2

1.2K 73 22
                                    

Drttt!!!

Drttt!!!

"Kakashi-kun, sudah mau pulang?"

Suara Rin terdengar dari seberang telfon. Hari sudah mulai gelap, tapi aku masih mengerjakan beberapa laporan penelitian ku. Sebentar lagi akan libur semester, jadi ada banyak tugas yang harus ku lakukan.

"Belum, masih ada beberapa hal yang harus ku kerjakan. Ada apa?" Aku masih sibuk mengetik.

"Um, aku sedang menginterview calon helper kita. Aku rasa aku dan Hani lumayan cocok dengannya, aku ingin tahu pendapatmu."

"Oh ya? Kalau begitu pekerjakan saja dia."

"Kakashi sensei, kami duluan ya."

Aku menjauhkan ponsel ku sebentar lalu mengangguk pada Asuma dan Kurenai yang berpamitan pulang.

"Halo?" Tanya Rin lagi.

"Iya sayang, aku akan pulang terlambat, jangan tunggu aku untuk makan malam ya."

"Hai, jangan pulang malam malam. Hani sudah mencarimu sedari tadi."

"Oke, sebentar lagi."

"Sensei belum selesai?" Kini Iruka yang telah siap dengan tas besarnya. Aku segera mematikan telfon untuk mengejar waktu.

"Sedikit lagi, kau sudah selesai?"

"Iya, kalau begitu aku pamit duluan ya. Jangan lama lama di kantor, istrimu sudah menunggu."

Aku tertawa sambil mengiyakannya. Kini hanya tinggal aku sendiri di ruang guru. Biasanya, aku akan menyelesaikan tugas ku lebih cepat dari guru lain. Tapi akhir-akhir ini aku sering kehilangan fokus sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas ku seperti biasa. Pikiran tentang apa yang terjadi beberapa hari lalu terus mengganggu ku. Rasa menyesal selalu menghantui ku.

Satu jam kemudian, pada pukul 7 malam aku menyelesaikan semua tugas ku. Seharusnya aku bisa menyelesaikan tugas ini dalam kurun waktu setengah jam, tapi pikiran ku berputar putar entah kemana. Terkadang memikirkan wajah Rin dan Hani, terkadang wajah anak itu. Aku bahkan enggan memikirkan namanya. Anak itu selalu menatapku setiap kali aku mengajar, aku bahkan sudah tidak berani menegurnya agar fokus dalam belajar.

Aku mengemaskan laptop, beberapa buku dan jurnal. Begitu selesai, aku mematikan lampu ruangan dan menuju ke ruangan ku. Aku harus meletakkan buku-buku dan jurnal ku disana, selain itu aku juga meninggalkan  tas ku disana.

"Sensei, baru selesai?"

Sial! Aku membuka pintu lebar- lebar begitu melihat wajah anak itu. Aku tidak ingin mengulang kejadian yang akan ku sesali lagi. Anak itu duduk di kursi ku dengan santai sambil memainkan ponselnya.

"Hinata, keluar dari sini."

Aku segera menuju meja ku. Beberapa barang yang ku tinggalkan sudah tersusun rapi. Mungkin anak ini pelakunya.

"Keluar." Aku meletakkan barang-barang bawaan ku dan menarik tangannya.

"Akhh! Sensei..."

Anak itu ku seret hingga terjatuh di lantai. Entah ia berpura-pura atau memang terjatuh. Aku tidak mau menolongnya, ku biar kan ia bangun sendiri tapi ia justru mendramatisasi.

"Kau tahu sekolah ini penuh CCTV kan, kenapa kau disini?"

"Aduhhh.." Anak itu melenguh. Ku perhatikan lututnya sedikit kemerahan.

"Keluar dari sini. Lupakan kejadian kemarin. Bersikaplah normal, Hinata."

"Aduhhhh.. Hiskkk.. Hiskkk.. Sakit.. "

The Bad TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang