2

568 67 1
                                    

Orter itu...

Saat ini, (Name) dan Orter sedang berada di restoran bintang 5. Kan ga mungkin mereka makan siang di pinggir jalan. Bisa-bisa reputasi mereka rusak.

"..."

Baik Orter maupun (Name), tidak ada yang berani memecah keheningan di antara mereka.

"Saya dengar, anda suka membaca buku." (Name) memberanikan diri untuk memecah keheningan di antara keduanya. Matanya menatap ke bawah dimana tangannya terlipat rapi di kedua pahanya. (Name) mana berani menatap mata Orter. Salah sedikit, setumpuk pasir sudah menanti.

Orter menatap (Name) yang masih melihat ke bawah. Ia membenarkan posisi kacamatanya, "Ya, begitulah."

(Name) mulai memberanikan diri untuk berkontak mata dengan Orter. Matanya berbinar, "Kalau begitu, apakah anda sudah membaca buku ini?" (Name) mengeluarkan sebuah buku dari tasnya.

Orter membaca judul buku yang ditunjukkan (Name) dan berpikir sejenak, "Aku tidak mengingat pernah membacanya sih."

"Kalau begitu, anda harus membacanya! Bukunya seru loh!" (Name) dengan semangat menyodorkan buku tersebut kepada pria berkacamata dihadapannya.

Orter menerima buku yang disodorkan tersebut, "Ya, akan kubaca nanti." Orter terlihat tertarik. Memangnya buku itu sebagus apa sih?

"Kau punya dua adik kan?" tanya Orter mendadak. (Name) sedikit terkejut karena Orter yang tiba-tiba menanyakan tentang adik-adiknya.

"Ah, iya. Lovie dan Levis. Memangnya kenapa"

"Tidak apa-apa. Hanya saja, mungkin mereka bisa berteman dengan Wirth."

"Eh, Wirth?" mendengar nama yang tidak familiar itu, (Name) menatap Orter bingung.

"...Adikku." Orter bergumam.

(Name) yang masih bisa mendengar gumaman Orter pun tersadar, "Oh!" ia lalu manatap Orter dengan sebuah senyuman jahil.

"Ternyata Orter-sama tsundere ya." ejek (Name) sambil menjulurkan lidahnya.

"Tch, berisik." Orter memalingkan wajahnya.

(Name) sayangnya tidak menghiraukan perkataan Orter dan terus mengejeknya.

Orter yang kesal dengan ejekan (Name) pun menatapnya tajam.

"Kalau kau tidak mau diam, kusumpalin tuh mulut pakai pasir." ancamnya.

Mendengar ancaman tersebut, (Name) seketika langsung diam. Orang waras mana sih yang mau mulutnya disumpalin pasir sama Orter?

Orter menghela nafas, "Tidak perlu terlalu formal juga, kedengaran aneh. Soalnya kau aslinya kayak setan."

(Name) mengabaikan kalimat terakhir yang Orter ucapkan, "Kalau begitu, Orter-kun?"

"Yah, kurasa itu kedengaran lebih baik."

Keduanya terus mengobrol sampai makanan yang mereka pesan tiba di meja mereka.

Tanpa keduanya sadari, ada seorang Ryoh Grantz dan seorang Kaldo Gehenna yang membuntuti keduanya sedari saat mereka melihat (Name) dan Orter keluar kantor biro sihir dengan bergandengan tangan.

Ryoh dan Kaldo saling bertatapan "Orter punya pacar?" tanya Ryoh berbisik.

"Perasaan ga deh, orang dia tiap hari bersemayam di ruangannya. Kok tiba-tiba udah punya pacar ae?" Kaldo berbisik balik ke Ryoh.

Mereka benar-benar sangat tershock-shock melihat interaksi tersebut. Tumben Orter ga kasar, apalagi Orter itu kan ga mandang gender.

Sepertinya dua pria bergelar Divine Visionary itu harus menginterogasi Orter saat kembali ke kantor biro sihir nanti.

Ternyata tsundere ke adiknya...

Marriage Of Convenience || Orter MádlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang