Malam ini,takbir berkumandang. Menandakan tibanya malam yang penuh kemuliaan. Bersaut sautan,betapa bahagianya umat islam saat ini.
Malam yang indah,dengan kerlip bintabg bertaburan,dan rembulan sang penerang,gelapnya malam,tertutup dengan bagahagianya canda tawa bersama keluarga tercinta.
Sayup sayup terdengar suara merdu yang mengalun,mengagungkan nama besar sang pencipta bumi. Allah yang maha besar,tiada tuhan selain Allah yang maha besar.
"Allahu Akbar~ Allahu Akbar~ Lailahaillallah~ Huallah Huakbar~ Allahu Akbar~ Walillahi Hilham~"
Taufan menyandungkan sebuah lafal keagungan Allah. Halilintar tersenyum mendengar nya, betapa bahagianya sang adik tersayangnya sekarang.
"Taufan." panggil Halilintar, Taufan tersenyum,lantas berlari mendekat,menjatuhkan dirinya kepelukan sang kakak.
"Hangat,Ufan kangen."
Sungguh,hati Halilintar yang lebih hangat saat ini. Sudah lama mereka tak melakukan kegiatan secandu ini,beruntung saja,para sepupunya yang lain sedang berada di masjid,mengikuti kegiatan menyebut keagungan Allah.
Surai coklat Taufan diusaknya perlahan,lembut,jarang Halilintar melakukan seperti ini apda Taufan. Taufan terkekeh, sifat yang ada dibalik jati diri kakaknya, memang sangat ia tunggu tunggu.
"Bahagia ya?" pertanyaan konyol mengalun lembut kedalam rongga telinga sang adik. Taufan tersenyum,menganguk membenarkan. Ia sungguh bahagia,bersama para sepupu dan kakak terkasihnya.
"Pasti! Nanti kan hari yang paling dinanti nantikan oleh unat islam!" jawab Taufan lagi,kali ini tangan kanannya terkepal,menunjukkan semangat nya yang membara.
"Haha,kau lucu,ya!" kekeh Halilintar, adiknya yabg satu ini memang tak pernah berubah,selalu terkesan imut dimata orang lain.
"Ufan udah gede,kok!" jawabnya tak terima,Halilintar mencubit lembut hidung Taufan, tak tahan mencapai tingkat kegemasannya
"Kita cuma berdua ya?" terlontar pertanyaan itu dari bibir merah Taufan, Halilintar termanggu. Taufan yang menyadarinya segera menunduk,meminta maaf.
"Jangan sedih." dua kalimat yang tercurah dari mulut Halilintar, sudah cukup untuk menggambarkan isi hatinya saat ini.
"Haha,kakak selalu tau apa yang ada didalam hati Ufan!" serunya,Halilintar tersenyum tipis. Lalu menyentuh dagu sanga adik, mata bulat Shappire yang cerah menjadi pandangan itens Halilintar saat ini.
"Jangan bohong."
Senyum Taufan memudar,tatapan nya berubah sendu. Ah,seberapa beruntung nya dia memiliki Halilintar saat ini.
"Kamu gk sendiri, walaupun ayah dan bunda telah pergi,kamu tetap punya kakak,jangan nahan semua itu sendiri." ujar Halilintar.
Air mata Taufan menetes,terlukis sendu dihalusnya kulit pipinya,tangan hangat Halilintar yang membantu nya menghilangkan kesedihan ini.
Halilintar mengusapnya perlahan. "Kamu,gk akan pernah bisa bohongi kakak." setelah nya senyum khas Halilintar terbit di wajah tampannya.
Taufan memeluknya erat,menangis di pelukan sang kakak. Memang,Halilintar dan Taufan tak pernah bisa terpisahkan,selalu akur walaupun dengan cara yang berbeda.
"Dah,jangan sedih dong! Tuh lihat pawai!" seru Halilintar melihat beriuh riuhnya kerumunan orang yang membawa obor,seraya mengumandangkan takbir.
Halilintar lagi lagi tersenyum, membentuk bulan sabit yang sempurna.
"Rindu.."
Dalam kesendiriannya Halilintar menahan gejolak rindu yang tertahan,ini tugasnya sebagai seorang sulung,sebagai seorang kakak.
"Janji jangan begitu lagi,ya?" ucap Halilintar, jari kelingkingnya bertautan dengan jari milik si adik. Taufan terkekeh. "Janji!"
Ah,benar benar malam yang penuh dengan kebahagiaan~
😇😇😇😇😇
Yey! Dah lebarann!!!
Komen and Vote dong! Jangan baca doang😞
Ini Chapter Endnya Kegiatan bulan puasa!Chapter 11-20 pastinya akan datang dengan tema kehidupan sehari hari! Selalu nantikan ya!
![](https://img.wattpad.com/cover/365547103-288-k176202.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HALITAU { S3 }
FanfictionSequel dari cerita Halitau S2. gk tau nih mau nyampe S berapa,selagi gw mood aja. tentang puasa ramadhan halitau yang abal abal. baca dulu gih,bingung gw gimana nulis deskripsinya.