4

11.2K 147 4
                                    

Di vote ya anjeng

***

Entah apa yang merasuki Han sekarang, malam ini udara nya lebih dingin dari biasanya.

"Kita sebentar lagi sampai bandara, Nak Yohan," ucap Pak Natur.

"Cepat sekali."

"Apa kamu tak sabar untuk bertemu Tuan Damian lagi, Nak?" tanya Pak Natur dengan tawa kecilnya.

"Pak Natur ini apa sih, aku biasa aja," jawab Han, wajah nya memerah padam.

Dasar, dilihat dari mana pun sudah jelas kalau Han sangat menantikan hari ini. Mungkin karena tahun-tahun kebelakang ia sedikit merasa kesepian.

"Kita sudah sampai, Nak Yohan saya harus langsung pergi. Tuan Damian menyuruh saya untuk menurunkan Nak Yohan di depan bandara saja dan menyuruh saya untuk pergi," jelasnya.

Han menganggukkan kepalanya. "Iya pak."

Beberapa detik sesudah Han turun, mobil itu langsung tancap gas meninggalkan Han yang terdiam di depan bandara.

Perasaan canggung dan takut untuk bertemu Damian sangat tajam. Beberapa orang mulai berjalan keluar dan ya, Han bisa langsung mengenali Damian saat mereka berjalan keluar.

Pakaian, tinggi badan, dan aura mereka sangat berbeda dengan orang-orang disekitar sana.

Han hanya melihat tanpa memanggil atau melambaikan tangan nya pada Damian. Ia merasa canggung, apalagi ada Emma dan tiga laki-laki kembar itu.

Tiba-tiba sepasang mata itu menatap kearah nya. Senyuman dari orang yang menatapnya tidak bisa dihindarkan. Itu Damian.

Han melihat Damian mengobrol dengan teman-temannya sebelum berjalan mendekatinya.

Han hanya bisa terdiam sambil menatap Damian yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Selamat datang, Papa," ucap Han pelan.

Damian tersenyum gemas. "Thank you, darling."

"Apa kamu nunggu lama?" tanya Damian, tubuhnya semakin dekat dengan Han.

Tinggi Damian bahkan melebihi ekspektasi Han, bagaimana bisa Damian tinggi sekali? Atau ia yang terlalu pendek?

Kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Kamu tau kenapa aku menyuruh Natur pergi lebih dulu?" tanya Damian sambil berbisik tepat di samping telinga kanan Han.

Entah kenapa perasaan nya tidak enak. Mata mereka saling menatap dan Damian tiba-tiba tersenyum.

"Ayo," ajak Damian sambil mendorong Han lembut.

Han tidak mengerti, apakah mereka akan memanggil taksi untuk pulang ke rumah? Itu menghamburkan uang, pikir Han.

***

"Nghh... ahh- berhenti dulu," ucap Han sambil terengah-engah.

Alih-alih pulang ke rumah mereka berdua memilih untuk pergi ke hotel, sebenarnya ini ajakan Damian. Hotel bintang 5 yang terletak tak jauh dari bandara.

"Hm, aku benar-benar merindukan mu, Yohan."

Damian kembali mencium Han dengan brutal. Ini kedua kalinya Damian menciumnya tapi kali ini ciuman yang diberikan Damian padanya penuh dengan nafsu.

Satu hal yang Han sukai dari orang ini adalah aroma lavender yang menyeruak keluar dari tubuhnya. Aroma itu seolah meluluhkan hatinya.

Big Papa (1821+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang