Episode 1

180 4 4
                                    

Episode 1.
Tahu Isi Kenangan Pedas

Beberapa tahun yang lalu...

"Gus, cepetan! Aku sakit perut ini Gus!" Seorang pemuda berteriak panik sambil menggedor-gedor sebuah pintu kayu yang bertuliskan W.C di depan nya, sambil memegangi perutnya ia terus saja menggedor-gedor pintu tersebut.

"Sabar cuk! Gue juga sakit perut! ahh!" Orang di dalam W.C menyahut dengan suara mendesah berlogat jawa yang kental lalu diiringi rentetan tembakan angin yang membabi buta.

"Wasyuuuuu! Baunya kampret!" Pemuda yang masih berdiri di depan pintu menggerutu, tangannya berhenti menggedor lantas menutupi lubang hidung miliknya, paru-parunya masih terlalu ia sayangi. Ia tak ingin paru-parunya rusak akibat rentetan peluru angin yang datang dari dalam W.C.

"Ini gak salah lagi, mesti gara-gara tahu pedes yang kemaren kita beli di depan kampus, uuggh..." Seorang yang bernama Agus berkata dari dalam W.C.

"Kamu tanggung jawab Gus, gara-gara ngikutin cewe yang kamu taksir aku jadi sakit perut, duh..." Balas pemuda yang masih berdiri di luar W.C, tangannya masih memegangi perut yang melilit.

"Sa-salahmu sendiri Jun, ngapain ngikutin gue, uhh..."

"Aku penasaran liat cewe yang katanya paling cakep di antara mahasiswi baru," Balas pemuda bernama Juni yang mulai tak tahan dengan rasa sakit perut yang begitu menyiksa.

"Bukan itu, ngapain kamu ikut-ikutan? Kamu kan ngga suka pedes Jun! Uggh..."

"Biar cocok sama dia Gus, cewek cantik kemaren gosipnya kan suka pedes," Jawab Juni Cuek. Tampaknya Ia mulai bisa mengendalikan rasa sakit di perutnya.

"Woi kampret, Septi Jatah gue!" teriak Agus lantang, lalu suara kecipak air terdengar beberapa saat kemudian.

"Pokoknya Septi jatah gue Jun!" Agus berteriak begitu ia membuka pintu W.C.

"Iyaa Iyaa, minggir sana aku mau pake W.C," jawab Juni singkat lalu masuk dan menutup pintu.

"Agus sundal! Siram dulu kek! Kampret!!!" Teriak Juni dari dalam W.C, sedangkan Agus hanya cekikian sambil berlalu meninggalkan sahabatnya dengan ampas perutnya yang tak wangi.

Begitulah kira-kira kehidupan sehari-hari Dua orang mahasiswa yang berasal dari tanah Jawa ketika mereka hidup dalam satu kost di kota kembang demi mengecap pendidikan di salah satu perguruan tinggi.

Juni Dan Agus, keduanya kini mahasiswa yang telah menginjak semester 2, mereka tinggal di satu kost yang sama di daerah Setiabudi. Alasan nya sama dengan setiap mahasiswa yang berasal dari luar kota, "biar deket sama kampus."

Meski berbeda jurusan, itu tak menjadi penghalang bagi mereka untuk bersahabat, susah senang di hadapi bersama, gelombang ombak mereka terjang bersama. Contohnya seperti kemarin, dengan alasan setia kawan, Juni terpaksa memakan tahu isi pedas di tempat penjual gorengan yang ia datangi bersama Agus, hanya agar Agus dapat melihat wajah Septi, gadis idamannya sejak menjadi mahsiswa baru.

"Pokoknya Septi jatah gue Jun!" begitulah kata-kata yang Agus keluarkan saat mereka membahas cewek di suatu sore.

"Ngga berani deketin ya ngga akan dapet Gus," begitulah jawaban Juni dengan cueknya yang langsung dibalas pukulan yang mendarat di bahunya. Mereka berdua bagaikan dua kutub yang berbeda, Agus yang meledak-ledak dan Juni yang dingin seperti Es.

Suasana di kost akan terasa sepi bila tak ada mereka berdua, mereka adalah main char di kostan yang memiliki 4 lantai dengan sebuah area jemur di lantai paling atas.

===============

Siang itu Matahari bersinar angkuh, panasnya begitu membara, seperti ingin membakar seluruh isi bumi. Di salah sudut kampus Agus dan Juni sedang duduk di sebuah bangku taman yang dinaungi oleh pohon Akasia, Mereka mencoba berlindung dari sengatan mentari.

Kotak NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang