Malam itu bintang-bintang ditutupi oleh banyaknya polusi di Jakarta. Bulan sedang menunjukkan fase bulan baru sehingga langit terlihat begitu gelap. Di tengah jalan yang sepi, suatu mobil dipenuhi dengan emosi. Berisi dua orang yang saling menyalahkan satu sama lainnya dengan kepala yang panas.
"Karena kamu kan, kondisinya jadi begini!"
"Lah kok salahin aku? Kamu memang dari dulu kerjaannya nyalahin orang mulu, egois tau gak! Seharusnya sekarang kita fokus cari Caramel"
Perdebatan terus berlanjut berjam-jam sambil mereka menyusuri setiap titik yang ada di kota. Mereka menghampiri orang-orang yang mereka kenal untuk bertanya mengenai keberadaan Caramel. Sayangnya, tidak ada satu pun orang yang tahu. Cuaca semakin tidak baik, hujan turun dengan semakin deras sehingga mereka sudah tidak bisa melihat apa pun dengan jelas.
Tak terasa, jam sudah menunjukkan waktu 11 malam. Di tengah malam itu, tinggal ada 1 tempat yang masih buka, yaitu kafe yang menjadi saksi kisah cinta bermulai. Karena jiwa dan raga mereka yang sudah lelah, mereka memutuskan untuk masuk ke dalam kafe tersebut.
Walau bangunannya sudah direnovasi sedikit dan menunya lebih banyak, namun lampu yang menghiasi atap dan wangi bunga-bunga yang harum, rasanya tempat itu masih sama seperti kafe yang mereka datangi 20 tahun yang lalu.
"Mbak, saya pesan Iced Chocolate dan Cappuccinonya masing-masing 1 ya mbak."
Sang istri langsung menoleh dan bertanya dalam hati, "Oh jadi dia masih mengingatnya."
Mereka pun duduk dan berdiam diri untuk beberapa menit.
Sang suami memegang tangan istrinya dan berkata,
"Maaf ya atas perkataanku tadi. Seharusnya aku gak bilang begitu. Aku sadar perkataanku saat di kamar benar-benar jahat. Tapi, sebenarnya kita lagi kenapa sih? Kamu kenapa mau cerai sama aku?"
Udara yang dingin sepertinya telah mendinginkan kedua kepala mereka. Mereka jadi berbincang mengenai apa yang benar-benar mereka rasakan sambil menikmati minuman yang mereka sukai.
"Untuk apa memiliki keluarga tapi tidak merasakan rumah di dalamnya? Beberapa bulan terakhir, kamu berubah. Aku sudah selalu mencoba untuk mengerti kamu tapi rasanya kamu gak pernah bisa ngertiin aku. Semua udah aku korbanin loh mas demi hubungan kita. Aku mengorbankan karir aku, waktu aku, masa mudaku, ya demi kita. Sekarang kamu udah gak pernah ada waktu buat aku. Buat kita sekeluarga. Kalau ada masalah di kantor, kamu selalu memilih untuk diam. Jadi untuk apa lagi gunanya kita mempertahankan hubungan jika kita seperti orang asing?"
Begitu kata sang istri. Suaminya membalas,"Sayang, beberapa bulan terakhir pekerjaanku lagi kacau. Aku gak mau buat kamu jadi khawatir, jadi aku memutuskan untuk memendam semuanya sendiri. Aku selalu mau mengusahakan yang terbaik buat kita kok, tapi entah mengapa dunia kayak selalu melawan. Ditambah lagi, kamu dekat ama seorang cowo kan? Kenapa gak bilang sama aku?"
"Oh? Itu adalah sepupuku. Ia habis berduka. Karena aku juga punya banyak waktu luang, aku menemuinya dan mengajaknya ngobrol untuk menghiburnya. Harus ya aku cerita soal ini? Kamu saja gak pernah kabarin apa pun tentang kamu. Lagipula, aku merasa kesepian setelah kamu pergi."
Akhirnya mereka mengobrol dan saling terbuka. Dari obrolan itu, mereka menjadi saling mengerti dan meminta maaf atas kesalahannya masing-masing. Cinta diantara keduanya menjadi tumbuh kembali.
—
Saat Caramel sampai di rumah sahabatnya, ia menangis sambil curhat mengenai hal yang ia alami.
"Emangnya kalo orang tua lo bakal pisah, lo bakal pilih siapa?" Tanya sahabatnya.
"Ya gue gak akan pilih siapa-siapa, paling gue akan kabur mungkin, duhh tapi gue gamau banget itu terjadi, makanya gue kesini."
Tak lama kemudian, kejadian yang tragis muncul. Ada perampok yang datang ke rumah sahabat Caramel pada hari itu. Caramel dan sahabatnya dipukul dengan kayu hingga jatuh ke tanah dan langsung tak sadarkan diri.
Orang tua sahabatnya Caramel tiba di rumah beberapa jam setelah kejadian itu dan teriak histeris saat membuka pintu. Mereka langsung membawa Caramel dan sahabatnya ke rumah sakit dan menelpon ibu Caramel.
"Buk, tolong secepatnya buk ke rumah sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Pulang
RomanceAyah, ibu, aku rindu kita yang dulu. Akankah rumah ini ramai kembali?