Bab 01 : Tentang Narasena Bersaudara

1K 76 3
                                    

Malam itu kediaman keluarga Narasena tampak damai dari sebelum-sebelumnya. Pasalnya sang kepala keluarga sedang tidak ada dirumah tentu saja itu menjadi salah satu faktor kedamaian yang ada di kediaman keluarga ini.

"kak Ruka, buku gue ada di lo kan?"

"Buku yang mana? Gak ada tuh,"

"Itu loh, buku catetan gue."

Ruka menaikan sebelah alis dengan rasa bingung ia hanya menggeleng pelan membuat gadis cantik di depannya menghela nafas lelah. Sudah kali keberapa kakak sulungnya menjadi pelupa?

"Kak, gue tau lo udah tua tapi gak sepikun ini kali."

"Sialan. Lo pikir gue setua apa huh?" Sinisnya lalu kembali sibuk berkutat dengan ponsel di tangannya.

"Lo udah tua sih, inget lo yang paling tua."

"Huft.." Ruka diam tidak kembali membalas. Percuma saja, berdebat dengan si bungsu memang menghabiskan energi.

"Cal, denger ya. Gue udah kuliah sedangkan lo masih SMA jadi buat apa gue nyimpen buku lo itu? Gak guna buat gue."

Calantha terdiam kemudian mencari-cari balasan apa yang cocok untuk pernyataan si sulung. Meski apa yang di katakan Ruka benar tapi Calantha ingat dia sempat melihat buku catatannya di meja belajar Ruka.

"Tapi gue kemarin liat buku catetan gue ada di meja belajar kamar lo."

"Gak ada. Itu buku Roxa dia nitip."

Dan setelahnya Calantha hanya ber-oh-ria lalu berlari kecil menuju lantai atas. Tujuannya saat ini adalah kamar si sulung untuk memastikan apakah itu benar buku Roxa atau malah buku miliknya. Bisa gawat kalo sampai besok Cala tidak membawa buku itu, bisa-bisa di geprek Miss Lisa.

"Jangan lari!" Teriaknya memperingati.

Namun sepertinya Cala tidak mendengarkan. Ruka hanya menggeleng lalu tersenyum tipis. Bukankah suasana rumah seperti ini lebih terasa tenang dan damai dibanding harus di isi dengan tangis serta keributan?

Jujur Ruka sudah lelah, dia lelah menanggung semua beban yang di limpahkan kepada dirinya. Sebagai anak paling tua, Ruka sadar bahwa dia sedang mengemban tanggung jawab yang besar untuk adik-adiknya.

"Tolol. Bangsat. Anjing. Sialan."

Belum sempat Ruka merasa tenang tiba-tiba berbagai macam umpatan terdengar dari arah pintu utama. Dengan cepat Ruka mengalihkan pandangan dan menemukan adik ketiganya kembali dengan tubuh penuh luka dan lebam.

"Astaga Eleanor! Badan lo kenapa?!"

Ruka berlari menghampiri Eleanor yang berhenti di ambang pintu. Ia baru teringat kalau hari ini kakak sulungnya tidak punya jadwal kuliah. Aduh, mampus deh. Kalau begini bukan hanya mati diluar, Anor juga bisa mati di dalam rumah.

"Eh kakak, hehehe..."

Eleanor meringis pelan kala Ruka menyentuh luka di wajahnya. Mata bulat yang biasanya memancarkan keceriaan kini mulai meredup seolah menandakan bahwa sang pemilik sedang tidak baik-baik saja.

"Siapa?" Tanya Ruka tajam.

"Ap—"

"SIAPA YANG BUAT LO JADI GINI BANGSAT?!"

Eleanor terdiam. Seumur hidup mereka menjadi saudara, tidak pernah sebelumnya Anor melihat Ruka menjadi semarah ini sampai berteriak di depan wajahnya. Anor menunduk menahan tangis. Tidak, dia tidak boleh menangis. Ini bukan saat yang tepat.

Ayo tahan Anor. Sebentar lagi. Kamu bisa menangis sepuasnya di kamar. Hanya kamu seorang.

Teriakan Ruka menarik atensi yang lain membuat satu persatu saudarinya keluar.

NARASENA [Baemon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang