wony-Wony tai kucing itu biar gue yang urus."

"Tapi ka—"

"Gausah bantah."

Sontak Eleanor langsung terdiam. Mana berani dia melanjutkan kata-kata kalau Ruka sudah bertitah. Gadis berusia 22 tahun ini benar-benar pemegang kuasa dirumah selain Ayah.

"Mampus deh si Wony kalau kak Ruka udah turun tangan." Bisik Rosalyn di tengah acara makan.

Eleanor mengangguk singkat. "Tapi kak Ruka nanti bisa beradu sama kakak dia juga."

"Yaudah gapapa, malah bagus dong? Biar kakaknya sekalian di gibeng sama kak Ruka juga!" Seru Rosalyn.

"Hmm bener juga, lagian siapa sih makhluk Jakarta yang berani sama kakak sulung kita?" Eleanor terkekeh membuat Rosalyn ikut terkekeh.

Karena terlalu sibuk dengan masalahnya sendiri Eleanor sampai lupa kalau dia punya kakak perempuan yang tidak kalah bengis dari para perundung di sekolahannya.

.

.

Keesokan harinya Eleanor dan Rosalyn sama-sama tidak masuk. Pada jam sebelum bel masuk Wony dan circlenya sibuk mentertawakan duo tengah Narasena itu.

"Kemarin aja sok belagu ngelawan kita taunya besoknya malah gak masuk."

"Iya lemah banget haha."

"Tau gitu kemarin sekalian gue sirem pake air panas aja mukanya."

"Lagian buat apa sih dia marah? Kan kembarannya emang tolol, penyakitan lagi."

Salah satu teman dekat Eleanor yang mendengar itu pun mendengus tak suka, "Dasar bocah gila."

Namun Wony dan teman-temannya tidak dengar apa yang sosok itu katakan. Tak lama kemudian terdengar bunyi bel yang menandakan jam masuk. Semua siswa siswi kelas XII MIPA 1 kembali ke kursi masing-masing dan menunggu bu Rose guru seni budaya sebagai mapel pertama mereka di hari rabu.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa bu Rose yang baru datang dengan seorang anak perempuan.

"Siapa itu?"

"Dia anak baru ya?"

"Woah cantik banget gila!"

Bisikan-bisikan itu terdengar sampai ke telinga Bu Rose. Dengan sabar bu Rose menyuruh mereka semua untuk diam dan mempersilahkan si anak baru untuk memperkenalkan diri.

"Halo perkenalkan nama saya Theresa Whitney. Senang bertemu dengan kalian!" Ujarnya ramah.

"Berhubung kelas kita kekurangan meja dan kursi Theresa boleh duduk di kursi belakang untuk sementara, nanti kalau yang punya kursi sudah masuk kamu bakal pindah ke kursi lain yang akan di antarkan ke kelas ini."

"Baik bu Rose."

Wony menyeringai melihat tampang Theresa yang teramat polos menurutnya. Anak baru ini bisa menjadi mainanan sementaranya saat Eleanor tidak masuk.

"Hai, kenalin gue Wony." Sapanya ketika Theresa melewati tempat duduk Wony.

"Oh iya, hai juga Wony!"

"Nanti istirahat mau ke kantin?"

"Eum boleh deh."

Wony semakin menyeringai.

Target sudah masuk jebakan.

.

.

"Anor, kenape sih kayak fokus amat? Ngeliatin apa lo?" Rosalyn berbaring di samping Eleanor yang sibuk berkutat dengan ponselnya.

"Ini si Raka ngechat gatau deh kenapa."

"Dih? Dia masih deketin lo?"

"Udah enggak. Tapi katanya Wony sama temennya ngatain kita terlebih gue."

"Ngatain apaan?" Tanga Rosalyn penasaran.

"Kepo lu cil."

Rosalyn mendengus sebal mendengar jawaban kembarannya.

"Eh kata Raka ada murid baru di kelas kita, cewek cantik. Namanya Theresa Whitney."

"Hm? Theresa Whitney? Kayak gak asing deh."

"Lo kenal?" Eleanor mengalihkan pandangan ke arah Rosalyn tapi sedetik kemudian Rosalyn mengangguk singkat.

"Kayaknya sih pernah denger kalo gak salah kak Ruka sempet nyebut nama dia di telfon beberapa minggu lalu."

"Wow," Eleanor kembali memandangi rupa si murid baru dari foto yang dikirim oleh Raka.

Entah mengapa beberapa menit setelah memandangi foto itu Eleanor perlahan menyeringai, "Let's take a look at the game."

ooOoo

Theresa Whitney

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theresa Whitney

Unknown —

NARASENA [Baemon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang