Linn dengan nekat, melakukan saran dari Ralu dan teman-teman lainnya. Linn menenangkan dirinya agar mana yang dia keluarkan bisa muncul lebih banyak dari biasanya.
"Siswa dan guru di sekolah kita, bakal ngelupain siapa orang terakhir yaitu aku, yang ada di rooftop saat itu," ucap Linn dengan tangan yang sedikit bergetar.
Seperti yang dibayangkan Linn, artinya mereka juga akan melupakannya. Linn juga termasuk siswa sekolah ini, jadi Linn juga tidak mengingat dirinya berada disana.
Beribu kata maaf Linn ucapkan dalam hati untuk gadis itu, tapi di sisi lain ini semua juga bukan salah Linn. Linn adalah korban dari gadis itu, namun gadis itu juga korban dari penyihir yang tak lain adalah Mara. Cahaya putih keunguan, menyelimuti tubuh Linn dan perlahan menghilang.
Efek samping dari kekuatan Linn terjadi pada dirinya sendiri dan mereka yang berada di UKS. Linn ingat perkataan Ralu yang menyuruhnya menggunakan kekuatannya, tapi ingatan tentang apa yang harus ia lakukan dengan kekuatannya sudah terhapus.
"Tentang perkataan tadi, bukannya kita juga harus ngelindungin orang-orang asli dari Desa Krystallo?" tanya Ola.
"Sebenarnya, cuma sedikit orang yang benar-benar asli dengan darah daerah Krystallo tanpa campuran darah lain. Susah buat nemuin mereka," jelas Gion pada mereka.
"Singkatnya, Pak Gion gak mau ngelindungin mereka?" tanya Ola dengan curiga.
"Saya gak punya banyak waktu buat ngelindungin mereka, saya harus nyari buku karya Seph yang sempat hilang," jelas Gion pada Ola.
Jawaban dari Gion cukup terdengar egois, tapi jika Gion tidak mencari buku itu, mereka tidak akan bisa mengalahkan Mara.
"Tugas kalian kedepannya adalah menjaga orang-orang Krystallo agar tak terbunuh ditangan Mara."
Ola mengalihkan pandangannya kearah luar ruangan UKS untuk melihat apakah ada orang yang mendengar ucapan mereka atau tidak.
Linn rasa tugas ini cukup sulit, Linn tidak pernah berpikir dia akan melindungi orang orang tak dikenal. Membedakan orang asli dengan darah Krystallo cukup mudah, karena mana mereka terlihat cukup lebih banyak dari orang normal.
"Kedepannya, kita harus lebih kuat."
•
Seorang pria tengah berjalan mengelilingi sebuah ruangan yang sudah tua dan tak terawat. Dengan dinding putih yang terlihat kuno, dan rak kayu yang rusak.
Pria itu menatap keluar jendela ruangan dan menatap sang rembulan yang bersinar terang. Bayangan rembulan itu terpantul dimatanya. Langit terlihat cerah, dengan malam yang damai.
Jubah hitam menghiasi tubuh pria itu, dengan tudung jubah yang menutupi sebagian wajahnya. Tangan kirinya bergerak menyentuh kaca jendela yang masih utuh, sebagian kaca jendela itu sudah pecah.
Suara teriakan seorang perempuan mengalihkan perhatian pria itu. Pria yang sedang berada di lantai empat bangunan itu menatap ke bawah jendela.
Seorang perempuan tengah melindungi dirinya sendiri dari dua orang lelaki yang menatapnya dengan tatapan kosong. Pria itu tak bisa melihat dengan jelas, karena tertutupi oleh lebatnya pepohonan.
Sebuah lingkaran dengan simbol simbol aneh muncul dibawah kaki pria itu.
"Teleportasi," ucap pria itu dengan kecil.
Bagaikan keajaiban, pria itu menghilang dari ruangan tua. Dan hanya meninggalkan butiran cahaya kecil putih sedikit hijau yang perlahan menghilang.
Suara pukulan terdengar jelas diantara tenangnya malam. Pria itu memukul wajah salah satu laki laki yang menyerang perempuan itu.
"AAHHH!" jerit perempuan itu, karena melihat seorang pria dengan jubah hitam yang tiba-tiba muncul di depannya.
Dua laki-laki yang tadinya akan menyerang perempuan itu, mulai menyerang pria itu. Dengan lihat pria itu membalas serangan dua orang itu dengan cepat.
Hingga satu serangan pria itu menyerang titik kelemahan salah satu lelaki itu, tepat di hidungnya. Pria itu langsung menyerang pada bagian ulu hati lelaki lain.
Dua lelaki itu pingsan dan jatuh ke tanah, pandangan pria itu jatuh pada perempuan di sana. Walau tertutup dengan tudung yang dia pakai, pria itu dapat menebak bahwa perempuan itu ketakutan.
"Kau tak apa-apa?" tanya pria itu.
"Iya." Walau sedikit ragu, perempuan itu tetap menjawab pertanyaannya.
"Rahasiakan hal ini, mulai sekarang lebih hati-hati, kau bisa saja terbunuh kapanpun dan di manapun," ucap pria dengan jubah hitam itu.
Perempuan itu mengangguk perlahan, karena takut perempuan itu diincar oleh seseorang. Pria itu memindahkan perempuan itu ke tempat yang lebih ramai dan aman.
"Teleportasi." Tangan kiri pria itu mengarah ke depan, ke arah perempuan itu. Muncul simbol yang membentuk lingkaran dibawah kaki perempuan itu.
Kepala perempuan itu terasa sedikit pusing, perempuan itu reflek memejamkan matanya. Saat membuka mata, dia sudah berada di pinggir jalan yang terlihat ramai.
"Rasanya seperti mimpi," ucap perempuan itu dengan tatapan kosong.
Kembali ke sisi pria dengan jubah hitam, pria itu membuka tudung jubah yang berada dikepalanya dengan kedua tangannya.
Iris mata yang berwarna abu-abu itu seolah bersinar saat menatap sang bulan. Dia, Gion menatap sekelilingnya dan waspada terhadap ancaman yang mungkin akan datang.
Kembali pada tujuan awal dia berteleportasi menuju ruangan yang sudah terbengkalai itu. Gion memilih membiarkan dua orang laki-laki yang tengah jatuh pingsan itu tergeletak di tanah.
Gion mengelilingi ruangan sunyi itu. Dia membuka setiap buku yang ada di sana, buku-buku di sana menggunakan aksara kuno yang sudah lama sekali tak digunakan. Cukup sulit untuk mencari buku yang hilang itu, Gion sudah mencari buku itu dari lama.
Suara dering telepon dari ponsel yang dia bawa, mengalihkan perhatiannya. Di tengah ruangan sunyi itu, suara telepon itu cukup keras. Gion mengangkat panggilan telepon itu.
"Pak, ini saya Ralu, sata sudah mencari datanya," ucap seorang perempuan.
"Bagus, bagaimana hasilnya?" tanya Gion.
"Ada sekitar kurang lebih dua puluh satu orang dengan darah Krystallo yang saya temukan."
"Beri tau yang lain, serta identitas mereka, saya mau melanjutkan kegiatan saya," jawab Gion.
Panggilan selesai, Gion kembali fokus pada tujuannya. Gion kembali menutup sebagian wajahnya dengan tudung jubah berwarna hitamnya itu.
•
•
•
Suka dengan ceritanya? Vote cerita ini!
Woahh udah sampe part 20 ( ^∀^)
Sekian dari saya, saya bakal ngilang lagi

KAMU SEDANG MEMBACA
EDELSTENEN [End]
FantasyMenggunakan sihir hitam dan melakukan perjanjian dengan iblis adalah hal yang salah. Seorang penyihir berhasil melakukan perjanjian terkutuk dan membuat masalah di masa depan. Linn dan teman-temannya bertugas menggagalkan rencara penyihir itu *** Ma...