˚꒰ 04˚ˑ 𓆡 ͎·˚

86 11 0
                                    

tok tok tok. pintu berkokok.

"masuk aja." kata bachira, selaku pemilik kamar. dia saat itu sedang rebahan sambil push rank tanpa memikirkan beban hidup dan kelulusan.

saat chika yang muncul dari balik pintu, bachira melotot. "NGAPAIN LO MASUK?!"

"TADI LO YANG SURUH YA, BANGSAT. GUE GAMPAR LO."

bachira menjatuhkan ponselnya ke atas wajah begitu chika berteriak seperti orang kesurupan.

"ada apaan sih? tumben banget lo masuk-masuk kamar gue," bachira bergerak duduk. sebetulnya dia kesal karena kalah sparing.

"itu.. anuan.."

bachira memicingkan mata. "ngomong apaan lo?"

"kak isana.." chika menunduk. dia mau bilang terimakasih, tapi rasa gengsi seolah membekap mulutnya.

"kenapa isana?"

"ya gitu.."

"apa sih, nyet, ngomong yang bener!" kesal, bachira melempar bungkus jajanannya ke wajah chika.

"kelakuan lo kayak binatang," chika menggerutu, remahan chiki terkena wajahnya.

"ya ya. kalo udah selesai, tutup lagi pintunya. kalo nggak mau pintu kamar lo gue copotin engselnya," bachira segera kembali ke posisi awal (rebahan), sambil membelakangi chika yang berdiri dengan wajah maha jengkel.

"BEGO!"

brak! luntur sudah niat chika yang hendak bilang terimakasih dan mengibarkan bendera perdamaian. bachira dan kelakuan busuknya sudah memukul mundur. dan sepertinya, dia tidak akan bisa akur dan membangun hubungan normal antara kakak dan adik.

"lebih bego orang yang nilai mtknya 13~~," bachira tertawa kecil. sebenarnya dia tahu niat chika yang datang ke kamarnya. tapi karena dia sendiri mungkin akan merasa jijik mendengarnya dari mulut chika, makanya dia bertingkah demikian.

***

besoknya.

setelah pulang sekolah dan orang tuanya belum pulang, chika terpaksa membeli bahan masakan untuk makan di rumah. di tengah perjalanan itu, dia melewati restoran ayam tempat yuki bekerja dan berniat untuk mampir sebentar. untunglah dia tidak pernah ngumpet saat teman-teman bachira sedang datang ke rumah. karena itu chika bisa membangun hubungan dekat dengan mereka.

"chika tumben banget mampir ke sini sendirian? biasanya sama rei atau kim?" yuki menaruh latte di atas meja yang dia sediakan gratis untuk chika.

"iya, kak. soalnya aku abis dari supermarket, terus lewat sini, pengen nyapa kak yuki sekalian.."

yuki tersenyum takut-takut. dia merasa sebuah ide buruk muncul di pikiran chika. "s-sekalian apa?"

"bikin rencana ceburin bachira ke kolam lele sekolah aku!" chika mengatakan kalimat itu dengan nada ceria seolah itu bukan perbuatan kriminal.

"jangan, chika. kasian nanti bachira kena mental terus resign jadi abang kamu loh," yuki tertawa, jujur saja dia kena mental sekarang.

"hahaha, bercanda lah, kak. tapi kalo ada kesempatan, gak bakal aku sia-siain sih," chika menyeringai.

"kayaknya bachira mending resign aja jadi abang kamu, ya? soalnya dia bikin otak kamu jadi kayak otak psikopat," yuki menepuk-nepuk kepala chika.

"aku juga sekarang udah jago ngasah piso loh, kak," chika nyengir lagi. tapi melihat wajah yuki yang berubah pucat, chika malah tertawa lagi. "bercanda, kak!"

"hehe, chika suka bercanda ya~~," yuki tertawa haha-hihi walaupun otaknya kena blank.

"eh, kak yuki kan agak pendiem, terus jutek, terus keliatan galak, tapi kakak punya pacar, itu gimana sih kak caranya?" chika bertanya. tanpa maksud buruk, tapi membuat yuki ingin menghancurkan restoran ini sekarang juga.

[✔] [10] stepsister ; bachira meguruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang