7. Hilang

8 1 0
                                    

   Besoknya Circle Element's. Terkecuali Taufan. Berangkat sekolah seperti biasanya, namun minesnya di tongkrongan pojok kantin sepi padahal ada circle Element's disana. Sepi karna Tidak ada yg memulai keributan, bahkan menggoda siswi² lain. Mereka sangat kehilangan sosok Taufan. Buset udh kaya mati aja si Muson. 

   "Solar, semalem ga ada tanda² Upan sadar?" Tanya Thorn seraya menatap solar, remaja itu menggeleng kepalanya pelan 

   "Engga Thorn, gue juga begadang sampe jam 2 an buat jaga²" Ucap solar, kepalanya menunduk menatap tangannya yg mengaduk² minumannya 

   Blaze juga nampak diam sedari tadi, remaja itu kalau sedang emosi suka berdiam diri. Pikirannya mengkhawatirkan dengan kondisi Taufan yg tak kunjung sadar.

   Ice yg berada di sampingnya diam diam memerhatikan gerak gerik abang kembaran nya yg hanya berbeda 3 menit dari nya

   Halilintar menghela nafas gusar "Tck, kalau begini bilang ke nyokap nya gimana bngst!?" ketusnya kesal, Halilintar dari tadi memikirkan cara memberi tau keadaan Taufan ke ibu nya bagaimana. Semalam Putri menelpon Hali, menanyakan keberadaan anaknya yg tak kunjung balik, Hali sampai harus berbohong kalau Taufan sedang menginap dirumah Solar alasan untuk mengerjakan tugas kelompok

   "Ohh yasudah nak Hali, padahal Tante lagi suruh anak itu buat beliin barang² yg kurang, eh ga tau nya pergi ke rumah nak Solar" 

   Ya begitulah ucapan terakhir Putri saat tengah menelpon dirinya, terpaksa ia membelikan barang² yg Putri amanah kan kepada Taufan yg tengah di alam bawah baka /Plak! Maksudnya alam bawah sadar 

   Di tengah² keheningan menyelimuti ke 5 remaja di pojok kantin, Ketua OSIS menghampiri kawan² nya itu, namun ada kebingungan di benaknya "Loh? Taufan mana? Ga ikut gabung?" Tanya Gempa yg baru saja sampai di meja kawan² nya, alisnya semakin mengernyit 

   Semua teman² nya terdiam, pandangan mata Gempa beralih ke remaja iris Ruby yg tengah memejamkan matanya "Lin? Taufan mana? Biasanya kan sama lo" Hali menghela nafas pelan sebelum ia menjawab 

   "Taufan sakit, baru aja dia kabarin ke gue" Bohong Hali dengan mata masih ia pejam. Gempa pun ber oh ria, matanya tiba² melihat sebuah kain perban melilit tangan kanan Halilintar 

   "Tangan lo kenapa Lin? Luka gara² apa?" Tanya nya seraya mendarat kan bokongnya di kursi samping Blaze 

   "Cuma luka kecil Gem" Jawab Hali 

   "Bener luka kecil? Biasanya lu bodo amat loh Lin, bohong yaa?" Curiga Gempa menatap lekat mata ruby Halilintar. Saat melihat wajah remaja itu, Gempa baru tersadar sesuatu. Ya, wajah Halilintar terlihat bonyok dengan luka² berwarna biru di beberapa bagian

   "Bener Ge-" 

   "Upan!!" Pekik Thorn dengan pandangan lurus. Teriakannya membuat ucapan Hali terpotong. Semua mata sahabatnya bahkan beberapa pasang mata murid lain menatap remaja hijau itu kaget sekaligus heran

   "Thorn? Kenapa?" Tanya Solar menatap heran sahabat kecilnya, pasalnya ia tadi menyebut Taufan kan? Sedangkan anak itu masih berada di rumahnya, bahkan belum sadar dari pingsannya 

   Tiba² Thorn berdiri dari bangkunya, masih menatap lurus dimana sosok Taufan itu berada. "Itu! ada Upan disana!" Ucapnya dengan senyuman nya melebar, semua teman² nya menatap kearah yg di tunjuk Thorn. Remaja hijau itu baru saja ingin melangkah, namun sebuah tangan mencekal lengannya. Solar lah yg menahannya 

   Solar mendudukan Thorn kembali "Thorn.. Ga ada orang disana.. Dan.. Taufan kan lagi sakit" Ucapnya pelan, menyadarkan halusinasi remaja di hadapannya

Memories [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang