Episode 2

122 7 3
                                    

Episode 2.
Setitik Hujan, Sekolam Kenangan

Juni baru saja selesai menemui dosen pembimbing, ia melangkah keluar dari ruangan dosennya di iringi deras hujan yang lumayan lebat diluar sana, Juni menatap keluar lewat kaca yang tampak basah, angin berhembus menggoyangkan beberapa pohon yang menghiasi taman.

Juni kemudian menuju kantin, sekedar untuk mengisi perutnya yang kosong karena belum sempat sarapan tadi pagi. Nasi Uduk kini telah berada di atas meja panjang berbahan kayu tepat di hadapan Juni.

"Si Agus kamana Jun?" Tanya mang Karna, penjual nasi Uduk langganan Juni sejak ia masih mahasiswa baru, selain harganya yang bersahabat, nasi Uduk mang Karna rasanya lumayan nikmat, apalagi disaat sekarat ketika uang kiriman macet.

"Ngga tau mang, tadi ngga bareng soalnya," jawab Juni singkat seperti biasa. Ia kemudian mengaduk-ngaduk nasi uduk yang dihadapannya.

"Mang, gue juga pesen nasi Uduk satu," tiba-tiba sebuah suara muncul di belakang Juni.

"Nah, tuh si Agus datang," Kata Mang Karna sambil menujuk ke arah Agus yang baru saja duduk di samping Juni.
"Bayarnya kontan atau ngutang Gus?" lanjut mang Karna.

"Biasa mang, hehehe," Jawab Agus sambil nyengir kuda.

"Udah mau lulus masih aja ngutang, Gus, Gus..." seloroh mang Karna sembari balik badan, kembali menuju booth nasi Uduknya.

"Tumben kamu ke kantin Jun," sapa Agus.

"Aku laper Gus," jawab Juni singkat.

"Ah, bukannya kamu ngga kuat liat hujan ya?"

"...." Juni tak menjawab, hanya mengaduk-ngaduk nasi Uduk di piring.

Tak lama berselang, sepiring nasi Uduk hangat tiba di hadapan Agus, tanpa tedeng aling Agus langsung melahap nasi Uduk itu.

"Ayok makan Jun," ucap Agus dengan mulut yang penuh.

"Aku mendadak hilang selera Gus, nih kalo kamu mau, abisin aja." Juni menggeser piringnya ke arah Agus.

"Serius?" Tanya Agus sumringah. Juni menjawab hanya dengan sebuah anggukan.

"Rezeki yo ngga kemana, Hihi..." Agus cekikan, lalu melanjutkan melahap nasi Uduk yang masih mengeluarkan asap.

Sementara itu Juni memandang ke luar kantin, hujan yang mulai mereda kini meninggalkan tetesan-tetesan air yang jatuh dari ujung genting kantin.

Juni memandang setiap tetes air dari ujung genting, tetesan itu jatuh dan mengisi beberapa cekungan kecil di atas tanah. Tanpa Juni sadari air hujan itu juga mengisi sebuah lubang dalam hatinya, lubang yang telah lama ia coba untuk tutupi namun selalu gagal...

===============

"Maap ya Jun, aku ngga tau kalo kamu ngga suka pedes."

"Iya gak apa-apa kok," jawab Juni datar seperti biasa. Ia mencoba seperti biasanya namun dalam hatinya perasaan aneh seperti gundah gelisah menyelimuti dirinya yang tetap berusaha Stay Cool.

"Habis kemaren aku tanya kamu suka tahu, kamu jawab suka, yaudah aku tawarin deh," jelas April saat mereka duduk berhadapan di meja yang berbahan kayu dengan dua piring nasi Uduk masih mengeluarkan asap di atasnya.

"Aku emang suka tahu, kecuali tahu pedas," ucap Juni sambil mengaduk-ngaduk nasi di piringnya.

"Hmm, gitu..." April mengangguk, " Ayo dimakan Jun, itung-itung permintaan maaf aku ke kamu gak apa-apa kok." lanjut April.

"Iyaa, makasih ya..." Juni lalu mulai memakan nasi Uduk yang masih hangat itu.

"Sekarang masih sakit perutnya?" tanya April ketika Juni masih asik mengunyah. Pertanyaan itu dijawab Juni hanya dengan sebuah gelengan kepala.

Kotak NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang