02

455 43 4
                                    

Felix memakan ayam goreng dengan semangat. Minho melihat Felix seolah dia kanibal kejam memakan mahluk sejenisnya sendiri.

"Pelan-pelan, Yongbok. Kamu belum makan sejak siang?"

"Kimbap!! Tapi aku lebih suka masakan hyung!" Jawab Felix menunjukkan mangkuk kosongnya.

Minho tidak menjawab. Lagipula, dia memasak setiap pagi dan malam. Felix tidak perlu terlihat senang sekali seperti itu.

Jika Felix mau, dia bahkan rela menyiapkan bekal makan siang Felix. Tapi, Felix adalah adik yang baik dan tidak akan merepotkan sang kakak. Begitulah Felix nya Minho yang baik hati. Felix nya Minho yang sangat ia sayangi.

"Jisung yang traktir?" Felix menggelengkan kepala.

"Jisung lembur proyek sama teman-temannya. Aku yang beli kimbap buat dikirim ke Sungie" kata Felix kemudian menegak segelas air.

"Dia persis ayah kalau dia tidak sesibuk sekarang"

Minho sedang mempersiapkan ujian masuk sekolah menengah ketika dia bertemu dengan dua adik laki-lakinya. Kehidupan Minho selalu damai dan tenang. Namun sejak saat itu, hidupnya diramaikan dengan tangisan bayi. Minho yang tidak pernah punya teman bermain, tiba-tiba diajak bermain mobil bersama. Minho selalu membacakan buku untuk dirinya sendiri, tiba-tiba ada seseorang yang ingin mendengarkannya membacakan cerita pengantar tidur.

"Ayah main musik seperti Jisung?"

"Tidak hanya bermain, dia jenius."

Ayah, seorang musisi jenius hanyalah kenangan di benak Minho. Selama ini rasanya seperti mimpi, atau bahkan sesuatu dari semesta lain. Minho tidak ingat kapan tepatnya. Ingatan tentang ayah adalah, seorang pekerja keras yang suka menghabiskan waktu bersama keluarga setiap ada kesempatan.

"Lalu bagaimana denganku?" Felix bertanya dari belakang Minho.

"Apa?" Begitu Minho sadar, Felix sedang mencuci piring di wastafel.

"Aku mirip Ayah atau Ibu?"

"Hmmm entahlah. Kurasa ada yang lebih tau jawabannya."

Hari ketika Jisung dan Felix lahir, Minho mendapat dua pelajaran hidup. Pertama, rasanya menyesakkan saat ditinggal orang-orang yang kamu sayangi. Kedua, tidak akan kamu menyadari betapa sepinya hidupmu, sampai seseorang datang untuk menerangi duniamu.

Minho adalah anak yang jenius. Kecerdasannya dilirik universitas-universitas ternama di tanah air. Minho memutuskan menjadi dokter karena tidak ingin kehilangan siapapun lagi. Minho belajar betapa menyedihkannya kesepian, betapa pentingnya memiliki seseorang untuk dicintai.

Minho memiliki seseorang untuk dicintai.

"Hyung, aku siapkan puding buat hidangan penutup, ya?"

Minho mengangkat alis. Ia ingat stok pudingnya sudah habis sejak tiga hari lalu. Penelitian nya semakin merepotkan, dia tidak punya waktu untuk membeli di minimarket terdekat.

"Aku beli setelah latihan dance sama teman-teman. Hyung selalu kehabisan kalau sedang sibuk, kan? Aku beli banyak karena ada harga diskon!"

Hal-hal kecil. Hal-hal sepele yang tidak penting tetapi ketika seseorang cukup peduli untuk mengingatnya, bukankah itu perasaan yang paling membahagiakan?

"Hyung sedang penelitian.. apa namanya? Aku tidak ingat tapi sepertinya butuh banyak mikir. Ayo hyung harus makan yang manis-manis biar otak segar!"

Minho mendengus, "Dari mana kamu belajar itu?"

"Dokter ganteng di Tiktok bilang begitu!"

Minho berdiri untuk meletakkan piring kotor di wastafel. Dia berbalik ke arah Felix yang berdiri di depan konter. Minho meletakkan tangannya di pinggang Felix sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang adik.

"Yongbok.. kamu punya hyung, dokter dan profesor yang mengajar di universitas ternama. Kenapa kamu harus belajar dari aplikasi semacam itu?"

"B-bukan itu maksudku! Aku uhm- hyung juga tampan! Mata hyung lebih hangat! Hyung tahu kan aku lebih suka dokter yang perhatian daripada—"

Minho menghela nafas berat. Dia membenamkan hidung di tulang selangka Felix. Mata terpejam dan fokus mendengarkan napas lambat Felix. Tangannya menyelinap ke dalam kemeja Felix.

"H-hyung..."

Tangan Minho meraih dada Felix. Dia memberinya beberapa pijatan eksperimental. Tangan kirinya tetap berada di dada Felix sementara tangan kanannya turun ke pinggang belakang Felix. Felix merasakan tangan Minho masuk ke dalam celana dalamnya.

"Hyung.. maafkan aku."

"Mmm.. kenapa minta maaf?"

Minho meremas pantatnya, memperlakukan sama seperti dadanya. Felix mengerang saat dua jari Minho masuk ke dalam lubangnya. Minho memberi satu hingga dua pijatan.

"K-karena membandingkanmu dengan dokter lain..."

Minho tidak biasa bereaksi dengan ekspresi wajah, tapi dia tahu bagaimana menyampaikan perasaan dengan gerak tubuh. Jari Minho semakin masuk ke dalam lubang Felix. Sebuah kebetulan jika dia langsung menekan sweet spot Felix. Minho menggunakan tangannya yang bebas untuk menutupi erangan Felix.

"Terima kasih..."

"Kenapa hyung berterima kasih?"

Minho tidak terbiasa mengekspresikan emosinya. Emosi adalah perasaan yang terlalu besar, dia tidak memiliki kepercayaan diri dan kemauan untuk menyampaikannya. Namun kali ini, Minho bersyukur memiliki adik yang begitu perhatian. Adik yang sangat baik, Minho merasa bersalah karena cemburu pada dokter yang bahkan tidak dia kenal.

Mereka mungkin bersaudara, tapi Felix akan selalu menjadi matahari bagi bulan Minho yang kesepian. 

GOOD THINGS COME TO FAMILY THAT LAUGH • chanminsunglix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang