- ★ donat

32 4 1
                                    

jiya laili putri, walau lebih sering disapa jiya itu tampak sibuk dengan adonan kue di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jiya laili putri, walau lebih sering disapa jiya itu tampak sibuk dengan adonan kue di depannya. jemari lentiknya tampak handal menguleni adonan donat yang hendak ia buat.

"bun, ini udah belum sih?" tanya jiya pada wanita paruh baya di sampingnya. yang dipanggil bunda itu langsung mendekat.

"udah, abis dibentuk langsung goreng aja." sahut bunda seraya tersenyum, merasa bangga karena putrinya sudah bisa membuat donat.

keluarga jiya memang memiliki toko donat, sang bunda lah yang mengelola. nanti jika jiya lulus kuliah, semuanya akan dikelola oleh jiya. makanya gadis itu lebih sering pergi ke toko donat setelah pulang kuliah dibanding pulang ke rumah.

bel berbunyi, tanda pelanggan datang.

jiya sedikit heran dengan tingkah pelanggan tersebut, laki-laki itu hanya diam di depan pintu menatap kosong ke depan. ke arahnya.

jiya jadi merinding.

"bun..." cicit jiya pelan.

sang bunda refleks memandang ke arah pintu masuk, detik berikutnya tersenyum.

"angkasa, donat biasa ya?"

jiya membulatkan matanya kaget, ternyata bundanya kenal?

angkasa yang terdiam pun langsung mengerjap pelan, mengangguk kecil lalu melangkah mendekat tak banyak bicara.

"bun, kenal?" tanya jiya pelan.

"langganan," sahut bunda dengan tangan sibuk memindahkan berbagai varian donat ke dalam kotak.

jiya ikut membantu menyiapkan kantung kresek, lalu berjalan menghampiri angkasa yang berdiri tepat di depan mesin edc.

"bayarnya mau cash atau debit?" tanya jiya, angkasa menipiskan bibirnya. mengambil kartu atm di dompet lalu menjulurkannya ke depan jiya, lagi-lagi tak banyak bicara.

jiya mengembungkan pipinya sejenak sebelum akhirnya meraih kartu atm angkasa.

"totalnya jadi 135.000 ya, silakan pinnya."

angkasa lagi-lagi langsung mengetikkan pin tanpa banyak bicara.

"ini donatnya, terima kasih!" jiya berkata ramah seraya tersenyum.

"makasih bu—" asa mengangguk kecil ke arah bunda yang dibalas senyuman, lalu menoleh memandang jiya dan mengganggukan kepala.

"permisi." cicitnya pelan.

"bun, emang jarang ngomong ya anaknya?" tanya jiya penasaran.

"nggak kok, angkasa justru banyak tanya kalo sama bunda."

"lah barusan?????"

"lagi sakit gigi kali," sahut bunda asal.

— ★

Kak! [Asahi - Jiyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang