⭑ lang? sakit?

282 22 7
                                    

⭑ ⭑ ⭑

Seperti pagi hari biasanya, Bintang bersiap-siap untuk berangkat sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti pagi hari biasanya, Bintang bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Juga, bersiap menunggu Langit untuk menjemputnya.

Namun, ada hal yang aneh. Di saat Bintang menelfon ataupun chat si Langit. Bintang tidak mendapatkan jawaban, bahkan chat Bintang dilihat aja kaga. Rasa khawatir Bintang memuncak.

Syukur rumah mereka berdua ga terlalu jauh, Bintang segera menuju rumah Langit. "LANGITT! MAIN YU!"

Sayang, tidak ada jawaban dari sang pemilik rumah. Pintu utama masih terkunci rapat, rasa khawatir Bintang semakin naik. Soalnya, ga biasanya Langit ilang gini, kecuali pas sibuk.

Karena sudah biasa bolak-balik dari rumah sendiri ke rumah Langit, Bintang memiliki kunci cadangan rumah Langit. Biasa, tukeran kunci rumah. Meskipun, kadang Langit ngelunjak buka pintu rumah Bintang tanpa alasan.

Pintu terbuka. Memperlihatkan rumah dengan nuansa khas Jepang. Sepi. Kamar Langit ada di lantai 2, bergegas Bintang menaiki anak tangga tersebut, "Lang??? Kamu di kamar, kan?"

Tepat anak tangga terakhir, di pojok ruangan, di atas kasur. Langit dengan posisi menutupi diri dengan selimut, memeluk dirinya sendiri. "LANGIT? KAMU KENAPA?" Segera Bintang berlari, menghampiri Langit. Yang dihampiri hanya berde-hm lemas.

"Lang? Kenapa, Lang? Sakit?" Selimut ditarik sepihak oleh Bintang. Jelas terlihat Langit dengan rambut berantakan dengan celana dan kaos pendek meringkuk.

"Jawab woi. Ngomong sini, Lang," Bintang menarik Langit, memaksa sang empu berhadapan dengan dirinya. "Ada apa? Sakit, ya?"

Langit mengangguk, "Perut gue sakit, Tang. Kayaknya mag gue kambuh." Tanpa membuka mata, Langit menjawab apa adanya.

"Kebiasaan kamu, abis makan atau minum apaan?"

Sekarang gelengan dari Langit. Tidak mau berbicara yang sebenarnya terjadi, Langit malah menarik selimutnya kembali untuk menutupi dirinya.

Belum sepenuhnya selimut ditarik, Bintang menahan. "Abis ngopi kan kamu? Jujur aja sih." Antara rasa marah karena Langit tidak mau jujur, dan nanar melihat Langit yang sakit, emosinya kini bercampur aduk. Entah emosi apa yang harus Bintang keluarkan disaat seperti ini.

Langit adalah orang yang jarang sakit, bahkan terbilang sangat kuat dalam metabolisme tubuhnya bertahan. Sayangnya, Langit juga punya kebiasaan buruk. Minum kopi tengah malem, dan sebelumnya hanya makan salmon.

"Kelar dah, Lang. Periksa, ya?" Berusaha menahan emosi yang ada, Bintang mencoba untuk lembut menarik Langit. Gelengan cepat didapatkan. Langit yang lazimnya lebih kuat, tentu menang dari tarikan lembut Bintang.

Jalinan Altruisme ⭑ Langit and BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang