step 9

136 12 2
                                    

Song: His car isn't yours by Wendy

.

Rhino tak berharap dia terbangun dengan keadaan menangis. Entah apa yang dirinya tangisi, mungkin ini efek dari mimpi nya.

Sekarang masih pukul delapan malam dan ini malam Minggu. Di luar sana hujan deras beserta petir yang menyambar. Rhino benci ini, seharusnya dia tak bangun dan tetap bermimpi.

Mungkinkah ini efek rindu? Sampai dirinya merasa jika mimpi itu terasa begitu nyata. Tapi mimpi hanyalah mimpi yang sangat sulit untuk menjadi kenyataan.

Padahal tadi dia hampir saja merasakan kehangatan. Namun terlanjur bangun karena petir menyambar. Dirinya benar-benar membuat skenario sendiri di otak nya dan terwujud dalam bentuk mimpi.

Saat memandang hujan di luar sana, entah mengapa rasanya dia ingin kembali meneteskan air mata. Pikiran nya kalut akan perasaan yang membelit hatinya.

He wants to move on but he also wants to stick around.

This fucking feeling, membuat nya terasa seperti budak cinta. Tapi memang nya yang dirinya rasakan saat ini adalah perasaan cinta? Bodoh, tentu saja iya.

Suara dering telepon terdengar, lamunannya buyar seketika. Namun Rhino tak berniat untuk menjawab panggilan itu. Dia biarkan saja terus berdering hingga tiga kali, dan berhenti.

Lalu di lanjutkan oleh suara notifikasi pesan yang terdengar beruntun. Rhino masih mengabaikan nya, dia berniat untuk kembali terlelap di banding kan untuk menjawab pesan-pesan itu.

Setidaknya beri dia waktu sendiri.

Namun semua itu terasa tak mungkin, saat bel apartemen nya berbunyi dan suara pintu yang terbuka setelah nya. Rhino tak mengharapkan kehadiran Arata saat ini.

Rhino hanya memandang lesu pria yang kini sudah berada di hadapannya. "Kenapa enggak angkat telepon sama jawab pesan aku?" Terlihat jelas jika pria ini resah? Khawatir dengan nya mungkin?

Tak ada jawaban dari Rhino. Dia hanya diam dan tak berniat untuk berbicara. Mood nya sedang buruk, dia ingin sendiri. Tapi caranya diam seperti ini juga tak benar.

Hal itu bisa saja membuat Arata marah. Laki-laki itu paling benci jika di abaikan. "Jawab aku, kamu tahu aku khawatir jangan diam seperti ini." Arata mendekatkan dirinya, dia duduk di tepi ranjang milik Rhino.

Dengan sabar nya dia berusaha untuk tunggu jawaban dari Rhino. Dia tidak mau Rhino hanya diam saja, dan malah memperburuk keadaan. "Aku baru bangun tidur." Hanya itu jawaban Rhino.

Helaan napas terdengar, itu dari Arata. Bukan jawaban seperti itu yang dirinya ingin kan. Dia juga tak yakin jika Rhino baru saja bangun, ada jejak air mata jelas tercetak di pipi itu. Mata sembab dan hidung merah.

"Aku baru bangun tidur, kalau tidak percaya ya sudah." Jawab Rhino lagi dengan ketus.

"Oke. Lalu kenapa menangis?" Arata masih sabar. Dia dekati lagi Rhino, nada suara nya dia jaga agar sampai tidak naik. Walau sebenarnya kepala nya sudah panas.

Entahlah, dia hanya marah karena Rhino tak menjawab telpon dan pesan nya. Juga karena dirinya menemukan jika laki-laki itu baru saja menangis.

"Coba jawab aku Rhino." Di setiap katanya penuh dengan penekanan. Dia rela malam-malam datang kesini karena dia tahu jika Rhino membenci hujan. Dia telpon Rhino agar laki-laki itu tidak merasa sendirian, karena tak di angkat dia coba kirim pesan tapi tak di balas.

Bagaimana dia tak marah? Sekarang sudah ada di sini malah di cuekin. Arata bisa saja kehilangan kesabaran nya saat ini, tapi melihat Rhino yang baru saja menangis membuat nya menahan.

Drive | 2minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang