••••••
- I Hate U- i've been listening to this song recently. I like the vibe of the song :D I know it doesn't match this chapter's vibe but that's okay i think. What do you think bout the song? it's sounds nice right?
••••
01. Nightmare
Tatapan tajam berwarna dengan iris biru itu seakan menikam hatinya. Meskipun tidak bisa melihat wajah yang terhalang bayangan itu, ia masih bisa melihat iris biru itu melempar tatapan tidak bisa diartikan ke arahnya. Tatapan yang membuat hatinya terasa sangat sesak. Dengan tangan yang memegang sebuah pedang berlumuran darah laki-laki itu itu berjalan mendekat ke arahnya membuat si gadis bergerak mundur.
Sial, punggung telanjangnya berkontakan langsung dengan tembok kokoh di belakangnya. Ia sudah tidak bisa bergerak kemana-mana. Tidak ada cara untuknya menghindari bertatapan dengan iris biru kelam di hadapannya ini. Tatapan mata laki-laki bisa melihat bibir laki-laki itu bergerak mengucap sesuatu yang tidak bisa ia dengar.
Gadis itu merosot ke lantai, kakinya sangat lemas hingga tidak mampu berdiri karena ketakutannya. Secercah harapan terpancar di netra hitam itu kala melihat seorang wanita dewasa berpakaian pelayan yang membawa pedang berjalan sangat pelan dari pintu di belakang laki-laki itu. Gadis itu menutup matanya kala melihat pelayan tersebut mengayunkan pedangnya dengan cepat ke arah leher laki-laki tersebut.
Dengan mata tertutup gadis itu menghela nafas panjang. Apa yang terjadi? mengapa tidak ada suara kesakitan dari laki-laki tadi? Gadis itu membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi.
Deg
Jantungnya bergemuruh. Tangan laki-laki itu menahan ujung pedang pelayan tadi dengan tangan kosongnya. Terlihat darah segar keluar bercucuran dari tangan besar itu membasahi pedang tadi. Ternyata laki-laki itu lebih dulu mengetahuinya.
Si pelayan terjatuh duduk karena kakinya tidak mampu menahan bebannya. Sedangkan laki-laki dengan pakaian kebesarannya mengambil alih pedang wanita pelayan itu.
Ia berbalik dan memandang rendah wanita yang terduduk di bawah kakinya itu. Ia terkekeh melihat kekonyolan yang terjadi. Haah... ia merasa terhina sekarang.
"Bodoh, kenapa tidak menusuk dadaku saja? Kukira aku bisa mendapat pertunjukan yang lebih baik daripada ini." Ucapnya seraya duduk menyejajarkan diri dengan wanita itu.
Mata berwarna electric blue itu menatap wanita yang bergetar di depannya dengan ekspresi yang tak berarti. Tangan besar yang berlumuran darah itu mencengkeram kedua pipi wanita itu dengan kuat. "Manusia rendahan seperti kalian memang tidak bisa diharapkan. Kau mau aku ajarkan cara membunuh yang jauh lebih baik?"
Wanita itu menggeleng dengan penuh ketakutan.
"Kau tidak mau ya? sayang sekali." Ia merogoh sapu tangan di pakaian kebesarannya. Ia mengelap darahnya di pedang wanita tadi dengan tenang.
"Lari lah sebelum aku berubah pikiran."
Wanita tadi melihat ke arah nonanya yang berada di ujung ruangan sana. Ia bisa melihat anggukan dari gadis itu yang menyuruhnya untuk lari. Tapi bagaimana dengan nonanya jika ia pergi? Ia sangat bimbang.
Sebuah ide muncul di otak wanita itu. Ia akan lari secepat-cepatnya lalu meminta bantuan untuk menolong nonanya. Ya, benar. Ia sedikit menyesal sekarang, seharusnya ia melakukan itu tadi. Hanya karena dendamnya kepada tiran ini ia jadi gelap mata dan berpikir pendek. Dengan cepat wanita itu bangun untuk berlari mencari pertolongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED THREAD
Teen FictionCassandra Aura Nugraha, hampir semua orang mengenalnya dengan julukan Perfect Princess. Orang-orang melihat kehidupan gadis berusia 17 tahun itu seakan cerita dongeng yang ditulis dengan sempurna. Bagaimana tidak, Cassandra terlahir sebagai keturuna...