Kelas F yang Terbuang

24 2 0
                                    


Hidup yang telah dipenuhi dengan berbagai masalah, kini harus dihadapkan pada lingkungan yang serupa. Kelas F, di mana terdapat murid-murid dengan latar belakang masalah yang beragam. 

Dari rumor yang beredar, kelas F selalu dihuni dengan para siswa bermasalah. Ada yang pernah tersangkut kasus pembunuhan, mantan pecandu narkoba, pemerkosa, hingga masalah-masalah lainnya. Kelas F  dianggap sebagai kelas yang terpinggirkan, dengan jumlah murid yang tidak pernah mencapai lebih dari sepuluh orang.

Terletak di SMA Taman Sari Jonggol, Kabupaten Bogor, reputasi kelas F yang cukup terkenal telah membuat orang tua atau wali murid berpikir dua kali sebelum menyekolahkan anak-anak mereka di sana. Hal tersebut membuat kepala sekolah memisahkan kelas F dari kelas-kelas reguler lainnya, memberikan jarak kelas yang cukup jauh agar orang tua calon murid masih bersedia menyekolahkan anak-anak mereka di sana. 

Selain itu, jam pelajaran kelas F juga dipisahkan dari jam reguler kelas lainnya, sebagai akibat dari reputasinya yang dipenuhi dengan masalah. Yang mana jam pelajaran reguler berakhir pada pukul 3 sore, kelas F baru memulai pembelajaran pada pukul 4 sore sehingga mengharuskan siswa kelas F pulang di jam 9 malam. Bukan hanya itu, tingkat terlupakan kelas F semakin terlihat ketika para guru enggan untuk mengajar di sana, mengingat murid-muridnya yang dikenal dengan berbagai masalahnya.

Di semester baru ini, hanya ada lima siswa yang menempati Kelas F. Salah satunya adalah Cyntia Anggraeni, ia biasa dipanggil Cyntia. Wanita cantik ini ditempatkan di kelas F oleh ibu tirinya setelah ayah kandungnya menikah lagi. Ibu Tirinya sengaja menyekolahkan Cyntia di sekolah itu, yang mengakibatkan hubungan Cyntia semakin jauh dari ayah kandungnya. Ibu tirinya terlihat menciptakan jarak antara Cyntia dan ayah kandungnya. 

Hal ini tidak mengherankan, mengingat sejak kepergian ibu kandungnya beberapa tahun yang lalu, ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda dua anak, di mana mereka tidak menyukai keberadaan Cyntia. Oleh karena itu, Cyntia pun enggan untuk dekat dengan ibu dan dua saudara tirinya.

Di kursi sebelahnya, ada Siska Lubis. Meskipun tidak istimewa dan tampak seperti seorang murid normal umumnya, namun dia telah menjadi sahabat Cyntia sejak kecil. Wanita tomboi ini selalu mendampingi Cyntia. Mengetahui perlakuan tidak adil yang diterima Cyntia dari ibu tirinya, membuat Siska memutuskan untuk mendukung Cyntia. 

Keputusan ini bukan hanya karena persahabatan mereka, tetapi juga karena Siska menyadari bahwa almarhumah ibunya sangat baik hati terhadap dirinya dan keluarganya semasa hidup, bahkan pernah membantu keluarganya saat mengalami kesulitan ekonomi di masa lalu. Siska memilih untuk berada di kelas F atas pilihannya sendiri.

Kemudian, ada Nyong Hence, seorang anak tentara asal Ambon. Sebenarnya, Hence adalah siswa yang baik, tetapi dia tidak bisa menahan diri jika melihat orang lain diintimidasi atau direndahkan. Postur tubuhnya yang besar dan tinggi memberinya kekuatan lebih dibandingkan siswa lain di usianya. Hal ini sering membuatnya terlibat dalam pertengkaran dan akhirnya sering gonta ganti sekolah.

Selanjutnya, ada Budi Raehan. Tidak banyak cerita tentangnya. Dia hanya seorang pecandu judi online yang suka mencuri uang ibunya untuk bermain judi.

Terakhir, ada Drian Pamungkas, seorang pemuda tampan yang suka merenung. Drian yakin bahwa dia bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang pada umumnya. Dia sering melihat sosok halus, tetapi tidak ada yang percaya padanya, apalagi di era modern seperti sekarang. Drian lebih memilih untuk menyimpan hal tersebut sendirian sehingga dia hanya cenderung diam dan membatasi interaksi dengan orang-orang di sekitarnya.

"Baiklah anak-anak, perkenalannya sudah cukup. Karena ibu memiliki urusan mendesak, jadi silakan belajar sendiri saja," ucap Ibu Mira, wali kelas F dengan tampaknya tidak betah berada di kelas tersebut.

Kelas menjadi hening, kelima siswa saling memandang satu sama lain.

"Baiklah, teman-teman, mulai hari ini sa yang jadi kam pu ketua kelas." tiba-tiba Hence bangkit dan mengambil inisiatif.

Tidak ada tanggapan dari siswa-siswa lainnya, Hence merasa sedikit canggung melihat sekeliling.

"Tra ada yang keberatan kah?," lanjut Hence.

"Terserah, tidak ada juga yang bisa diharapkan dari kelas ini," sahut Siska.

Cyntia hanya tersenyum kecil mendengarkan percakapan singkat itu.

"Baiklah, Nyong Ambon, lakukanlah apa yang kamu inginkan, tapi jangan larang saya menggunakan HP di kelas," ujar Budi.

Hence kemudian menghampiri meja Cyntia dan bertanya, "Nona manis, ko tra kerebratan toh?"

"Maksudnya?" tanya Cyntia yang kurang memahami bahasa Hence.

"Ya, maksud Nyong Ambon, apakah kamu keberatan gak, Hence menjadi ketua kelas?" jawab Budi.

Cyntia hanya tersenyum dan memberikan kode "oke", menunjukkan bahwa dia tidak keberatan.

Tinggal Drian yang belum memberikan tanggapannya. Semua mata menatap Drian yang hanya diam duduk di sudut kelas memandang keluar.

"Sepertinya dia tidak peduli, abaikan saja dia." Sahut Siska. 

Ya, semester ini, kelas F yang terbuang hanya dihuni lima murid.

Kelas FWhere stories live. Discover now