𝔗𝔥𝔢 ℭ𝔲𝔩𝔱𝔲𝔯𝔢 II

21 5 0
                                    

• Malam Sial

Kondisi Giselle saat ini kacau, melihat sang ibu di cabik cabik oleh mahluk tak dikenal, ia berlari menuju kamar adik nya. Namun saat ia membuka kamar ternyata kondisi adik adiknya sangat mengenaskan, kepala mereka hilang hanya tinggal tubuhnya saja.

Perasaan Giselle campur aduk kali ini, marah dan sedih itulah yang Giselle rasakan. Giselle berlari keluar ia menuju ke kebun belakang panti disana ada jasad paman Mill yang rupanya juga telah menjadi korban. Giselle menangis kenapa hidupnya menjadi kacau, impian nya untuk bahagia bersama orang orang panti pupus. Dengan keberanian entah darimana Giselle mengambil kapak yang berada di tangan Paman Mill, sepertinya tadi Paman Mill sempat melakukan perlawanan.

"Kemarilahh kauu!" Teriaknya kepada mahluk yang mengambil alih tubuh Mario tadi. Giselle berlari menuju mahluk itu, Mahluk itu juga mengayunkan tentakelnya menyerang Giselle. Ia berhasil menghindari tentakel mahluk itu dan melemparkan sebuah kapak yang ia pegang tadi.

*JLEBB*

Kapak itu berhasil mengenai kepala mahluk itu, Giselle berlari menubruk mahluk itu hingga jatuh ia mencabut kapak itu dan menancapkannya lagi ke tubuh mahluk itu, ia lakukan berkali kali membuat mahluk itu tak berdaya. Dirasa mahluk itu sudah tak berdaya Giselle melemparkan kapaknya asal ia menatap tubuh Mario yang sudah tak bernyawa itu.

"hiks ke- kenapa hiks." Tangisnya sebelum ia pingsan. Tak disadari ternyata ada mahluk lain di belakangnya, Mahluk itu bersiap untuk menancapkan tentakelnya ke badan Giselle.

*DORRR DORR DORR*

"Satu mati."

"Di belakang mu Seulgi!"

*DORR DORR DORR*

"Fiuhh hampir saja, terimakasih wen." Ucap wanita yang dipanggil Seulgi tadi.

"Apakah ada korban jiwa?" Tanya Wendy ke salah satu pasukannya.

"Di dalam terdapat tujuh korban, enam diantaranya sudah tidak ada kepalanya tapi satu masih ada hanya saja terdapat tusukan di bagian rahangnya serta luka cabikan di tubuhnya." Jelas seorang pemuda yang memakai baju militer lengkap.

"Baiklah, periksa lagi di tempat lain tadi aku melihat ada jasad pria tua disana." Tunjuk Wendy ke arah belakang.

"Baik!"

"Tunggu Wen, gadis ini masih hidup." Ucap Seulgi.

"Kau yakin? dan di depannya ini dia terinfeksi?"

"Kurasa begitu, karena aku melihat wanita ini menyerangnya menggunakan kapak." Ucap Seulgi kagum.

"Woahh besar juga nyalinya, perlu kita bawa saja ke The Culture?"

"Sepertinya ide bagus, wanita ini kurasa bertalenta." Ucap Seulgi mantap.

Mereka pun memutuskan untuk membawa Giselle ke sebuah organisasi sekaligus badan penelitian besar yakni The Culture.

.
.
.


Giselle membuka matanya, ia heran sepertinya ia bukan berada di kamarnya. Tapi ia teringat bahwa tadi semua orang terbunuh di hadapannya. Giselle menangis itu bukan mimpi mereka semua pergi mereka semua meninggalkan Giselle sendiri. Kini ia tak punya siapa siapa dan tak punya apa apa, kebahagiaannya hilang begitu saja. Impian yang ia idamkan bertahun tahun hilang. Ia kehilangan Rumahnya.

"Ah kau sudah sadar." Ucap wanita berpakaian putih dengan surai panjang bergelombang.

"Kau?" Ucap Giselle mengerutkan dahinya.

"Oh aku lupa, ehem aku Yuri dokter dari The Culture. Aku di perintahkan untuk merawatmu." Ucap Yuri.

"Ak- aku Giselle, bagaimana aku bisa disini eh a-apa katamu? The Culture?" Tanya Giselle keheranan mengapa bisa ia berada di Organisasi besar ini.

"Ya, kau kemarin terluka saat menghadapi mutant dan kau di temukan oleh tim ReVe. Mereka membawamu kemari dan aku di perintahkan atasan untuk merawatmu tapi kau mempunyai daya tahan tubuh yang kuat jadi lukamu sekarang sudah menutup." Ujar Yuri kagum, menurutnya benar kata Seulgi bahwa gadis ini bertalenta, buktinya luka yang awalnya dalam di bagian lengannya kini sudah menutup bahkan seperti kena pisau kecil saja.

"Lalu, tujuan mereka membawaku?"

"Ah itu, kau akan dilatih disini dan di rawat disini."

Giselle terdiam, ia masuk di organisasi besar begitu saja tapi ia juga heran dengan perkataan Yuri tentang lukanya. Itu benar dulu saat umur 5 tahun Giselle pernah terjatuh dari sepeda menyebabkan luka di lututnya namun beberapa jam kemudian luka itu mereda bahkan menutup.

"Jadi aku akan tinggal disini?" Tanya Giselle.

Yuri terkejut sebelum akhirnya ia menjawab, ia tau Giselle adalah anak yatim piatu.

"Ya Giselle, keluarga barumu ada disini." Senyum Yuri.

"Yo wanita kuat." Sapa Seulgi kepada Giselle.

Giselle kebingungan, siapa lagi ini? kenapa bisa mengenal dia.
Seulgi yang menyadari raut Giselle langsung paham.

"Maaf aku Seulgi, aku yang membawamu kemari eh bersama Wendy tentunya." Yuri yang mendengar itu hanya menggeleng pelan, Giselle pastinya belum mengenal Wendy.

"Ah terimakasih banyak." Ucap Giselle menunduk.

"Heii tidak perlu seperti itu, sudah sudah ini sudah menjadi kewajiban kami untuk menyelamatkan seseorang." Ucap Seulgi.

"Ah apakah kalian organisasi yang memburu mutant?" Tanya Giselle penasaran.

"Bisa dibilang begitu, dan nantinya kau akan masuk tapi tidak ada paksaan kau mau atau tidak." Mendengar itu Giselle tampak berpikir, ia teringat kembali kejadian malam tadi dimana keluarganya di serang oleh mutant yang menginfeksi tubuh adiknya. Ia rasa ia akan membalaskan dendamnya dengan membasmi mutant.

"Aku setuju, aku tidak ingin orang lain bernasib seperti diriku." Mantap Giselle.

Mendengar itu Seulgi bertepuk tangan kecil ia suka dengan tekad Gadis ini. Sementara Yuri ia tersenyum tulus, niat Giselle sangat mulia batinnya.

"Baiklah wanita kuat, pastikan dirimu sehat yaa setelah itu akan ku antar kau ke tempat pelatihan The Culture." Ujar Seulgi dan di angguki oleh Giselle.

Seulgi pamit untuk undur diri karena ada urusan lain dan Yuri juga menyusul, sebelum pergi Yuri mengatakan jika perlu sesuatu cukup tekan tombol di samping mejanya nantinya akan ada suster yang membantu.

Saat ini Giselle termenung, kejadian malam lalu masih terbayang bayang di otaknya. Padahal pagi tadi ia dan yang lainya masih bahagia seperti biasanya dengan ibunya, Bibi Yun, Paman Mill dan adik adiknya.

"Aku minta maaf kepada kalian, aku tak bisa melindungi kalian." lirihnya.

Bersambung
______

THE CULTURE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang