DUAR
AKU KEMBWALIIIIHIHIHIHI
Hayo siapa yang nungguin cerita ini update? 😌
Berapa bulan sih aku nggak up?🤔
3 bulan kah? Atau lebih?Angjayyy lama uga ya aku menghilang🙄
Entah kalian stay atau pergi setelah hilangnya saya (hiks srot) lebay anjayy. Udahlah enjoy baca aja sana tak usah hiraukan dirimu inihhhh
[•••]
Setelah keluar dari lift yang sangat sesak tadi, masih tanpa kata Artaleon berjalan meninggalkan Dera. Cewek itu mau tak mau menyusulnya dengan susah payah. Di salah satu unit apartemen itu Artaleon berhenti dan memencet sandi. Dera diam memperhatikan, ini lantai lima unit dua puluh.
Kunci pintu terdengar telah terbuka. Artaleon langsung masuk tanpa meminta Dera untuk ikut masuk. Dera berpikir untuk diam menunggu hingga dipersilahkan untuk masuk. Pintu kembali terkunci dengan Dera yang masih berdiri di luar.
Dera memperhatikan lorong apartemen lantai lima ini yang terdapat beberapa orang lewat. Tidak banyak, hanya sekitar tiga orang sampai pintu di depannya kembali terbuka dan Dera merasakan tarikan kuat di tangannya.
Dera terkurung di antara dinding, Artaleon dan kedua lengannya. Ia berusaha bersikap biasa dengan menatap heran cowok di depannya ini. "Kenapa?" Tidak ada jawaban. "Mau diam-diaman aja?"
Artaleon hanya diam menatap Dera dengan tatapan yang entah apa maknanya. Dera yang tidak ingin berpikir berlebihan lebih memilih melirik isi apartemen itu meski sedikit terhalang lengan Artaleon.
Melihat Dera yang abai padanya, Artaleon berdiri tegak dan memasukkan tangannya ke dalam saku. "Mandi sana." ucapnya terdengar biasa saja meski postur tubuhnya terlihat arogan. Tanpa menunggu respon Dera, ia berlalu seraya melepaskan jaket yang senantiasa ia kenakan meski di kafe tadi sekalian.
"Gue nggak ada baju ganti, masa mau pakai seragam ini lagi?" protes Dera sehingga menghentikan langkah Artaleon. Cowok itu menoleh sekilas dengan tatapan datarnya. "Cari di lemari banyak." jawabnya dengan gerakan kepala menunjuk pada sebuah pintu berwarna putih.
Dera mengangguk kaku dengan terus mengikuti langkah Artaleon yang berjalan menuju pantry. Cewek itu segera menuju pintu itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat ranjang dengan kasur di atasnya, almari, nakas, meja kecil dan beberapa barang lainnya. Tanpa menunggu lama Dera segera melepaskan tasnya di atas kasur dan memasuki pintu yang ada di sana.
Beberapa saat kemudian ia keluar dan memilih pakaian yang tepat untuk ia kenakan dari dalam almari. Pilihannya jatuh pada kaos berwarna army yang pasti seukuran tubuh Artaleon. Ia mengambil dan mengenakannya dengan bawahan celana rangkap yang sudah ia kenakan sedari rumah tadi pagi. Ia biasa mengenakannya sebagai dalaman rok sekolah.
Setelah melipat seragamnya sesaat, Dera segera keluar kamar dengan membawa tas dan sepatunya. Ia segera menghampiri Artaleon yang tadi menuju pantry. Dan benar saja Artaleon sedang menikmati makanannya di meja yang ada di sana.
Dera melempar tasnya ke sofa dan menghampiri cowo itu. "Enak banget itu kayaknya." pancing Dera. Namun Artaleon tetap diam. Dera mendengus sebal.
Helaan napas panjang Dera hembusankan hingga membuat Artaleon meliriknya sekilas. "Sorry, ya tadi gue marah-marah waktu pulang sekolah." ungkap Dera.
Artaleon mengambil gelas dan meneguk airnya. Dera meneruskan, "Dan juga udah acuh selama ada Harlyn dan Cadric padahal kata lo itu kencan."
Dera diam menunggu respon cowok di depannya itu yang rupanya hanya menatapnya datar. Ini kenapa lagi sih?? batinnya lelah.
![](https://img.wattpad.com/cover/346726857-288-k358739.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Script [Hiatus]
Fiksi Remaja[Transmigrasi Story] [Slow Updet/sesuai mood] Bukan terjemahan! Karya pribadi dan bukan jiplakan! Belum revisi. ------------------------------------------------------------------------ Menjadi penggemar salah satu novel best seller adalah status A...