Theresa berdiri di depan gerbang rumah besar milik keluarga Narasena. Rumah mewah bergaya eropa dengan dominan warna putih itu terlihat seperti istana di mata Theresa. Padahal dia sudah sering keluar-masuk rumah ini tapi ia masih suka takjub hingga saat ini.
Dua kaki jenjangnya melangkah memasuki rumah tanpa mata yang awas tak seperti biasanya. Sebab hari ini dia sengaja akan menampakan diri di depan dua adik Nonanya.
Saat masuk, Theresa di sambut oleh senyum ramah beberapa pelayan yang sedang bekerja di dalam. Beberapa pelayan memang sudah mengenal Theresa namun ada beberapa juga yang masih asing dengan wajahnya.
"Nona Theresa, kamu datang lagi? Tapi Nona Ruka enggak ada dirumah." Ujar kepala pelayan yang baru menghampiri Theresa.
"Saya bukan ingin menemui Nona, Bi. Tapi saya di perintahkan oleh Nona untuk menemui Nona Anor dan Nona Rosalyn. Apakah mereka ada?" Theresa bertanya dengan senyum manis.
"Tentu saja ada. Sebentar ya, saya panggilin mereka dulu." Si kepala pelayan itu pun bergegas menuju lantai atas. Tempat kamar duo kembar berada.
Sedangkan Theresa hanya tersenyum sebagai balasan lalu duduk di salah satu sofa ruang tamu. Keluarga Narasena benar-benar luar biasa, bahkan sofa ruang tamu milik mereka terasa seperti kasur king size empuk saat di duduki.
Tidak sampai lima menit Theresa menunggu, sebuah suara tegas dari belakang menarik atensinya. Ia menoleh mendapati duo kembar Narasena kemudian tersenyum saat melihat Rosalyn si gadis pirang sedikit terkejut kala melihat wajahnya.
"Lo—"
"Benar, Nona. Saya Theresa Whitney yang ada di foto yang teman Nona Eleanor kirim kepada kalian." Seolah tahu, Theresa memotong ucapan Rosalyn lebih dulu sebelum si empu menyelesaikan kalimatnya.
"Kok lo bisa tahu?" Kini Eleanor yang terkejut.
"Terkejut, bukan? Haha. Mari duduk dulu Nona nanti saya akan jelaskan."
Meski bingung namun kedua anak Narasena itu tetap duduk setelah di persilahkan oleh Theresa.
"Berasa kita tamunya, Nor." Bisik Rosalyn.
Eleanor mengangguk kecil. "Emang kelewatan nih bocah. Suruhan kak Ruka, ya?"
"Iya benar, Nona. Saya suruhan kakak kalian."
Kedua anak Narasena itu kembali terkejut ketika Theresa menyahuti bisikan Eleanor. Padahal Eleanor merasa bahwa dia sudah mengatakannya sekecil mungkin. Bagaimana orang ini masih bisa mendengar? Aneh sekali.
"Ekhem, coba jelasin maksud kedatangan lo kesini ngapain." Karena malu, Eleanor pun segera mengganti topik.
"Maaf sebelumnya jika saya sedikit lancang, Nona. Saya datang kemari karena di suruh oleh Nona Ruka untuk menemui Nona sekalian tanpa alasan." Jawaban tidak memuaskan dari Theresa membuat Eleanor dan Rosalyn mengerutkan dahi.
"Buat apa, ya? Kami gak perlu dijagain kok." Jawab asal Rosalyn.
"Saya juga tidak berminat untuk menjaga Nona berdua kok." Kini Theresa kembali menjawab dengan senyum manis yang senantiasa terpatri di bibirnya.
Rosalyn menatap cengo pada gadis itu. Apalagi Eleanor yang wajahnya sudah tidak bisa di deskripsikan.
"Kakak nemu orang kayak dia dimana sih?" Rosalyn kembali berbisik pada kakaknya.
"Aneh gak sih? Kok ada suruhan kak Ruka yang berani kayak gitu sama kita."
"Iya kan? Biasanya pada takut semua."
"Ssshh, jangan gede-gede nanti dia denger."
Baik Eleanor maupun Rosalyn kembali mengalihkan pandangan ke arah Theresa. Sedangkan Theresa hanya tersenyum simpul sambil menatap bingung kepada dua kembar Narasena di hadapannya.
"Ck." Eleanor berdecak sebal."Apa kata kak Ruka?"
"Nih baca sendiri." Ia menyodorkan handphone miliknya kepada Rosalyn.
Saat Rosalyn sedang sibuk membaca isi chatnya dengan Ruka, Eleanor malah sibuk meneliti wajah sosok tak asing di depannya ini.
"Lo sering bolak balik rumah ini, ya?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Theresa sedikit terkejut. Hal itu menimbulkan seringai tipis dibibir Eleanor.
"Nona tahu?"
"Pergerakan lo mudah dibaca." Sahut Eleanor santai.
"Hebat. Padahal saya sudah sehati-hati mungkin." Puji Theresa dalam hati.
"Benar, Nona. Saya sering keluar masuk rumah ini hanya jika di butuhkan oleh Nona Ruka."
"Wah anjir kak Ruka nyebelin!" Ujar Rosalyn menyela obrolan kedua makhluk di dekatnya.
"Kenapa dia selalu nyebelin kalau di chat?"
"Di aslinya juga nyebelin kok." Kata Eleanor kembali mengalihkan atensi kepada Theresa.
"Kak Ruka bilang, lo di suruh kesini buat jagain kami tapi kami gak butuh penjagaan dari lo. Jadi, mending lo angkat kaki dan keluar dari rumah ini, oke?" Eleanor tersenyum tipis memandang lurus kearah Theresa dengan kepala sedikit di miringkan.
Terkesan sangat mengusir dan sedikit sombong namun ia tidak peduli.
"Baiklah jika itu mau Nona, saya permisi."
Theresa berdiri lalu membungkuk hormat pada keduanya kemudian berjalan keluar pintu meninggalkan perkarangan rumah Narasena.
"Eh ... Udah? Gitu aja?" Rosalyn bermonolog heran, ia memandangi sang kembaran yang nampak acuh.
"Ayo balik ke kamar, Lyn."
Meski merasa heran sekaligus janggal, Rosalyn tetap mengikuti Eleanor dari belakang.
Sedangkan diluar rumah Narasena, Theresa terkekeh pelan.
"Adik Nona benar-benar diluar dugaan, ya." Ia meronggoh saku celana dan mengeluarkan benda tipis persegi empat miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARASENA [Baemon]
أدب الهواةJadi anak sulung keluarga Narasena itu harus kuat. Harus punya bahu yang tegak dan mental yang baja. Menyandang nama besar Narasena bukan semerta-merta karena kamu terlahir dari keluarga itu tapi kamu juga punya tanggung jawab yang besar atas nama t...