3. Bahagia

27 6 0
                                    

🍒🍒🍒

Tak terasa, libur sekolah telah usai. Azel menghabiskan liburannya bersama sang ibu, mungkin sesekali mereka pergi jalan-jalan bersama dan selebihnya mereka habiskan di rumah saja.

Kini adalah hari pertama Azel masuk sekolah SMP dan melakukan MOS di sana, hal yang wajar bagi peserta didik baru. Azel berangkat dengan sang ibunya, Sesampainya di sekolah, Azel langsung menyalami tangan Alma dan mencium kedua pipi ibunya.

"Azel pergi ya Bu, doain semoga Azel dapat teman"

"Tentu, ibu pasti akan mendoakan setiap langkahmu" beo Alma sembari mengelus pipi anaknya.

Didalam kelas Azel merasa sangatlah canggung, karena Azel adalah satu-satunya anak dari sekolah terpencil. Azel tak kenal satupun dari mereka, Azel takut tak punya teman kedepannya.

Hingga akhirnya....

"Haii" sapa teman sekelas Azel yang menghampirinya.

"Hallo" sahut Azel dengan tersenyum canggung.

"Bolehkah aku duduk denganmu?"

"Boleh, Silahkan" Azel mempersilahkannya untuk duduk di sampingnya.

Azel dan anak itu berbincang-bincang, mulai dari perkenalan, dan banyak hal lain. Azel mengenalkan dirinya begitupun sebaliknya. Namanya temannya tersebut ialah Zahra.

Jam masuk telah berbunyi, kegiatan MOS berjalan dengan lancar dan baik. Azel lega ternyata pikirannya selama ini salah, teman-teman disini sangat baik padanya, Azel diterima dengan layak dan memiliki banyak teman.
Meski masih canggung, Azel berusaha membuka diri pada teman sekelasnya.

"Syukurlah... Azel masih dipertemukan dengan teman yang baik" _Batin Azel

Menit demi menit berlalu, sekarang waktunya pulang sekolah. Azel dijemput oleh ibunya.

🍒🍒🍒

"Gimana sayang sekolahnya"
Tanya Alma sesampainya di rumah.

"Alhamdulillah lancar kok buu, teman-teman Azel baik semua" ucap Azel sambil senyum pada Alma.

"Ibu senang jika begitu"

Alma memerintahkan Azel agar segera membersihkan dirinya. Azel pun menurut dan pergi ke kamarnya.

/Di kamar/

"Azel bisa ga ya, bikin ayah sayang Azel?"
Tanya Azel pada dirinya sendiri dan meraih guling agar bisa ia dekap, Azel membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Nanti ayah pulang, Azel harap ayah dan ibu tidak bertengkar"

Azel mengakhiri pikiran-pikiran buruknya, perlahan Azel menutup kedua matanya hingga ia sudah berada di alam mimpi.

****

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu membangunkan Azel dari tidurnya. Azel berdiri dan segera membuka kan pintu.

Begitu terkejutnya Azel kala mendapati ayahnya di depan pintu, Azel sangat takut berhadapan dekat dengan ayahnya seperti saat ini.

Rio merentangkan kedua tangannya dengan tersenyum seperti meminta untuk dipeluk, Azel yang masih bingung hanya tertegun dan diam mendapati ayahnya yang berubah itu.

Rio yang tak mendapatkan respon dari anaknya pun berkata.

"Kemarilah"

Azel tersadar dan merasa sangat senang, hal yang Azel inginkan selama ini terwujud. Dengan tersenyum Azel maju kearah ayahnya dan langsung berhambur kedalam pelukan yang sangat Azel impikan selama ini.

"Maafkan ayah ya Azel" cicit Rio dengan mengusap-usap punggung kecil milik Azel.

Azel mendongok menatap ayahnya dalam-dalam. Azel sangat merasa senang, sedih, dan terharu saat ini, tak terasa air mata Azel meluncur laju begitu saja.

Rio mengusap air mata Azel dan berkata "Ayah menyesal Azel, maaf..."

" Ayah sayang Azel"

"Azel sudah memaafkan ayah sedari dulu, Azel senang akhirnya ayah menyayangi Azel"

"Ayah benar-benar menyesal nak... Maaf kan ayah ya"

"Tak apa ayah, Azel juga sudah memaafkan ayah, Terima kasih ayah telah menyayangi Azel"

"Ayah menyesal, selama ini ayah tak pernah ada dalam proses pertumbuhanmu, bahkan sekarang kau tumbuh dewasa tanpa peran dariku" Kali ini Rio mengatakan disertai air matanya.

Azel yang melihat tersebut langsung saja menghapus air mata ayahnya.

Dibalik tembok, ada sepasang mata yang menyaksikan interaksi ayah juga anaknya, Alma menangis melihat hal itu, hatinya terasa menghangat. Alma bersyukur, akhirnya setelah sekian lama perjuangan Azel dalam menarik kasih sayang ayahnya terkabul.
Perlahan Alma melangkah mendekat dan berkata.

"Aku juga mau di peluk"

Azel dan Rio terkejut dengan kehadiran Alma, tanpa berlama-lama, Azel langsung menarik ibunya agar ikut berpelukan bersama.

Nyaman... Itulah yang Azel rasakan dalam dekapan kedua orang tuanya.
Azel tak henti-hentinya mengatakan syukur, karena semua yang Azel inginkan telah terjadi.

Sekarang...

Azel, Rio, dan Alma berada di ruang keluarga sembari menonton tv. Azel duduk di tengah-tengah kedua orangtuanya, Azel menyandarkan kepalanya di dada bidang milik sang ayah, Alma mengelus surai lembut putrinya itu.

"Tuhan... Terimakasih telah mengabulkan segala doa Azel selama ini, Azel senang sekali akhirnya Azel mendapatkan peran yang selalu Azel inginkan" batin Azel, ternyata Azel menangis dan air matanya membasahi baju sang ayah.

Rio menyadari jika dadanya basah karena anaknya menangis.

"Azel sayang... jangan nangis nak" ujar Rio

Alma yang mendengarnya langsung menatap sang anak dan benar saja Azel memang sedang menangis.

"Kenapa sayang..." Alma bertanya pada Azel

Azel menjawabnya dengan tersenyum bahagia, senyum yang tak pernah ia tunjukkan selama ini. Dalam senyum Azel terdapat rasa yang sangat dalam.

"Azel sayang ayah ibu" hanya itu yang mampu Azel katakan disaat yang sangat bahagia ini.

"Kita juga sayang Azel" sahut Alama

Azel, Rio, dan Alma kembali berpelukan.

Jujur nulis bagian ini ngandung bawang sii...

Kira-kira gimana ya lanjutan nya??

Ada yang baca ceritaku ga yaa...
Aku harap jika ada kalian jangan mode silent ya... Tolong tinggalin jejak kalian dengan follow, vote, dan komen. Okayy😀

Aku agak ragu buat lanjutin cerita ini, aku takut ga ada yang suka dan gaada yang baca.

Azelliya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang