Ruang bawah tanah tempat pelayan yang di tahan sangat gelap dan dingin. Sebuah tangga yang terbuat dari batu terletak di satu sisi ruangan. Tidak ada sedikitpun cahaya yang masuk ke dalam ruangan tersebut, kecuali dari obor temaram yang tergantung di dinding samping kursi tahanan. Bagian bawah dari tangga menghadap langsung pada pintu besi yang terkunci dengan rapat, hanya lubang kecil di atasnya yang memungkinkan udara untuk masuk ke dalam ruangan.
Ares berjalan mendekati pelayan yang sudah diborgol dan duduk di atas kursi. Mata nya ditutup dengan kain. Sebenarnya orang Utara mengintrogasi dengan cara yang lebih sadis, tapi entah mengapa kali ini Ares ingin mendengar pernyataan dari pelayan itu sehingga ia membiarkan pelayan tersebut tidak disiksa.
"Siapa yang memintamu untuk meracuni teh Silencia?" tanya Ares dengan suara keras.
"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya membantu seseorang yang meminta untuk memastikan teh tersebut sampai ke kamar Nona," jawab pelayan dengan nada serak.
"Dari mana kau tahu bahwa Silencia akan datang kemari?" Suara Ares menggema.
"Saya tidak mengenal Nona sampai tadi pagi, Yang Mulia. Saya hanya menuruti apa yang diperintahkan."
"Kau harus memberi kami informasi yang lebih spesifik, siapa yang memerintahkanmu?" Ares menekankan kata-katanya. Ia merasa marah dan kesal dengan pelayan tersebut.
"Saya hanya dihubungi melalui surat. Saya tidak tahu siapa yang meminta jasa saya. Semua sudah diatur melalui surat. Saya hanya diinstruksikan untuk mengantarkan teh tersebut," jelas pelayan dengan gugup, suaranya terputus-putus.
"Di mana surat yang kau maksud? GBerapa yang kau dapatkan dari permintaan itu?" Ares berdecak. Ia merasa tidak terima bahwa pelayannya dengan mudah menerima suap dari orang lain dan itu pun untuk membunuh seseorang yang berada di bawah naungannya.
"Sudah dibakar, Yang Mulia," pelayan itu gemetar hingga giginya beradu. "Barang pemberian orang itu sudah saya jual di toko loak di tengah kota, berupa kalung emas dengan permata merah darah"
Ares merenung sejenak dan kemudian mengangguk. "Baiklah, aku akan menindak-lanjuti masalah ini. Sementara itu, kau akan tetap berada di sini. Ingatlah bahwa kenyataan sampai kini kau masih hidup adalah karena belas kasihanku," katanya seraya memberi isyarat pada para pengawal untuk membawa pelayan tersebut ke ruang tahanan yang terisolir.
"Kapten Meyer, tolong cari di mana pelayan itu menjual kalung tersebut. Temukan kalungnya, lalu tebus dengan harga yang setara," ucap Ares sambil berjalan menaiki tangga.
"Baik, Yang Mulia," Kapten Fabian yang berjalan di belakangnya menjawab dengan tegas.
"Sebelum itu, bagaimana dengan pengawal di kamar Silencia? Kita tidak bisa ceroboh meninggalkan Silencia tanpa pengawalan kali ini."
"Saya sudah menugaskan sepuluh ksatria dan mereka secara bergantian siang dan malam mengawal Nona Silencia. Lima orang dalam satu giliran kerja, Yang Mulia."
"Apa kau sudah melakukan pemeriksaan terhadap latar belakang mereka?" tanya Ares curiga. Ia kali ini harus yakin ksatria benar-benar melakukan tugasnya dengan benar.
"Jika mereka melakukan kesalahan atau berkhianat, saya akan menghukumnya sendiri, Yang Mulia," Fabian yakin dengan para ksatrianya. Mereka adalah orang-orang terpilih.
Mereka berdua tiba di depan kamar Silencia. Tessa beserta lima ksatria berjaga dengan tegap di depan pintu seperti yang Fabian katakan. Ares menatap satu per satu para ksatria itu dengan seksama.
"Baiklah, lakukan tugasmu," Ares berbalik, "ah, satu lagi. Katakan pada Thorne untuk menghadap padaku nanti," Ares meninggalkan Fabian yang menunduk hormat mematuhi titahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...