𝔗𝔥𝔢 ℭ𝔲𝔩𝔱𝔲𝔯𝔢 I

30 5 0
                                    


•KETENANGAN DAN KEBERSAMAAN

"Giselle bisa bantu ibu membawa ini?" ucap seorang wanita paruh baya namun tetap terlihat sehat bugar walau menginjak umur puluhan tahun.

"Baik ibu." Ucap seorang gadis bernama Giselle. Ia adalah gadis yang sudah di rawat di panti asuhan selama 21 tahun.

Ya saat ini adalah kegiatan rutin mereka di panti, yakni memasak. Hari ini Giselle membantu ibunya untuk memasak, di bantu oleh yang lain tentunya.

"Ah Giselle, apakah kau tidak berminat untuk mengambil kuliah?" Tanya sang ibu dan diberikan gelengan oleh Giselle.

"Giselle sudah nyaman begini saja bu. Membantu ibu mengurus adik adik, dan jika aku berkuliah pasti akan membutuhkan biaya yang besar bukan? sudah aku bahagia kok disini bersama ibu dan yang lain." Ucap Giselle tulus dan di berikan anggukan pelan oleh Mirya yang merupakan sosok ibu bagi Giselle. Ah tidak bagi Giselle saja tetapi bagi anak anak panti yang lain.

"Kamu memang anak yang baik."

"Ibu yang mengajari, Ah apakah kotak makanan ini untuk Paman Mill?" Tanya Giselle saat melihat kotak makanan berisi nasi dan lauk itu."

Mirya mengangguk, "Iya bisa kau antarkan pada paman Mill?" Pinta Mirya.

Tentu saja Giselle bisa ia mengangguk, mengantar makanan ke paman Mill sama saja dia akan berjalan jalan menikmati udara segar di pagi hari, karena keseharian paman Mill adalah berkebun di kebun yang berada tepat di belakang panti.

Panti mereka memang terletak di ujung kota bisa di sebut perbatasan, walaupun agak jauh dengan perkotaan namun mereka tetap bahagia, malah bagi mereka jauh dari kota bisa mengurangi polusi.

"Kak Giselle mau kemana?" Tanya gadis kecil dengan rambut berkepang dua.

"Pagi Jihan, kakak mau mengantarkan ini ke paman Mill." Jawab Giselle dengan lembut.

"MAU IKUT!!"

Giselle terkekeh dan mengusap surai gadis itu. "Jihan kan baru bangun, sebaiknya sekarang Jihan mandi lalu sarapan ibu memasak sesuatu yang enak loh."

"Benarkah??? baiklah kalau begitu Jihan mau mandi dulu."

"Iya cantik nanti jangan lupa bangunkan adik adikmu ya."

"Siap boss!" Giselle tersenyum, satu hal yang membuatnya bahagia adalah melihat senyuman anak anak panti, ah lebih tepatnya adik adiknya. Ia bertekad untuk menyekolahkan semua adik adiknya nanti.

"Paman Mill!!" panggil Giselle.

"Ah Giselle ada apa?"

"Ini sarapan pagi untuk Paman" Ucap Giselle sembari meletakan kotak makanan itu di sebuah meja yang memang sengaja di letakan disana untuk beristirahat. Posisi meja itu sangat tepat berada di bawah pohon rindang membuat siapa yang duduk dan bersantai disana akan merasa tenang sembari merasakan angin sejuk.

"Baiklah baiklah taruh saja di situ." Ucap paman Mill, ia sedang meletakkan cangkulnya di pinggir pagar dan berjalan menuju kran air untuk cuci tangan, sarapan pagi memang tidak boleh di lewatkan.

"Baik paman, Giselle pamit dulu ingin membantu ibu memasak di dalam." Pamit Giselle sopan.

"Ah baik baik, ucapkan terimakasih untuk Mirya ya." Pinta Paman Mill dan disangguki oleh Giselle.

"Giselle kau sudah kembali?" Tanya Mirya.

"Sudah ibu, sudah ku antarkan makanannya ke paman Mill."

"Baiklah terimakasih, sudah kau makan bersama adik adikmu di depan biar ibu dan Bibi Yun yang bereskan dapur."

Giselle mengangguk, ia berjalan menemui adik adiknya yang sedang makan di depan.

"Ah kakak kakak liat berita ini kak." Panggil seorang anak kecil laki laki.

"Berita apa Mario?"

"Lihat, ada mutant." Mendengar itu Giselle lantas menoleh ke berita televisi yang di tunjukan oleh Mario itu.

"Berita hari ini terdapat sebuah sel aneh yang di temukan di perbatasan Timur kota, diduga sel itu memiliki jantung dan berdetak kami belum melakukan penelitian lebih lanjut tentang mahluk ini.

namun badan penelitian The Culture mengatakan bahwa ini adalah Sel Mutant. Kemarin malam pasukan The Culture mengarahkan beberapa tim nya untuk menuju ke Timur karena terdapat sinyal yang aneh dan mereka menemukan mahluk ini, jadi dihimbau kepada warga jika menemukan sel seperti ini segera laporkan ke pihak berwajib atau pasukan The Culture."

"Apakah menurut kakak mutant itu ada?" Tanta Jihan.

"Ah kakak tidak tau Jihan, tapi kita berdoa saja semoga tidak terjadi sesuatu sehingga kita tetap bisa bermain dan belajar bersama ya?"

"Iyaa kakkk!" Jawab mereka serempak. Sebenarnya Giselle juga tak yakin dengan berita itu, namun ia tetap berpikiran positif ia yakin takan terjadi apa apa. Mungkin?

.
.

"Selamat malam kak."

"Selamat malam semua." Ucap Giselle kepada adik adiknya sebelum ia mematikan lampu kamar. Giselle pun masuk kedalam kamarnya untuk tidur.

Namun sesaat sebelum ia beranjak ke kasur ia mendengar suara aneh dari jendelanya.

"Siapa disana?" Namun taada jawaban. Giselle yang hanya mengira orang iseng pun memilih acuh dan memejamkan matanya. Namun hanya beberapa menit ia memejamkan mata Giselle mendengar suara teriakan dari depan.

"AAAAKKKKK!"

Giselle lantas terbangun dan beranjak keluar untuk melihat ada kejadian apa. Baru ia membuka pintu kamar ia melihat sebuah kepala menggelinding, itu kepala Bibi Yun.

"Bi-bi Yun?" Ucap Giselle terbata. Ia pergi ke depan dan melihat Mario dan jasad Bibi Yun di depan nya.

"Mario? itu kau? a-apa yang kamu lakukan?"
Panggil Giselle namun Mario tidak bergeming bahkan tak menoleh sedikit pun.

"Mar-" Ucapan Giselle terhenti saat punggung mario mengeluarkan tentakel seperti pisau. Tanpa berpikir panjang Giselle lari ke belakang membangunkan adik adiknya dan ibunya agar lari dari tempat ini.

"JIHANN!! LIRA!!! LEO!!! YANMEII!! AKSA!! IBUU!! BANGUNN AYO BANGUN!!" Teriak Giselle sembari menggebrak pintu kamar mereka. Ia memasuki kamar ibunya.

"IB-"

*SINGG*

Sebuah tentakel menusuk kepala Mirya, membuat Giselle histeris. Ia melihat ibunya yang selama ini merawatnya dibunuh oleh mahluk aneh dan lebih anehnya lagi mahluk itu di tubuh Mario.

"TIDAKKKK!!''





Bersambung
_____

Hello chinguuu, ini wp kedua aku yaa mohon dukungannyaa, vote kalau suka yaa!!

THE CULTURE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang