15

123 17 1
                                    

"Ini," ucap Aera sambil memberikan ponsel Kyungjun pada Junhee. 

Junhee menerimanya dan memasukan ponsel Kyungjun ke saku celananya. 

"Oh? Kamu terluka?" tanya Aera, tangannya refleks menyentuh luka di sudut bibir Junhee. 

Junhee meringis, walaupun hanya luka sedikit tapi itu cukup sakit bila disentuh. 

"Maafkan aku." Aera ikut meringis, merasa bersalah karena sudah membuat Junhee kesakitan. 

"Tidak masalah."

"Ayo ke ruang kesehatan, lukamu perlu diobati." ajak Aera dan Junhee menyetujuinya. 

Keduanya pun langsung berjalan beriringan menuju ruang kesehatan. 

Begitu sampai di ruang kesehatan, Aera langsung mencari obat untuk luka Junhee. 

"Bagaimana menurutmu?" tanya Junhee yang sudah duduk di pinggir brankar. 

"Apa?" tanya Aera bingung dengan topik yang dibahas Junhee. 

"Di antara Jinha dan Kyungjun."

"Mereka warga."

"Kenapa kamu begitu yakin mereka berdua adalah warga?"

"Karena mereka tidak mungkin mafia." balas Aera yang sekarang sudah duduk di kursi samping brankar, keduanya duduk saling berhadapan. "Sebagian besar waktu yang aku habiskan di tempat ini, yaitu bersama Kyungjun, Jinha dan Seungbin. Mereka payah dan sudah jelas mereka hanya warga."

"Lalu bagaimana dengan semua bukti yang tertuju pada mereka?"

"Entahlah, mungkin mereka hanya berada di tempat itu pada waktu yang salah." jawab Aera. "Bisa saja ini ulah mafia? Mungkin mafianya punya dendam pribadi pada mereka bertiga." lanjut Aera. "Kalau dipikirkan lagi, bukankah mafia nya sangat pintar? Maksudku, semalam dia membunuh Seungbin dan membuat Jinha seolah-olah adalah pelakunya, kemudian tiba-tiba saja ada yang meninggal di siang hari dan Jinha serta Kyungjun yang dituduh. Pada akhirnya kita akan memilih salah satu di antara keduanya untuk di eksekusi dan malamnya satu di antara dua orang itu yang tidak terpilih akan di eksekusi oleh mafia." jelas Aera. 

Junhee mendengarkan semua perkataan Aera dengan hati-hati, mencerna semua kemungkinan yang dikatakan oleh Aera. 

Aera selesai mengobati Junhee, kemudian memandang Junhee tepat di kedua matanya. "Boom! Dendam terlaksana, trio itu menghilang dalam kurun waktu 24 jam."

Junhee terdiam, perkataan Aera masuk akal dan jujur saja, bila tidak ada kejadian seperti hari ini, ia sendiri bingung harus memilih siapa dan Junhee juga yakin yang lain juga merasakan hal yang sama. 

Saat Aera dan Junhee sedang sibuk dengan pikiran masing-masing, pintu ruang kesehatan diketuk, mengagetkan keduanya. 

"Apakah sudah selesai?" itu Yoonseo yang datang bersama Jungwon. 

"Mereka akan mencurigai kita jika datang terlambat untuk berkumpul." sambung Jungwon. 

"Baiklah. Ayo pergi." ucap Junhee. 

Aera berdiri terlebih dahulu dan segera berjalan menuju pintu dan langsung diikuti oleh Junhee. 

Yoonseo dan Jungwon juga langsung mengikuti langkah Aera dan Junhee. 

Mereka berempat menuju ke sebuah ruangan untuk mendiskusikan siapa yang harus dipilih. 

Saat sampai disana, masih ada beberapa yang belum datang, jadi mereka harus menunggu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Night Has ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang