11

1.5K 211 11
                                    

"IH ONIEL BERHENTI KAGAK LU"

"YAOLO CHIKUY BERJANDA AJA GUE AELAHH"

"BERJANDA-BERJANDA, MAMA GUE NOH JANDA"

Shani hanya bisa mengelus dadanya menghadapi tingkah kurang ajar dari anak semata wayangnya itu. ia sudah cukup kenyang mendengarkan joks anaknya yang kelewatan diluar nalarnya. Kembali menyibukkan diri dengan toples camilan yang baru saja dikeluarkan Gita dari dapur dan menatanya. bodo amat dan memilih berdamai

"Bunda"

"Kenapa dek?"

Veranda mengernyit heran kala putri bungsunya itu berjalan mendekat padanya dengan seutas senyum yang mengartikan suatu hal yang tak Veranda mengerti. Tapi yang jelas, sorot mata itu terlihat jelas menyimpan keresahan. Membuat Veranda melepaskan balon yang Gita isi untuk ia ikat ditangannya dan meraih tubuh anak perempuan kesayangannya itu

"Maaf"

Veranda diserang rasa panik kala isakan kecil mulai megudara. memilih membawa tubuh shani yang bergetar hebat akibat tangisannya untuk duduk disalah satu anak tangga. mengelus surai legam milik sang empu dan membiarkannya menangis hingga puas

"Mau cerita?"

Veranda menatap teduh wajah cantik yang kerap kali tidak menunjukan ekspresi lain selain tatapan datarnya. menangkup pipi anak bungsu keluarga Natio itu hanya untuk menyadari jika wajah itu semakin tirus saja. Kembali menghela nafas setelahnya saat mendapati gelengan dari sang lawan bicara

"Maaf Bunda"

"gak perlu minta maaf, bunda gak marah sama adek, bunda malah khawatir adek tiba tiba nangis kaya gini"

"....."

"Shani sayang, bunda gak tau apa yang jadi beban pikiran kamu. Bunda juga gak maksa kamu buat cerita sampai kamu sendiri yang mau cerita ke bunda"

Merasa isakan tangis itu kian menyaring, Gita segera berjalan mendekat dan mengambil alih tubuh wanita yang selalu memanjakannya sejak ia kecil itu dan mendekapnya. Membiarkan veranda berjalan pergi menuju arah dapur untuk mengambil air minum

"Mama are you okay?"

Gita menghapus jejak air mata diwajah cantik milik Shani dan membawa tubuh itu kedalam dekapannya. sesungguhnya waktu begitu cepat berlalu juga shani rasakan pada ini. Gita kecil yang sangat cuek bebek bahkan berlalu pergi saat chika kecil terjatuh saat bermain di timezone.

Ah, mengingat hal ini shani akan selalu terkiki gemas karna saat malam tiba dan chika kecil tertidur karna lelah menangis, gita kecil akan menyelinap masuk kekamar adiknya. mengecup pelan pipi chika seraya mengucapkan kata maaf lalu bergegas pergi sebelum ada yang menyadari.

Tak tau saja dia jika Shani dan Feni sedang melihat dari CCTV kamar chika dan tertawa lepas

"maafin mama ya sayang"

"gak papa. jangan dipaksain kalo memang belum siap. tapi kakak harap juga jangan disimpan sendiri dalam jangka waktu lama. Ada kakak ,mami,papi,oma sama dedek yang selalu dengerin apapun yang jadi cerita mama. Udah ya jangan nangis, dedek liat nanti rumah kebanjiran"

"Adekmu itu cengeng tapi usil. Paling paling mama bakal dia ledekin"

"Padahal dia lebih cengeng dari mama"

"kaya gak tau dede aja. suka ngeledekin orang nangis, dibalas ya mewek"

Gita terkekeh geli. Tak ayal dia mengiyakan dalam hati apa yang dikatakan Shani. Memilih untuk semakin menenggelamkan diri pada nyamannya pelukan Shani sembari menikmati elusan dan kecupan hangat di keningnya

Jemari Untuk PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang