chapter 1 : second life?

310 36 7
                                    

"Apa... Yang terjadi?" Ucap Belial dengan penuh kebingungan.

Belial kembali menatap tangannya yang masih menggantung di udara hendak mengambil plasma spark. Namun perhatiannya segera teralihkan ke tangannya saat dia menyadari corak silver dan merah yang ada. Dengan terkejut matanya segera menelusuri seluruh tubuhnya yang terasa begitu familiar. Benar saja, Itu adalah wujudnya yang dulu. Wujudnya sewaktu muda, sebelum dia dirasuki oleh Rayblood. Kesadaran akan situasi yang semakin rumit ini hanya menambah kebingungan Belial.

Tapi sebelum Belial selesai memproses kebingungannya. Dia segera dikejutkan oleh Ultraman Ken yang kebetulan melihat aksinya. "Belial? Apa yang kau lakukan?!"

Belial yang terkejut dengan refleks segera menarik tangannya menjauh dari plasma spark. "Ini tidak..." Belial tak tahu harus berkata apa. Yang pasti, Belial sadar kalau Ken pasti mengira dia hendak mencuri plasma spark. Padahal Belial sama sekali tak tahu kenapa dia ada di sini.

Ultraman Ken segera menghampiri Belial dengan penuh tanda tanya. Dia sama sekali tidak menyangka sahabatnya mencoba menyentuh Plasma Spark yang suci itu.

Sementara Belial hanya diam menatap Ken yang kini ada di depannya, perhatiannya lagi-lagi teralihkan saat melihat penampilan dari teman lamanya itu. Ken terlihat memiliki tanduk yang lebih kecil, seolah Ken yang ada di depannya saat ini adalah Ken yang masih muda.

"Kau--" Belial benar-benar kebingungan dengan keadaannya, sehingga dia tidak tahu harus berkata apa di situasi ini.

Namun dia segera dikejutkan oleh kedatangan Ultra lain yang menyadari keberadaan dirinya dan Ken serta Aksi mengambil plasma spark yang hampir dilakukan Belial, membuat mereka segera menangkap Belial.

Belial yang masih di penuhi kebingungan di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya hanya berdiam diri saat dia di tangkap oleh para ultra lain.

"Apa... yang sebenarnya... Terjadi?" Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalanya tanpa henti.

"Apakah ini kejadian di masa lalu? Mengapa aku di sini? Bukankah aku seharusnya sudah mati setelah diserang oleh anakku sendiri?" Belial terjerumus dalam labirin kebingungan, mengabaikan upaya ultra lain yang mencoba mengusirnya ke tempat perasingan. Dan hanya mengikuti mereka tanpa perlawanan.

"Semuanya terasa seperti terulang... Apakah aku benar-benar kembali ke masa lalu? Tapi mengapa?" Belial bergumam, kebingungannya semakin merajalela tanpa jawaban yang memuaskan.

Belial terus terbang ke tempat pengusiran, diiringi oleh para Ultraman lain, termasuk Ultraman Ken.

Pikirannya kembali ke masa lalu, saat tragedi Ultimate War terjadi. Yang menjadi titik balik kehidupan Belial saat itu. Saat di mana dia merasa tersingkirkan oleh popularitas dan prestasi Ken setelah berhasil mengalahkan Empera seijin. Dan ketika Ken diangkat menjadi komandan intergalactic defense force, rasa iri dan kesal Belial semakin memuncak.

***


"Lagi-lagi Ken! Mengapa selalu harus Ken?!" pikir Belial, mengingat bagaimana Marie seolah selalu berpihak pada Ken. Baik saat Marie memberikan pedang suci milik keluarganya pada Ken alih-alih pada dirinya. Atau saat Marie ikut senang dengan promosi yang didapatkan Ken sebagai komandan tanpa peduli dengan perasaannya. Merasa tidak diakui dan merasa lebih pantas dari Ken membuat Belial berambisi untuk membuktikan keunggulannya.

Namun, saat melawan Ken di colosseum, Belial mengalami kekalahan yang menghancurkan harga dirinya. Keputusasaan mendorongnya untuk mengambil tindakan ekstrim, bahkan jika itu berarti melanggar hukum negeri cahaya: mengambil Plasma Spark.


***


Belial menganggap Ken bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya. Tapi sepertinya dia malah tak peduli sama sekali dengan Belial. Mengusirnya begitu saja, tanpa menanyakan alasan di balik sikap Belial. Dalam kebingungannya, ia terhanyut dalam memori pengusiran sebelumnya, memunculkan lagi amarah yang dulu ia rasakan. Namun, rasa marah cepat berganti dengan pertanyaan yang lebih mendalam.

"Jika aku benar-benar kembali ke masa lalu dan kejadian ini sama seperti dulu... Apa yang akan aku lakukan selanjutnya?" Belial merenung, mencoba memahami konsekuensi dari situasi yang dia alami.

"Sepertinya setelah ini aku akan bertemu Rayblood dan dirasuki olehnya lagi. Lalu aku akan kembali dikuasai oleh Rayblood yang terus mendorongku untuk membalas dendam dan membuatku tak dapat berpikir dengan jernih karenanya" Belial memikirkan nasibnya selanjutnya berdasarkan apa yang pernah dia alami dulu di momen ini.

"Mungkin kali ini aku harus menolak Rayblood dan fokus pada rencanaku sendiri untuk balas dendam," pikirnya. Namun, ketidakpastian tentang hasil akhir masih menghantuinya.

"Kau pasti lelah ya?"

Belial tersentak mengingat kata-kata dari Geed, beberapa saat sebelum anaknya itu membunuhnya.

"Lelah ya..." Belial mulai memikirkan kata-kata itu. Dan benar saja, nyatanya Belial sudah berkali-kali dibangkitkan kembali dari kematian hanya untuk di bunuh dan mati lagi. Tapi hasratnya untuk membalas dendam tak pernah terwujud. Dan itu nyatanya memang membuat Belial merasa lelah.

"Sudah Saatnya untuk melepaskan semua itu"

Kalimat lain dari anaknya itu kembali menggema di kepala Belial.

"Hah~ Sampai kapan aku akan terus mengikuti ambisi ini?" desah Belial, suaranya penuh dengan kelelahan dan ketidakpastian. "Apakah aku benar-benar harus melepaskan semuanya? Namun, bagaimana dengan mereka yang telah merendahkan dan meremehkanku? Bagaimana dengan Ken?"

Dalam keheningan sesaat yang menyelubungi pikirannya, semuanya pun akhirnya terasa jelas. "Sudah cukup. Kebencian dan amarah ini hanya menghancurkan diriku sendiri. Sepertinya saatnya aku melepaskan semuanya."


***


Belial sampai di tempat pengusiran, diapit oleh para Ultra yang menjadi saksi atas perlakuan hina yang dia terima. Seiring dengan para Ultra yang berbalik untuk kembali ke planet Ultra, perasaan kekecewaan dan kesendirian mulai memenuhi pikiran Belial.

"Percuma saja!" Batin Belial dengan penuh kekecewaan. "Tak ada yang peduli padaku. Bahkan Ken..." Tatapan tajamnya menuju Ken, yang tampaknya juga telah berpaling darinya, menambah rasa kesendirian yang melilitnya.

Dalam kebuntuan emosionalnya, Belial merasa semakin terisolasi. "Kenapa tidak ada yang peduli padaku? Mengapa tak ada yang memberiku kesempatan kedua?" Emosinya memuncak, dan dengan kekuatannya yang meluap, dia mengamuk, menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Perasaan kesendirian yang menggema di hatinya membuatnya semakin terhanyut dalam kemarahan.

Namun, seiring dengan hembusan nafas panjang yang dia hela, Belial merasa kelelahan. "Pada akhirnya, aku sendiri yang harus menyelamatkan diriku." Kesadaran yang pahit itu menghampirinya dengan keras, mengingatkannya bahwa kekuatan sejati ada pada dirinya sendiri. Dan bahwa dia hanya bisa berharap pada diri sendiri.

"KEN!!!" Seru Belial dengan penuh keputusasaan, memanggil teman lamanya yang sekarang tampak begitu jauh.

Ultraman Ken yang terkejut dengan panggilan itu segera menoleh ke belakang, ke arah Belial.

"Aku... aku..." Belial berjuang melawan ego-nya untuk mengucapkan permohonan.

Tentu saja. Memohon pada orang lain Bukanlah sesuatu yang pernah terpikirkan oleh Belial. Meskipun begitu, di momen ini, Belial sadar jika dia harus melakukannya. Meskipun itu berarti melukai egonya yang tinggi. Demi nasib lain yang coba dia dapatkan.

"Aku mohon... berikan aku kesempatan kedua...". Belial akhirnya berhasil mengucapkan kalimat itu.

Ken pun terkejut mendengar ucapan Belial. Dia tak pernah menyangka, bahwa seorang Belial akan memohon pada orang lain seperti ini.

Tapi sebelum Ken dapat merespon, tiba-tiba Alien Rayblood muncul di belakang Belial, dan kali ini tanpa basa-basi dia hendak merasuki Belial begitu saja.

"BELIAL!!!" Ken berteriak dengan panik.



Bersambung~

Ultraman Belial : second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang