1 : Kelakuan

8 1 0
                                    

Now playing : Pegang Tanganku - Nosstress

Kalau hujan petang biasanya adalah yang paling kunantikan, sekarang mungkin sudah tidak lagi. Rasanya terasa berbeda, karena setiap tetes yang aku lihat mengingatkanku berapa detik yang sudah terlewatkan tanpa adanya sosokmu.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──



























Memulai pagi dengan mentari yang sudah bertengger dari arah timur memang terasa menjengkelkan. Bangun dari tidur dengan rasa malas dan mood yang sepertinya bisa dibilang tidak baik-baik saja. Gadis yang kerap disapa Arine langsung mengambil laptopnya di atas nakas sebelah tempat tidur. Membuka aplikasi pertemuan online skype untuk melakukan kegiatan rutinitasnya.

'Ck sekolah mulu kaya gaada kerjaan lain aja' sungutnya dalam hati.

Beranjak dari kasur untuk sekedar mencuci muka karena menurutnya untuk apa mandi jika hanya menyetorkan mukanya di depan laptop. Sembari menunggu diimulainya pembelajaran, ia bersandar di atas kasur sambil membuka whatsapp yang tidak dibuka dari kemarin, malas katanya. Terlalu ribet meladeni orang-orang online yang mengganggu tidurnya.

Ting!

Bukan. Bukan notifikasi spesial yang seperti kalian pikir ditunggu-tunggu. Notif yang menurutnya selalu mengganggu setiap pagi, mungkin jika bukan karena teman sekelas dia sudah memblokir nomor itu. Terlihat ada dua pop up yang membuat Arine merotasikan matanya dengan malas.

'Oit'

'Tolong izinin gue telat, kebelet berak banget ini'

Balasan singkat dari gadis itu menutup percakapan di pagi hari dengan seseorang disana. Melanjutkan rutinitasnya yaitu sekolah online karena memang masih wabah covid dan sekolahnya tidak mau mengambil resiko. SMA Nirwana menjadi pilihan terbaik untuknya. Iya, gadis asal Jawa Timur dengan nama asli Lawana Athalea Keswari Putrindita memutuskan untuk bersekolah disana dengan sistem asrama. Tak banyak yang menjadi pertimbangan hanya karena ingin mandiri dan mencari suasana baru saja menjadi poin penting bersekolah disana.

Tak banyak teman baru yang dia punya selain teman sekelasnya karena memang dari awal masih dengan sistem online. Salah satunya adalah yang tadi, Mahasena Agasatya Haniel lelaki asal Jakarta yang menurutnya itu selalu ada ada saja tiap paginya. Seperti saat ini tiba tiba di mengirim chat menyuruh Arine melihat kearah laptop dan benar saja, gerakan aneh dan mengesalkan darinya membuat Arine terheran-heran.

'Kok ada manusia bentukan kaya gitu, tapi lucu juga sih. Lumayan lah biar ga ngantuk belajar gini'

Tengah hari kelas sudah usai tanda waktunya untuk mandi membersihkan diri. Setelah mandi rebahan adalah pilihan paling baik untuk saat ini. Mengerjakan tugas bisa dilakukan di malam hari pikirnya. Lagipula memang sekarang waktunya untuk tidur siang. Menscroll tiktok sambil menunggu matanya terpejam dengan sendiri.

Ting!

Tidak lain dan tidak bukan, Satya lagi. Kayanya mengirim pesan kepada Arine sudah seperti minum obat bisa 3x sehari. Pesan yang dikirim pun tidak penting.

Satya : *mengirim foto beli telur*
Arine : apaan?
Satya : males gue
Arine : kenapa? cepet banget udah keluar rumah
Satya : utusan ibu nih, kan gue anak baik baik
Arine : halah
Satya : sekalian lari
Arine : yaudah pulang, keburu ditunggu itu
Satya : iya iya

Senyum tipis terbit dari bibirnya, eh? Kenapa Arine senyum-senyum hanya karena chat singkat yang bisa dibilang tidak ada bumbu-bumbu gombalan. Enggak kok, menurut Arine dia tersenyum karena tingkah temannya itu terlalu absurd saja. Tak lama Arine sudah masuk kedalam tidurnya, memang dasarnya dia ini pelor sih, nempel molor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GURITNANESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang