Suara masakan dalam panci yang baru saja mendidih itu memecah keheningan, ibu sesekali mengaduk dan mencicipi rasa masakannya, dan menambah beberapa penyedap lagi ke dalam lauk yang hampir matang itu.
"Tian, panggil Mas Zidan buat makan, dia sedari pulang sekolah tadi belum makan!" ucap Ibu pada Tian, putra bungsunya yang sedang menunggu hidangan matang di meja makan.
Anak laki-laki berusia 14 tahun itu cemberut, menyilangkan tangannya di depan dada. "Malas, ah! Mas Zidan pasti lagi tidur, kalau dia tidur, susah banguninnya," kata Tian.
"Kalau Mas Zidan susah bangun, kamu pukul saja pakai bantal." Ibu terkekeh geli.
Mendengar ide bagus dari sang Ibu, Tian tersenyum lebar dan bergegas menuju ke kamar kakak satu-satunya itu yang terletak di lantai atas. Ia berjalan mengendap-endap menuju pintu kamar berniat untuk mengagetkan sang kakak yang ia kira sedang tertidur.
Namun, Langkah Tian terhenti di depan pintu kamar sang Kakak yang sedikit terbuka itu. Ia mendengar suara Kakaknya merintih seperti sedang kesakitan, karena rasa ingin tahunya, ia sedikit mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka tersebut.
Tian merasa kaget, melihat Mas Zidan sedang berbaring di atas tempat tidurnya masih mengenakan baju SMA tanpa memakai celana, Tian melihat celana dalam Mas Zidan menyangkut di kedua lutut, dan Mas Zidan merintih kesakitan sambil berbaring, tangan satunya memegang ponsel, sedangkan tangan satunya lagi memegang tititnya.
"Titit Mas Zidan kenapa? Sakit ya?"
Anak laki-laki berusia 18 tahun itu terperanjat dan langsung menarik selimutnya kala sang adik langsung menyelinap ke dalam kamar tanpa memberi aba-aba.
"Tian! Kamu kok masuk gak ketuk pintu dulu?!" oceh Mas Zidan pada anak laki-laki berkaos gambar Ultraman itu.
"Maaf, Mas, tadinya aku mau kagetin, tapi aku dengar Mas Zidan kesakitan dan aku lihat Mas Zidan sambil megang titit. Mas kesakitan ya?" tanya Tian dengan wajah polosnya.
Zidan tersenyum licik, entah apa yang ada di dalam benak anak itu, ia beranjak dengan keadaan setengah telanjang menuju pintu, menutupnya rapat dan menguncinya.
"Mas kok telanjang?" ucap Tian menatap kemaluan Kakaknya yang sedang terkulai lemas.
"Sini naik!" kata Zidan, dan Tian langsung nurut naik ke atas tempat tidur Kakaknya.
"Mas gak kesakitan, tapi Mas keenakan karena nonton ini!" jelas Zidan, menunjukkan layar HP nya yang sedang menyalakan video bokep.
"Ini kok orangnya teriak kesakitan gitu, gak keenakan?" ujar Tian dengan polosnya.
"Makanya Mas ajarin, biar enak, mau gak?"
Tian mengangguk, Zidan tersenyum miring melihat sang adik yang sedang duduk di sampingnya. Kemudian Zidan menurunkan selimut dan menunjukkan penisnya yang sudah mengeluarkan cairan bening di atasnya.
"Tian pegang kontol punya Mas!" perintah Zidan menarik tangan adiknya.
Awalnya Tian ragu, menelan ludahnya sendiri, tapi tangan itu membiarkan jarinya menggenggam titit sang kakak yang perlahan mengembang menjadi besar, jarinya dapat merasakan sentuhan-sentuhan bulu yang tumbuh menghiasi titit kakaknya.
"Aaahh! Naik turunkan tangannya, Tian!"
Tian hanya mengangguk, dirinya gemetar mendengar suara rintihan kakaknya. "Sakit ya Mas?" tanya Tian melepas pegangannya.
"Enak sayang, enggak sakit, kocok kontol Mamas!"
Tian kembali memegang penis Zidan yang sudah tegak sempurna, ukurannya yang cukup besar untuk seumurannya itu bisa membuat siapa saja yang tertusuk pasti kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenikmatan Gairah 21+
Teen FictionBL STORY 21+ MENGANDUNG UNSUR SEKSUAL YANG SENSUAL kumpulan cerita pengalaman seksual seorang gay selama perjalanan hidupnya. •Harap Bijak Dalam Membaca •Jangan Lupa Untuk Votement •Dilarang Plagiat