Chapter 4

181 27 0
                                    

Berita mengenai pengumuman pertunangan Yang Mulia Willacliff segera disampaikan ke telinga ayahku, yang membuatnya pingsan dan harus terbaring di kasurnya merintih seharian.

Walaupun pernikahan sesama jenis diterima, belum pernah terjadi situasi dimana pangeran pertama, yang merupakan putra mahkota, melamar laki-laki yang dulunya adalah tunangan pangeran kedua. Bahkan untuk seseorang yang jauh dari masyarakat sepertiku mengerti bahwa ini adalah situasi yang keterlaluan.

Lamaran Yang Mulia tiga hari yang lalu pasti hanya gurauan, hanya saja, berlawanan dengan dugaanku, kata pertama yang diucapkan selanjutnya saat dia bertemu denganku lagi adalah, "Apakah Sir Ernis sudah memikirkan mengenai pertunangan kita?"

Begitu mendengar ini, ayahku sekali lagi pingsan dan harus ditopang ke luar ruangan oleh Gilberton, sang kepala pelayan.

Ketika Yang Mulia Willacliff melihat wajah bingungku, dia tersenyum dan berkata, "Ekspresi itu sungguh menggemaskan."

Melihat kondisi Yang Mulia Willacliff, aku merasa perlu untuk berdiskusi dengannya dengan benar. Meskipun aku tahu itu tidak sopan, aku berdiri di depannya dan mengangkat pandanganku, berhati-hati agar tidak bersikap kasar.

Karena kejadian ini, rumor buruk tentangku mungkin akan menyebar lagi. Aku pribadi tidak peduli, tapi aku tidak ingin menyusahkan Yang Mulia Willacliff.

Iya, aku tidak ingin menimbulkan masalah.

Itu sebabnya aku harus memberitahunya apa yang aku pikirkan, meskipun jika akhirnya aku dituduh melakukan penghinaan terhadap anggota kerajaan.

Aku sudah mendengar segala macam rumor tentang diriku, tapi aku tidak pernah terlalu memperhatikannya. Kata-kata dari para bangsawan yang tidak pernah aku temui sebelumnya terasa sangat jauh, tidak meninggalkan kesan bagiku. Bahkan ketika seseorang mengatakan sesuatu padaku secara langsung di sekolah, aku tidak memperhatikannya karena aku tidak tertarik.

Hanya saja, kali ini berbeda.

Yang Mulia Willacliff memperlakukan ku dengan baik, meskipun aku membosankan. Dia juga tidak memandang rendah atau merasa jijik dengan kegemaranku terhadap buku. Sebaliknya, dia menunjukkan padaku begitu banyak buku langka yang disimpan di istana. Walaupun dia lebih tua delapan tahun dariku, aku merasa Yang Mulia Willacliff seperti teman dekat sekelasku.

Aku enggan melukai Yang Mulia Pangeran yang begitu baik hati. Aku tidak bisa menghancurkan reputasinya, dia adalah pria luar biasa yang memiliki masa depan cerah.

"Yang Mulia adalah pangeran mahkota. Jika Anda bertunangan dengan saya, seorang pria, ini hanya akan menyebabkan berbagai masalah."

"Memang benar saya adalah pangeran mahkota, tapi saya ingin memutuskan sendiri siapa yang akan saya nikahi. Saya tidak berencana menikah dengan orang lain selain Anda."

Mendengar dia mengatakan kalimat itu dengan tersenyum membuatku pusing. Jika itu yang terjadi, dia tidak akan bisa menjalankan tanggungjawabnya sebagai pangeran mahkota.

"Yang Mulia, saya khawatir ini tidak dapat diterima. Sebagai pangeran mahkota, tidakkah Yang Mulia membutuhkan penerus? Sebagai laki-laki, saya tidak bisa memberikannya."

Bahkan jika yang aku katakan sangatlah penting, Yang Mulia masih tersenyum lembut. Entah kenapa, rasanya seolah dia tidak mendengarkanku.

"Yang Mulia..."

"Oh, maaf. Hanya saja, melihat Sir Ernis seperti ini, aku tidak bisa tidak mengagumi."

"Yang Mulia, tolong berhenti bercanda..."

Masa depan negara ini dipertaruhkan, mengapa Yang Mulia, orang yang bertanggugjawab, begitu... santai?

Sampai saat ini, aku bukan tipe orang yang mengatakan pada orang lain mengenai apa yang harus dilakukan. Itulah mengapa sangat sulit bagi orang lain mengerti apa yang ingin aku katakan.

[BL Terjemahan] Life After a Broken EngagementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang