Bab 1: Jejak Keluarga di Kota Lama

9 3 0
                                    

---

Pagi itu, Semarang menyambut matahari dengan sinar hangatnya. Di gang sempit Kota Lama, rumah-rumah bersejarah berdiri megah dengan dinding merah bata khasnya. Di salah satu rumah bersejarah, Iwan Baskoro, seorang sejarawan, menikmati pagi dengan secangkir kopi hitam pekat di tangan kanannya dan sebuah koran di tangan kiri. Dari balkon rumahnya, dia melihat ke arah bangunan-bangunan tua yang menjadi saksi bisu berbagai peristiwa bersejarah.

"Sudahkah kamu membaca berita hari ini, Siti?" tanya Iwan kepada istrinya, Siti, yang tengah sibuk menyiapkan sarapan.

"Belum, Pak. Ada apa?" jawab Siti, membalikkan diri sambil membawa sepiring nasi goreng yang masih panas.

Iwan menunjukkan berita utama di koran mengenai rencana pembangunan area komersial di beberapa bagian Kota Lama. Ia menunjukkan keprihatinannya, "Saya khawatir dengan rencana pembangunan ini, Siti. Jika terwujud, banyak bangunan bersejarah di kawasan ini yang akan hilang."

Siti mendekati Iwan dan duduk di sampingnya di balkon. "Kita harus berbuat sesuatu, Pak. Kita tidak bisa membiarkan jejak sejarah ini hilang begitu saja," kata Siti dengan nada tegas.

Beberapa kilometer dari rumah keluarga Baskoro, di sebuah kafe kecil di pusat Kota Lama, Raisa Baskoro, sang putri sulung, duduk bersama Reza, seorang fotografer muda yang memiliki rambut ikal khas. Kafe tersebut terletak di salah satu bangunan bersejarah dengan arsitektur Eropa klasik, mengingatkan pada masa kolonial Belanda.

"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika tempat ini benar-benar dirobohkan, Reza. Ini adalah salah satu jejak sejarah yang masih bisa kita nikmati," kata Raisa, menyesap cappuccino yang ia pesan.

Reza mengangguk setuju, "Kita harus melakukan sesuatu, Raisa. Kita bisa memulai dengan membagikan foto-foto Kota Lama ke media sosial agar orang-orang tahu betapa berharganya kawasan ini."

Kembali ke rumah keluarga Baskoro, setelah sarapan pagi, Iwan memutuskan untuk melakukan kunjungan ke salah satu bangunan bersejarah yang masuk dalam daftar rencana pembangunan. Ia ingin melihat kondisinya dan memulai upaya untuk menyelamatkannya.

"Siti, saya akan pergi ke bangunan tua di Jalan Kembang. Aku ingin melihat kondisinya dan memulai mengumpulkan informasi untuk melindunginya dari rencana pembangunan," ujar Iwan sambil mengenakan topi dan membawa tas kecil berisi buku catatan dan kamera.

"Baik, Pak. Hati-hati di luar ya," kata Siti, memandang suaminya dengan rasa kebanggaan dan kekhawatiran yang bercampur aduk.

Iwan meninggalkan rumah dengan langkah pasti. Ia yakin bahwa dengan usaha dan kerja sama, mereka bisa menyelamatkan jejak sejarah di kota ini dan mencegahnya dari hilang selamanya.

Sementara itu, di sudut kota lain, Rizky Baskoro, sang adik, tengah berlatih musik di sebuah studio rekaman. Ia adalah seorang musisi muda yang memiliki impian besar untuk menjadi terkenal. Musik yang ia ciptakan terinspirasi dari suasana kota Semarang, dengan sentuhan tradisional yang ia masukkan dalam aransemen musiknya.

Ia bermain gitar dengan penuh semangat, merasakan setiap nada yang dihasilkan. Rizky percaya bahwa musik adalah cara terbaik untuk menyampaikan perasaannya, dan ia ingin orang-orang di seluruh dunia mendengarkan karyanya dan merasakan keindahan Semarang.

Kembali ke rumah keluarga Baskoro, Iwan tiba dengan wajah penuh harap. Ia berbagi informasi dengan Siti mengenai kondisi bangunan tua yang ia kunjungi. "Kondisinya cukup memprihatinkan, Siti. Kita harus segera bertindak sebelum terlambat," ujar Iwan dengan nada serius.

Siti mengangguk, "Apa rencanamu, Pak?"

"Kita perlu mengumpulkan dukungan dari warga sekitar dan mungkin mencoba mendapatkan perhatian media untuk memperjuangkan pelestarian Kota Lama ini," jawab Iwan.

Sementara itu, Raisa dan Reza, yang tengah berada di kafe, mengumpulkan beberapa foto Kota Lama untuk memulai kampanye online mereka. Mereka berencana untuk membuat sebuah akun media sosial khusus yang berisi foto-foto bersejarah dan cerita tentang Kota Lama.

Di akhir hari, keluarga Baskoro berkumpul di ruang keluarga, berdiskusi tentang langkah-langkah selanjutnya dalam pelestarian Kota Lama Semarang. Mereka sadar bahwa tugas ini bukanlah pekerjaan mudah, tetapi mereka yakin dengan kerja sama dan usaha yang keras, mereka bisa membuat perubahan.

---

Jejak Keluarga di Kota LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang