chapter 2 : Uluran Tangan

321 31 21
                                    

"BELIAL!!!" Ken berteriak dengan panik.

Belial segera menoleh ke belakang dan melihat Rayblood yang sudah melompat ke arahnya untuk merasukinya. Namun, sebelum Rayblood dapat menyentuh tubuh Belial, sebuah kousen melesat dari belakang Belial dan menyerang Rayblood, membuatnya menghilang menjadi butiran debu. Belial menoleh ke belakang dan menyadari bahwa itu adalah kousen yang baru saja di luncurkan oleh Ken.

Sementara itu, Ken mendekati Belial dengan cepat, cemas akan keadaannya. "Belial, apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan suara gemetar, menyentuh pundak Belial dengan kekhawatiran yang nyata.

"Kenapa... Kau menyelamatkanku?" Belial spontan bertanya, kebingungannya mencerminkan keraguan yang dalam.

"Apa maksudmu? Tentu saja karena aku peduli padamu," jawab Ken dengan tegas.

Namun, Belial tidak bisa menahan kebingungannya. "Peduli?" Dia berhenti sejenak, matanya menatap tajam ke arah Ken. "Jika kau peduli padaku, kenapa kau malah ikut mengusirku?" celotehnya, suaranya dipenuhi dengan campuran kekecewaan dan kebingungan.

Ken terdiam, terkejut dengan kata-kata tajam Belial. "I-itu... Aku..." Dia terlihat ragu, mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab.

Belial merasakan keraguan pada diri Ken dan terkekeh pelan dengan getir. "Yah... Mungkin benar, tidaklah baik bagi seorang calon komandan untuk membela 'pengkhianat' seperti ku. Bahkan kau bisa terancam tidak akan menjadi komandan karenanya. Sangat di sayangkan bukan?" katanya dengan nada pahit. "Tenang saja, aku mengerti posisimu."

Ken hanya bisa terdiam, terpaku oleh kata-kata Belial yang menusuk hatinya.

Belial kembali terkekeh sebentar, melihat Ken yang diam saja. "Jadi, bagaimana?" Belial berkata sambil memalingkan wajahnya dengan sedikit frustasi, tampak tak yakin dengan pertanyaan sendiri.

"Apa maksudmu?" Ken bertanya, mencoba memahami apa yang diinginkan Belial.

"Argh! Haruskah aku mengatakannya lagi? Kau tahu aku tidak suka hal-hal seperti ini!" Belial menggerutu dengan nada kesal.

Ken hanya memiringkan kepalanya, masih bingung.

"Sial. Dasar bodoh!" Gerutu Belial. "Baiklah, akan ku ulangi. Ini yang terakhir. Apakah kau... mau... AH!!!" Belial terdiam, tampak kesulitan menyelesaikan kalimatnya.

Sementara itu, Ken tetap diam, menunggu dengan sabar.

Belial berbalik dengan gerakan tubuh yang agak kaku dan penuh ketidaknyamanan. "Apakah... kau mau memberiku kesempatan kedua untukku?" Ucapnya dengan suara rendah, seolah ragu-ragu.

"Apa?" Ken bertanya, mencoba memastikan apa yang dikatakan Belial.

"Ah, lupakan saja," Belial menggeleng, kekecewaannya semakin terlihat. "Sepertinya aku memang harus melanjutkan rencana balas dendamku terhadap kalian semua, para Ultraman yang telah mengusirku dengan begitu hina. Kalian benar-benar ingin aku kembali menjadi jahat, ya?!"

"Eh? Apa maksudmu menjadi jahat lagi? Memangnya kau pernah menjadi jahat?" Ken semakin bingung.

"Sudahlah... Jika kau memang tak mau memberikan kesempatan kedua untukku. Lagipula aku sadar hal seperti itu tidak pantas untuk orang sepertiku" Belial mengatakannya dengan nada kasar namun seolah mengandung kesedihan yang samar. Dia pun segera berbalik badan dan melangkah menjauh dari Ken.

"Belial, kau..." Ken tampak tak menyangka melihat sosok Belial yang seperti itu. Sosok yang berdiri di depannya itu biasanya adalah sosok yang angkuh dan punya harga diri tinggi, kini tampak begitu rapuh dan butuh pertolongan.

"Maaf..." Ken berucap dengan pelan.

Belial pun menoleh kebelakang dan melihat Ken yang menundukkan kepalanya. "Heh! Sudah ku duga... Aku memang tak pantas mendapatkan kesempat--"

Ultraman Belial : second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang