WE CAN'T BE FRIENDS
Sejak Haechan berkenalan dengan teman-teman Mark, sejak itu pula hari-harinya mulai berubah.
Benar saja, Jeno selalu mencoba menghubunginya.
Apapun akan Jeno lakukan agar komunikasinya dan Haechan tidak terhenti. Walaupun itu hanya sedekar basa basi seperti
"Sedang apa?"
"Bagaimana harimu hari ini? Apakah menyenangkan?"
"Sudah makan?"
"Apa aku menganggumu Haechan?"
Ya, seperti itulah beberapa chat awalan dari Jeno.
Awalnya Haechan sedikit merasa tidak nyaman, namun Haechan merupakan tipe orang yang tidak enakan bila menyangkut hal ini.
Ia tidak ingin membuat Jeno sakit hati kepadanya.
Ting
"Kapan jam kuliahmu selesai? Bagaimana jika kita pulang bersama?"
Haechan sedikit menghela nafasnya sesaat setelah ia membaca pesan dari Jeno.
"Apa ini?? Kenapa kau menghela nafasmu?"
Mark langsung saja menyadari perubahan pada raut wajah sahabatnya setelah ia membaca pesan pada handphonenya.Haechan menatap Mark dan tersenyum lembut.
" Tidak ada, hanya Renjun yang menyebalkan"Haechan berbohong. Ia hanya tidak ingin Mark mengetahui bahwa selama ini ia dan Jeno sering saling mengirim pesan. Ya walaupun sebenarnya Jeno yang selalu memulainya, tapi tetap saja Haechan juga tidak pernah mengabaikannya.
"Ohh, baiklah.
Dan Haechan, maaf kurasa untuk sore ini aku tidak bisa ikut denganmu" ujar Mark yang tiba-tiba membatalkan jadwal mereka menuju toko buku."Ehh kenapa tiba-tiba?" Haechan mencoba bertanya.
"Mina mengajakku untuk berbelanja bulanan heheh"
Seakan tak bersalah, Mark menjawabnya dengan cengiran andalannya."Cihh, yasudah aku pergi sendiri saja"
Sebenarnya Haechan sedikit kesal dengn Mark yang tiba-tiba membatalkan jadwal mereka dan lebih memilih pergi dengan kekasihnya.
Haechan mencoba meluruskan pikirannya. Benar apa yang dikatakan Renjun
"Status sahabat akan selalu kalah dengan kekasih Haechan, dia akan selalu mengutamakan Mina dari pada dirimu""Ck.."
Hachan berdecak sendiri ketika ia kembali mengingat ucapan Renjun.
Mark yang berada disampingnya hanya menampilkan wajah bingungnya.Sebenarnya Mark merasa sedikit tidak enak kepada Haechan.
Namun ia lebih memilih untuk membujuk Haechan yang merajuk daripada Mina kekasihnya.Jujur saja jika Haechan yang sedang merajuk itu terlihat sangat manis dengan wajah kesalnya.
Dan juga, sejak kecil Haechan tak pernah marah kepada Mark dengan waktu yang lama.
Selalu saja Haechan akan luluh dengan segala perlakuan Mark padanya.
Mark yakin bahwa Haechan benar- benar menyayanginya sebagai seorang sahabat.
Maka dari itu Mark yakin, jika hanya masalah jadwal yang ia batalkan, Haechan tidak akan mungkin marah kepadanya.Itu yang ada dipikiran Mark.
🥀