6. Emosi seorang Blaze

10 1 0
                                    

   "Gue mau ngasih tuh orang brengsek pelajaran"

✰ ✰ ✰

   "Blaze sabar! Jangan emosi!" Tegur Thorn menatap Blaze yg dilanda emosi, mata oren jingga Blaze menatap tajam manik hijau Thorn "Apa? Sabar? Temen kita luka kaya gini, pingsan dari tadi, ga sadar². Sabar kata lu?" Blaze mendengus

   "Sabar dulu Blaze, tahan emosi lu sekarang" Solar angkat bicara, ikut menyabari Blaze

   "Lawak lu pada, Taufan di pukul kenceng kaya gitu GIMANA GA MAU EMOSI ANJING!?" Blaze menggepal kedua tangannya kuat, menyalurkan emosinya yg memuncak. Thorn yg sudah selesai mengobati luka Halilintar tiba² berdiri lalu menghampiri Blaze

   "Blaze? Doa aja buat upan.. Kasian upan klo liat Blaze emosi kaya gini" Thorn memijat kedua bahu pemuda dihadapannya pelan, bermaksud agar ia sedikit rileks

   "Tapi Thorn, masa kita diem aja? Klo si mosun kenapa² gimana, Thorn?" Tanya nya dengan nada lebih rendah dari sebelumnya

   "Ck, Orang² itu juga udh dapet ganjaran nya, lu ga ush macem²" Ujar Halilintar sembari memejamkan matanya, ia ingin beristirahat sejenak, namun disekitarnya malah kecoh

   Blaze masih tidak tenang, ia semakin menguatkan gepalan kedua tangannya. Ice menghampiri kembarannya saat ia melirik ke kepalan pemuda itu

   "Jngn ngelukain diri lu sendiri, dia pingsan baru 2 jam an, bukan 2 mingguan. Ga usah terlalu emosi" Ice memegang kepalan tangan Blaze "Buka kepalan lu" suruhnya

   Blaze menatap kembarannya dengan kening berkerut "Maksud lu apa Ice?"

   Bukannya menjawab, Ice malah mengangkat kedua tangan Blaze, betapa terkejutnya ia saat melihat telapak tangannya yg terluka, akibat kepalan nya yg terlalu kuat

   "Tanpa lu sadari, kepalan tangan lu itu terlalu kuat, kuku² lu itu nembus ke dalam kulit tangan lu. Kendaliin emosi itu Blaze" Ujar Ice dengan nada khawatir, membuat hati kecil Blaze tersentil mendengar nada bicara Ice yg terbilang khawatir padanya

   "Gue benci ketika lu nge dzholim diri lu sendiri" gumam Ice kecil, namun siapa sangka Blaze mampu mendengarnya

   Mata biru muda tenang Ice teralih ke arah Thorn yg berada di samping Blaze "Bendul, tolong obatin luka si kurcaci ini" Pinta Ice lalu kembali ke tempat asalnya tadi

   "Hmph! Nama gue Thorn! Bukan Bendul!" Ketus Thorn namun tetap menuruti ucapan Ice, ditariknya tangan Blaze menuju meja tempat obat² diletakan. Sang empunya tangan hanya pasrah di obati. Sebenarnya ia bodo amat dengan luka ini, tapi mau tak mau ia harus mengikuti suruhan kembarannya itu

~

   Dua sejoli terlihat tengah berpelukan, Pemuda yg lebih tua sibuk mengusap² punggung sang adik kecilnya yg tengah menangis. Entah sudah berapa lama mereka memposisikan pelukan itu

   "Udah jangan nangis, masa cowo nangis sih? Cengeng, jadi nambah jelek tuh muka lu" Celetuk Beliung yg ternyata abang sulung dari Taufan. Adiknya tak henti² untuk menangis. Kerinduan pada abangnya sangatlah besar

   "Hiks.. B-bang.. B-beneran ka-kan?" Tanya Taufan sembari sesegukan, kedua tangannya sibuk mengelap air mata yg mengalir di pipinya. Beliung tersenyum lalu mengusap² puncak kepala adiknya "Aihh.. Beneran masa ga percaya? Siapa coba makhluk yg bisa meng copy abang mu yg ganteng ini, hah? Hahahaha"

   Taufan ikut tertawa "Gantengan juga Upan dari pada abang" celetuknya dengan senyum merekah di wajahnya

   "Mana? Orang beleran begini, gantengnya dimana coba? Hihihi" Ejeknya, Taufan cemberut lalu dengan kesal ia meninju lengan Beliung pelan

Memories [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang