Sore ini Arumi memutuskan untuk pergi menemui temannya yang sudah membuat janji dengannya. Tidak peduli dengan larangan sang papa, Arumi lebih mementingkan kepentingannya yang mungkin itu akan berguna untuk masa depannya.
"Dateng juga lu" sapa Meyra membuat Arumi mengulas senyumannya, pundak cewek itu di rangkul oleh sang teman.
"Gak mungkin gua gak dateng, Mey" balas Arumi lalu duduk di depan Meyra.
"Gua gak mau basa-basi, ada apa lu nyuruh gua kesini?"
Meyra terdiam sejenak memikirkan bagaimana cara ia akan memulai topiknya. "Sesuai yang lu minta, gua dapet sedikit dari apa yang lu cari selama ini"
Arumi menautkan kedua alisnya tidak percaya, ia langsung mengubah posisi duduknya menjadi di dekat Meyra. "Apa yang lu dapet?"
"Yang selama ini jadi papa lu itu bukan papa kandung lu" jelas Meyra dengan berbisik tanpa membuat Arumi merasa terkejut sedikitpun.
"Udah gua duga kalau bakal begini hasilnya" ujar Arumi sambil menjentikkan jarinya lalu terkekeh pelan.
"Lu inget kan, waktu lu tes DNA rambut pekan lalu?" Tanya Meyra yang hanya dibalas anggukan oleh Arumi.
"Ya itu hasilnya, karena itu gua semakin yakin kalau papa lu itu udah bikin akal-akalan yang gak jelas" timpalnya membuat Arumi lagi-lagi hanya mengangguk.
"Lu ngapa tiba-tiba pindah di samping gua dah?" Tanya Meyra mengalihkan topik pembicaraanya. Arumi celingukan sebentar lalu barulah ia mendekatkan bibirnya pada telinga Meyra.
"Papa gua punya mata-mata, dan gua tau kalau gua selalu diawasi setiap papa gua gak bisa pantau sendiri. Entah itu yang bisa dijangkau ataupun tidak" bisiknya membuat Meyra kini gantian mengangguk
"Ya udahlah, ganti topik ae" balasnya sambil tertawa kecil. Arumi sudah kembali duduk di hadapannya, minuman yang sempat mereka pesan sebelum duduk pun baru saja ditempatkan di hadapan keduanya.
"Gimana kabar lu semenjak pindah sekolah?" Tanya Meyra sebagai awal pembicaraan.
Arumi mengindikkan kedua bahunya, "begitulah, banyak hal tak terduga dari semenjak pertama kali gua menginjakkan kaki di sana"
Meyra terkekeh mendengarnya, "termasuk papa lu yang tiba-tiba jadi nambahin pengawasan?" Ledeknya membuat Arumi melotot ke arahnya.
"Suara lu, berisik kayak petasan banting"
Meyra semakin menaikkan intonasi tertawanya, hal itu juga semakin membuat Arumi ingin segera kabur dari sana. Temannya itu suka membuatnya malu, untung teman.
"Diem gak lu? Ampe sakit perut gua gak mau nungguin"
"Yayaya, gua berhenti" ucap Meyra namun kekehan masih saja keluar dari mulutnya sambil mengusap ujung matanya yang berlinang air mata.
"Niat lu ngajak gua kesini cuman mau kasih tau itu doang?" Tanya Arumi yang dibalas anggukan oleh Meyra.
"Itupun berita penting buat lu, kan?" Balas Meyra membuat Arumi mau tidak mau mengangguk mengiyakan, yang dikatakan Meyra tidak sepenuhnya salah.
"Sebenarnya gua ada niatan lain sih" sambung Meyra membuat Arumi menaikkan satu alisnya bingung.
"Niatan lain? Maksud lu?"
Meyra menghela nafas sambil celingukan untuk memastikan bahwa orang di sekitarnya tidak mencurigakan. Meyra memajukan wajahnya yang diikuti oleh Arumi di seberangnya.
"Gua mau ngajak lu kumpul sama anak-anak, lu bisa?"
Ting!
(1 Message)
Papa | Arumi, pulang sekarang juga"Bentar Mey, tiba-tiba papa gua nge chat" desak Arumi yang hanya dibalas anggukan oleh temannya.
Papa
Online|Arumi, pulang sekarang juga
Gak bisa pa|
Arumi masih di sekolah||Gak usah alasan, kamu
|Papa tau kamu lagi diluar
|Send a picture
|Papa udah ingetin, jangan main
bareng temen kamu yang duluArumi sendiri|
|Bohong lagi?
|Mau pulang atau fasilitas kamu
papa cabut?"Ck" Arumi berdecak sambil mematikan ponselnya, Meyra yang melihatnya menjadi bingung karena tidak bisa membaca situasi.
"Kenapa lu?"
"Papa nyuruh gua pulang, sorry Mey. Mungkin lain kali gua bisa" jawab Arumi yang lagi-lagi Meyra membalasnya hanya dengan anggukan.
"Be careful, bisa ketemu lagi nanti"
Arumi mengangguk, cewek itu segera keluar dari cafe dengan terburu-buru. Sudah ia katakan bukan? Mata-mata papanya itu selalu ada dimana-mana. Dan papanya itu pasti tidak akan membiarkannya hidup tenang.
Ralat, bukan papa kandungnya.
• • •
"Papa mau kamu ikut les tambahan diluar" ucap papa setelah tibanya Arumi di rumah. Arumi membulatkan kedua bola matanya, apa-apaan ini?! Dia diharuskan tunduk lagi pada orang ini? Mana mungkin ia mau!
"Tapi Rumi gak mau pa, Rumi capek kebanyakan belajar"
Plak
"Udah berani ngelawan kamu?" Desis papanya dengan tatapan menghunus. Arumi dengan pipinya yang terlihat sedikit memerah tetap pada pendiriannya, terserah papanya ingin dia seperti apa, dia punya jalan hidupnya sendiri.
"Alasan papa nampar Arumi kenapa? Arumi salah gak nurutin ucapan papa?" Tantang Arumi sambil menatap tajam kedua mata papanya yang tidak kalah tajam membalas tatapannya.
"Papa gak mau kamu bergaul sama temen-temen lama kamu itu, papa mau kamu fokus belajar sekarang"
"Gak mau pa, pokonya Rumi gak mau!"
Cukup sudah pertahanan papanya yang sudah dipuncak emosinya, papa mengambil sabuk kerjanya yang sudah ia persiapkan di meja tamu dengan tatapan berapi-api.
"Sini kamu, jangan harap papa bakal maafin kamu!"
Malam itu, rumah yang sangat besar kembali diisi oleh suara cambukan yang begitu besar. Arumi sudah biasa, cewek itu sudah biasa jika papanya akan melakukan ini kepadanya.
Entahlah, padahal ada banyak orang-orang di luar, tapi kenapa tidak ada satupun yang mau menolongnya dari setan satu ini. Apa mereka sebegitu takutnya dengan jabatan yang papanya berikan?
Sudahlah, memikirkannya pun hanya akan membuat otak meledak. Arumi membiarkan tubuhnya kembali terluka, cewek itu membiarkan tubuhnya kembali mengeluarkan darah segar. Ini sudah terasa tidak apa-apa baginya, setidaknya sampai ia bisa balas dendam setelah mengetahui segalanya.
- TBC -
See u next time!!
KAMU SEDANG MEMBACA
REDGARUMI
Fanfiction"Hanya satu kata yang gak bisa gua lakuin sekarang" • • • Jika boleh dikatakan, hidup Redgar tidak sebaik apa yang orang lain lihat dari ekor mata. Kehidupan cowok itu begitu sulit hingga tidak sedikitpun ada orang yang dapat memahami situasi keadaa...