Episode 3

108 6 0
                                    

Episode 3.
Lilin Pink Yang Romantis

Sepeninggal Agus, Juni berlari kecil menuju parkiran dibawah rintik hujan yang masih saja menitik, dengan segera ia masuk ke dalam mobil Volkswagen tua kesayangan.

Dibalik wiper yang bergerak ke-kanan dan ke-kiri berusaha untuk menghilangkan tetesan hujan yang membekas di kaca bagian depan, Juni melihat sosok April yang sedang berjalan dibawah payung, ia bersama seorang pria terlihat menuju sebuah Alphard yang terparkir tak jauh dari volkswagen tua berwarna biru muda.

Juni mematung saat melihat pria itu membukakan pintu mobil yang terbilang cukup mewah tersebut, hanya suara rintik hujan yang membentur atap disertai suara decitan wiper yang terdengar dalam mobil Juni. Pandangan Juni masih tertuju pada mobil Alphard yang melintas di hadapannya ketika lagi-lagi sebuah pesan Whatsapp masuk kedalam Smartphone-nya.

[ July ]
Available

"Juni... kamu dimana? aku hampir jamuran nih nungguin kamu >,<"

Jari-jari Juni menari lincah diatas keyboard virtual pada Smartphone-nya ketika akhirnya mobil Alphard bewarna hitam itu hilang di kejauhan.

Dan dengan segera Juni meluncur mengendarai Mobil tua nya menuju salah satu Cafe dimana seseorang telah menunggunya hingga hampir berjamur...

"Maap telat," Sapa Juni begitu ia tiba di cafe pada gadis yang sedang duduk memandang ke luar lewat jendela yang terlihat basah.

"Eh, Juni..." Gadis berambut bob yang di highlight coklat itu tersenyum manja melihat kedatangan Juni yang ngaret hampir 2 jam lamanya. "Aku khawatir, kamu telatnya ngga kayak biasa sih, aku kira kamu lupa hari ini hari apa," sambung gadis tersebut, wajah cerianya beberapa detik lalu segera berubah dengan rona wajah yang terlihat sedih.

"Tadi Hujan, Maap ya... mh...hari ini hari kamis kan?" Juni menjawab lalu duduk di depan gadis itu.

"Hari kamis? iya sih hari ini hari kamis tapi kan, huh... nyebelin..." gadis itu merengut, wajahnya cemberut mirip curut.

"Ngga usah gitu dong mukanya, nanti kayak curut," bujuk Juni agar gadis itu menurut dan tak cemberut lagi.

"Ih ngerayunya masa gitu doang?" protes gadis itu yang makin cemberut.

"Terus harusnya gimana?" Tanya Juni dengan nada bicara datar seperti biasa.

"Ya apa kek, romantis dikit gitu..."

"Romantis itu bukan nya makan malem yang dihiasi lilin-lilin warna pink ya?"

'Deg!' seusai melontarkan kata-kata barusan, jantung Juni berdegup kencang, sebuah perasaan sakit yang semu mulai merambat dari jantung hingga keseluruh tubuh, Bagaikan api yang melahap habis batang lilin...

===============

Waktu adalah sesuatu yang berjalan dengan cepat, hari demi hari silih berganti, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berjalan, hingga akhirnya tak terasa Juni dan kawan-kawan telah memasuki semester 3.

Kotak Nostalgia yang berada di pojok kamar mulai berisi berbagai barang yang selalu di isi oleh April se-enaknya ketika ia singgah di kostan Juni, mulai dari bungkus mie instant hingga tisu bekas April bersin. Kini Kotak Nostalgia berharga milik Juni tak jauh berbeda seperti tempat sampah.

"He-hei, ngapain itu bungkus mie instant kamu masukin kedalam sana?" protes Juni saat melihat April memasukan satu bungkus mie instant kedalam kotak berwarna hitam di sudut kamar Juni. "Tong sampah di depan pintu, Pril." Lanjut Juni sambil menunjuk ke depan pintu yang terbuka.

"Buat bahan nostalgia esok hari Jun," jawab April enteng, lalu mengaduk-ngaduk mie goreng di atas piring yang baru saja matang.

"Buat apa coba?" Juni kembali berusaha kalem, meskipun agak gondok dengan kelakuan sahabatnya itu.

Kotak NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang