Suara dari speaker kembali terdengar, satu per satu dari mereka terbangun. Melamun, memproses apa yang sebenarnya terjadi.
Lee Yoonseo orang yang pertama berdiri dan melangkah ke dekat jendela yang pecah.
Tiba-tiba seluruh ponsel berbunyi bersamaan dengan suara speaker yang kembali terdengar, semua orang sibuk memeriksa ponsel masing-masing.
"Sebelum pemungutan suara terakhir ditutup. Polisi menggunakan keahlian mereka.
Choi Juwon di eksekusi oleh mafia.
Choi Juwon adalah mafia.Semua peserta, identifikasi mafia dam mulai memilih."
"Dimana Juwon?" tanya Yoonseo, tapi tidak ada yang tahu keberadaan Juwon.
Aera sendiri hanya diam, masih mencerna kejadian aneh yang dialaminya beserta yang lainnya dari semalam.
Aera melihat sekeliling, semua orang terlihat bingung dan ketakutan. Aera juga melihat Dabum diam-diam pergi.
"Siarannya," Park Wooram, tiba-tiba berbicara sambil menunjuk speaker yang berada disudut. "Siapa yang bertanggung jawab atas siaran ini?" lanjutnya. "Kenapa itu bahkan menyala?" teriakan Wooram mengejutkan beberapa orang.
"Ruang siarannya ada di lantai dua. Ayo kita periksa." beberapa orang langsung berlari menuju ruang siaran.
"Kamu baik-baik saja?" Kyungjun akhirnya buka suara, berbisik pada Aera menanyakan keadaannya.
"Setelah apa yang terjadi? Tentu saja tidak." balas Aera berbisik. "Punggungku juga sakit, mungkin karena tidur di lantai." lanjut Aera mengeluh.
Kemudian terdengar suara teriakan laki-laki. Lee Yoonseo orang yang pertama lari menuju sumber suara, diikuti yang lain.
Sedangkan Aera tidak, ia malah menggeser sedikit duduknya agar bisa bersandar pada dinding yang ada di belakangnya.
Aera tidak ingin tahu apa yang terjadi disana, karena orang itu berteriak, Aera rasa itu sesuatu yang buruk, ia tidak ingin menambah beban pikirannya.Aera hanya duduk disana sambil memeriksa ponselnya yang masih tidak ada sinyal, bahkan baterai ponselnya masih di angka yang sama saat terakhir kali Aera lihat.
Beberapa menit berlalu, aplikasi game mematikan itu menampilkan pemberitahuan pesan masuk.
Kim Junhee
Tinggalkan gedung sekarang. Cepat!Tidak butuh waktu lama, Aera melihat mereka berlarian. Kecuali tiga orang paling belakang yang berjalan dengan santai ke arahnya.
"Ayo." Kyungjun berdiri di depannya sambil mengulurkan tangannya.
Tanpa bicara Aera menerima uluran tangan itu dan Kyungjun menariknya sampai berdiri.
Seungbin dan Jinha berjalan di depan dengan tergesa-gesa, sedangkan Aera Kyungjun berjalan santai di belakang keduanya.
Saat akan keluar gedung, Aera tidak sengaja melirik ke arah jendela yang menampilkan bayangan dirinya.
"Oh? Aku masih memakainya." gumam Aera saat melihat dahinya masih terdapat plester demam disana.
Aera berhenti berjalan dan membuka plester itu perlahan. Kyungjun yang sudah di luar pun menghentikan langkahnya begitu merasa Aera tidak ada di dekatnya.
Belum sempat Kyungjun berbicara, ponsel semua orang kembali berbunyi disusul dengan suara speaker.
"Permainan harus berlangsung di dalam batasan.
Permainan harus berlangsung di dalam batasan."
"Apa-apaan? Bahkan di luar pun suara itu masih ada?" tanya Aera yang sekarang sudah keluar dari gedung juga.