Suara klakson mobil di hadapan Nadia membuat wanita itu hampir saja tersungkur jika seorang pria tak melindunginya dengan memeluk erat tubuh wanita tersebut yang hendak tertabrak. "Ah!" lenguh seorang pria yang berada di bawah tubuh Nadia.
Nadia mencoba melihat pria di bawahnya yang tak lain adalah Fabian. "Apa kamu sudah gila, sengaja ingin bunuh diri karena aku menolak untuk membantumu?" ujar Fabian membentak Nadia.
Nadia yang mendengar ucapan kejam Fabian menangis seraya memukuli tubuh pria itu seakan tak terima dengan kata-kata pria di hadapannya. "Aku tidak serendah itu!" kesal Nadia sebelum akhirnya memukul punggung belakang Fabian yang hendak bangun dari badan aspal.
"Akh!" Fabian melenguh kesakitan seakan punggung yang baru dipukul Nadia baru saja terluka karenanya.
"Apa kamu terluka?" tanya Nadia panik, bagaimanapun dirinya yang telah salah jika ada suatu terjadi kepada Fabian karena pria itu telah menolongnya.
"Kenapa berkeliaran di depan hotel?" tanya Fabian yang nampaknya dengan sengaja mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Nadia menghela napas kesal. "Aku mau cari makan diluar dan sengaja ingin menunggu taksi di sebrang sana!" ujar Nadia.
"Kamu bisa memesan makanan di hotel, bukankah lebih aman untukmu," ucap Fabian yang juga memikirkan anak di dalam perut Nadia saat ini.
"Ada urusan yang harus aku lakukan, aku harus mengambil tabunganku di rumah kedua orang tuaku. Uang cashku menipis untuk membayar hotelmu yang mahal ini, karena aku tidak bisa menggunakan kartu kredit ataupun debit yang sudah ikut terdaftar dengan email suamiku," ujar Nadia membuat Fabian menghela napasnya.
Fabian yang sedari tadi memang menunggu jemputan supirnya akhirnya mengajak Nadia untuk menawarkan tumpangan kepadanya. "Ayo masuk, supirku sudah datang," ujar Fabian seraya melangkah menjauhi Nadia dan memilih masuk ke dalam mobilnya.
Nadia menelan salivanya sembari berpikir sebelum akhirnya dirinya memilih untuk ikut bersama pria itu ke dalam mobilnya.
Diperjalanan keduanya hanya terdiam tanpa ada sepatah kata keluar dari mulut mereka.
"Sudah sampai," ujar Nadia ketika mobil telah berhenti di sebuah kediaman yang bisa dibilang sangat mewah.
Fabian menyerngitkan dahi seakan tak percaya kalau Nadia ternyata memang bukanlah orang biasa. "Turunlah sebentar," ucap Nadia membuat Fabian yang bersetelan jas serba hitam juga rambut bewarna hitam pekatnya itu kebingungan.
"Bukankah kita tidak ada urusan lagi nona Nadia?" ujar Fabian.
"Aku tidak bisa membiarkan pahlawan kesianganku pergi dengan tangan kosong, masuklah dan ikuti aku sekarang juga," ucap Nadia membuat Fabian sebenarnya cukup penasaran dengan hal apa yang akan Nadia berikan kepadanya.
Fabian akhirnya turun dari mobil dan meminta sang supir untuk menunggunya sebentar.
Nadia merasa aman membawa Fabian ke kediamannya dulu bersama orang tuanya, karena ia tahu mobil Papa dan Mamanya yang sering dibawa oleh keduanya belum ada di rumah.
Tandanya mereka masih berada di luar negeri dan Nadia akan aman membawa Fabian ke dalam. "Kamu membawaku ke kamarmu?" tanya Fabian ketika mereka sampai disebuah ruangan yang berada sebuah kamar tidur dengan walpaper serba putih ke kreman dan cukup banyak perhiasan yang terpajang disana.
Beberapa foto kecil sampai foto Nadia beranjak dewasa hingga sekarang terpampang cukup banyak di atas salah satu meja disana. "Jangan menganggu konsentrasiku, aku sedang mencoba mengingat dimana aku meletakan buku tabunganku!" kesal Nadia.
Fabian mengeluarkan smirknya sembari tertawa kecil, ia tidak menyangka wanita kekanakan ini sudah menikah bahkan sedang mengandung seorang anak di dalam perutnya. "Untuk apa kamu mencari buku tabungan di dalam kamarmu?" tanya Fabian meremehkannya.
"Oh! Ketemu!" ujar Nadia yang langsung mengecek isi dari tabungannya.
Namun tangan jahil Fabian segera merengut buku tabungan tersebut dari tangan Nadia dan melihat saldo di dalam sana yang membuat senyuman Fabian seketika berubah menjadi ekspresi yang serius. "10 juta dolar, bagaimana kamu bisa mengumpulkan nilai mata uang sebesar ini?" tanya Fabian yang cukup tak bisa mempercayainya.
"Kenapa kamu nampak begitu kaget?" tanya balik Nadia sembari melipat kedua tangan di dadanya dan tersenyum dengan remeh menatap kedua mata Fabian yang masih keheranan.
"Aku tidak akan basa-basi lagi, aku bisa saja membeli saham hotelmu dengan harga yang tinggi jika kamu mau membantuku membalaskan dendamku pada suamiku," ujar Nadia.
Fabian mengembalikan buku tabungan itu ke tangan Nadia. "Kenapa aku harus ikut ke dalam permainanmu?" ujar Fabian yang nampaknya masih kukuh menolak permintaan Nadia.
"Aku tidak sanggup jika harus mencari partner lain! Karena setelah ini aku harus segera mencari tempat tinggal, aku butuh apartemen baru yang tak bisa dijangkau oleh suamiku!" ujar Nadia.
"Suamiku adalah orang yang sangat berbahaya, akh pikir kamu adalah lawan yang cukup sebanding dengannya," ujar Nadia kembali.
Lama berdiam diri sekitar lima menit, akhirnya Fabian buka suara. "Jika aku menyetujuinya, hal pertama apa yang harus aku lakukan untukmu?" tanya Fabian dengan wajah yang tak kalah serius.
Nadia menelan salivanya sembari menatap tubuh tegap Fabian. "Lepaskan bajumu di hadapanku sekarang juga," ucap Nadia tanpa rasa malu.
Fabian yang mendengar kalimat itu keluar dari mulut seorang wanita amat sangat tertegun. "Ka-kamu bilang apa barusan?!" tanya Fabian tergagap dibuat Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Rahasia Sang CEO
Romance21+ "ahmngsh" Nadia dikejutkan dengan perselingkuhan Damian sang suami, selaam tujuh tahun pernikahannya ia tak pernah membayangkan akan dikhianati. Hingga seorang pria datang dengan gelar CEO sebuah hotel bintang lima menganggunya dengan mengaku...