prologue

318 39 2
                                    

Note : cerita ini berlatar setelah episode terakhir Ultraman Geed. Lebih tepatnya setelah momen Belial yang berhasil di segel.

***

Bocah itu tiba-tiba memeluknya.

"Kau telah di bangkitkan berkali-kali... Dibebani dengan dendam yang begitu kuat" ucapnya dengan nada lirih.

Di dalam pelukan yang terus berlanjut itu, Belial merasakan jiwa dari alien yang selama ini bersemayam di tubuhnya di tarik keluar. Dia kembali berubah menjadi dirinya yang dulu. Wujudnya yang seharusnya.

Kebingungan sempat dia rasakan. Dan sesaat, Belial merasakan pikirannya menjadi tenang. Dia tak lagi mendengar suara-suara yang selalu bergema di dalam kepalanya, suara yang biasanya hanya menyulut api balas dendamnya untuk terus berkobar.

"kau pasti lelah ya..." Lanjut bocah laki-laki di depannya dengan penuh pengertian. "Sudah Saatnya untuk melepaskan semua itu"

Kini, kata-kata dari sosok bocah yang ada di depannya-- dari sosok yang seharusnya dia sebut anak... seolah berhasil menembus hatinya. Tetapi sebelum Belial bisa meresapi kata-kata dari anaknya. Api kebencian kembali tersulut, Belial terbangun dari kedamaian jiwa yang dia sempat rasakan dari pelukan anaknya. Menjauhkan diri dan mencoba kembali melawan.

"Jangan berbicara seolah kau mengerti diriku!" Belial berkata dengan penuh amarah.

Selama ini, tak ada yang mencoba mengerti dirinya, dan kenyataannya memang tak ada yang bisa memahami dirinya. Itulah yang Belial yakini. Lalu bagaimana bisa bocah yang ada di depannya ini malah berlagak memahami perasaannya?!

Dengan cepat Belial mengeluarkan serangan kousennya. Begitu pula anaknya yang juga membalas serangan Belial dengan kousen miliknya sendiri.

Kedua kousen ayah dan anak itu saling bertubrukan. Namun sayangnya, serangan kousen milik belial kalah.

"GEED!!!" Teriak Belial pada anaknya.

itulah... Kata-kata terakhir belial ucapkan sebelum sebuah ledakan menelan dan membunuhnya.

"Selamat tinggal... Ayah" Geed mengucapkannya dengan penuh kesedihan. Mengucapkan salam terakhir untuk sosok ayahnya.

Kalimat itu terdengar samar-samar di telinga Belial sebelum kegelapan menelannya sepenuhnya.

***

Ultraman Belial. Seorang prajurit muda yang memiliki potensi luar biasa. Namun keserakahan telah membuatnya haus akan kekuatan. Dan membuatnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuatan itu, termasuk mencuri Cahaya suci dari menara Plasma, Plasma Spark. Sayangnya kekuatan yang terlalu besar dari Plasma Spark membuat belial tak sanggup menanggungnya dan membuatnya sempat kehilangan kendali. Dan di saat yang bersamaan aksi belial diketahui oleh ultra lain dan dia segera diamankan. Mencuri Plasma Spark, adalah sebuah bentuk kejahatan tertinggi yang ada di planet Ultra. Sehingga karena itu, belial di usir dari planet itu, dari planetnya sendiri. Dan lebih buruknya, teman lamanya, Ultraman Ken, juga ikut dalam pengusirannya. Seolah Ken sudah menyerah begitu saja pada Belial, dan meninggalkan Belial seorang diri dalam "ketersesatannya".

Dengan penuh kemarahan karena pengusiran yang menghinakan yang baru saja dia alami. Belial mengamuk dan menghancurkan hal-hal yang ada di sekitarnya. Sebelum tiba-tiba sebuah roh dari sang Alien legendaris yang pernah menguasai alam semesta selama ratusan tahun itu muncul di hadapannya. Alien Rayblood, dia menawarkan Belial kekuatan untuk membalaskan dendamnya pada para Ultraman yang telah merendahkannya. Belum sempat Belial menjawab "ya" atau "tidak". Rayblood langsung merasukinya begitu saja. Mengubah Belial menjadi ultra kegelapan yang dipenuhi oleh keinginan balas dendam yang tak tergoyahkan.

Dari situlah perjalanan Belial untuk balas dendam di mulai. Berkali-kali dia kalah, berkali-kali dia merasakan kematian. Belial juga pernah menguasai alam semesta, tapi itu bahkan belum bisa membuatnya menghancurkan negeri cahaya. Belial bahkan pernah hampir menghancurkan alam semesta. Tapi si tua King malah memulihkannya. Pada akhirnya, semua usahanya tak membuahkan hasil yang dia harapkan. Belial tak pernah berhasil membalaskan dendamnya. Dia sudah melakukan itu selama bertahun-tahun. Terus-menerus mencoba menghancurkan planet Ultra. Sampai akhirnya, siapa yang menyangka bahwa dia akan "benar-benar" mati di tangan anaknya sendiri. Seorang anak yang dia ciptakan dari DNA miliknya sendiri. Seorang anak yang seharusnya dapat dia manfaatkan untuk mendapatkan kekuatan yang membuatnya benar-benar dapat memporak-porandakan para Ultraman itu. Tapi anak itu malah mencoba melawannya dan berhasil mengalahkannya. Sepertinya, takdir memang tak pernah mengijinkan Belial untuk membalaskan dendamnya.

***

Kematian. Pada akhirnya, itulah yang Belial harapkan. Mungkin memang benar apa yang sempat dikatakan oleh anaknya. Bahwasanya dia sudah lelah dengan semua hal balas dendam ini. Mungkin waktunya melepaskan semuanya, dan mati saja.

Belial merasakan dirinya tenggelam dalam kegelapan yang menyelimuti. Pikirannya terfokus pada kelelahan yang menghantamnya, seolah-olah segala perjuangan dan dendam yang dia genggam begitu erat telah membuatnya kehabisan tenaga. Kematian, seperti sebuah kelegaan yang lama dinanti, seakan menghampiri dengan pelukan yang dingin.

"Inikah akhirnya..." Bisik Belial dengan suara penuh kepahitan, sekaligus penuh dengan kelegaan yang tak terucapkan. Namun, sebelum kegelapan itu sepenuhnya merangkulnya, sebuah cahaya yang tak terduga menyilaukan ruang gelap yang mengelilinginya. Cahaya itu begitu kuat hingga hampir seperti akan membutakan matanya. Namun, saat Belial merenungkan pemandangan yang baru muncul di sekelilingnya, keterkejutan dan kebingungan menyergapnya.

"Negeri cahaya?!" serunya, suaranya penuh dengan campuran kebingungan dan ketidakpercayaan.

Belial melihat ke arah tangannya yang kini mencoba meraih Plasma Spark yang ada di depannya. Tapi kali ini, sebelum dia benar-benar menyentuh cahaya suci itu. Belial langsung menghentikan dirinya sendiri. 

"Apa... Yang terjadi?" Ucap Belial dengan penuh kebingungan.

Ultraman Belial : second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang