02 - Hal yang Belum Terbalaskan

15 2 0
                                    

Malam ini Redgar kembali menyibukkan dirinya dengan laptop dihadapannya. Dengan ditemani oleh asistennya yang sudah menjaganya dari kecil, Redgar kembali melakukan pencarian yang sampai detik itu belum terkuak kebenarannya.

"Redgar, kamu udah duduk di depan laptop dari satu jam yang lalu" peringat asistennya membuat Redgar menghela nafas panjang.

"Saya tidak lapar. Mendingan anda saja yang makan siang" balas Redgar tanpa mengalihkan atensinya sama sekali.

Asistennya yang memiliki nama Agra itu hanya menghembuskan nafas dengan kasar. Semakin dewasa, Redgar semakin sulit diatur. Entah akan bagaimana kedepannya cowok itu.

Untung saja ia sudah menganggap anak dari temannya itu sebagai anaknya sendiri. Yah, walaupun entah bagaimana dengan hati Redgar yang sepertinya tidak ingin menerima siapapun lagi kedalam lingkup keluarganya.

Tok tok tok

"Permisi tuan Redgar, saya ingin menyampaikan sesuatu"

"Masuk" balas Agra sebagai intrupsi jika orang yang mengetuk pintu barusan diizinkan untuk masuk.

"Maaf saya menganggu tuan Redgar, namun teman tuan ada disini" ucap kepala pelayan rumah membuat Redgar mengerutkan keningnya.

"Saya tidak bisa diganggu, sampaikan pesan saya seperti itu" ujar Redgar kembali memfokuskan diri dengan laptopnya. Namun belum lama ia mengatakan itu,

Brak

"Lu bener-bener ya! Temen lu sendiri lu larang masuk!" Desak Angga setelah berhasil nyerobot masuk membuat seorang penjaga yang awalnya menahan Angga, hampir terjatuh akibat perbuatannya.

"Maaf tuan Redgar, tuan Angga sudah saya lar-"

"Semuanya saya persilahkan untuk keluar, kecuali Angga Argalenta" selak Redgar tanpa mengalihkan atensinya membuat 2 pelayan rumahnya tadi membungkuk sebentar dan berlalu, begitu juga dengan Agra yang turut keluar dari kamar Redgar sambil menutup pintunya.

Redgar menggigit ujung kukunya sebentar lalu ia langsung menutup laptopnya dengan cepat sambil menatap Angga dengan senyuman mautnya.

"Lu mau apa sih? Lu gak denger kalau gua gak bisa diganggu?" Tanya Redgar sambil mendengus kesal, ia sempat menyempatkan diri untuk menyesap teh tawarnya sebentar.

"Gua heran aja, di hari gini ada yang masih sibuk sama urusannya sendiri?" Sindir Angga secara halus lalu ia membuka kaleng minuman yang sempat ia beli dijalan karena ia tahu jika Redgar tidak akan menyediakan minuman untuknya.

"Gua sibuk sama tugas sekolah"

"Basi. Lu pikir gua gak tau apa yang lu kerjain?" Ujar Angga lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur Redgar, si pemilik kasur hanya berdehem untuk menghalau rasa kesalnya

"Redgar... Redgar..." Sambungnya sambil menatap langit-langit kamar temannya yang terlihat begitu polos.

"Mau sampai kapan lu nutupin semua masalah lu?" Tanyanya tanpa mengubah posisinya. Redgar tidak membalas, ia sibuk mengotak-atik ponselnya.

Tiba-tiba sebuah kaleng mendarat di kaki Redgar membuat cowok itu hampir saja memekik kesakitan. Angga dengan sifatnya itu memang gak ada akhlak.

"Woi, gua lagi ngomong lu dengerin gak?" Tanya Angga lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

Dilihatnya Redgar sedang mengusap-usap ujung jari-jari kakinya yang terasa ngilu. Dipikiran Angga saat ini, perasaan gak sakit-sakit amat kalau dibandingkan sama dia yang 'kamu punya teman tapi dia tidak menganggap mu ada'

"Gua denger" balas Redgar tidak berminat. Angga kembali menyamankan posisi duduknya.

"Lu, gua, Vago,Leon dan yang lainnya itu bukan berteman cuman sebulan atau dua bulan, tapi udah hampir lima tahun coy. Lu pikir aja udah hampir lima tahun tapi lu kayak gak pernah nggagep kita ada. Bahkan di Cavlyoid gak ada yang lu percayain sama sekali" tutur Angga mengeluarkan segala unek-uneknya. Redgar langsung menatap Angga, Angga paham maksud tatapan itu.

"Gua juga gak semuanya tau masa lalu lu" balasnya dengan posisi kembali membaringkan tubuhnya.

Hening, tiba-tiba ruangan sekitar mereka terasa begitu tenang. Entah apa karena hanya diisi dengan dua orang, atau mereka yang sibuk berargumentasi dengan pikirannya masing-masing.

"By the way, gua ke rumah lu kan niatnya mau numpang makan. Kenapa gua malah ngasih lu wejangan?"

Redgar memutar bola mata malas. Sebelum Angga datang juga dia tau kalau cowok itu emang berniat untuk menganggunya, mana mungkin ucapannya itu sesuai dengan pola pikirnya.

"Gua gak nerima lu sebagai tamu, jadi gua gak punya makanan buat lu"

Ok, kayaknya Angga akan menyerah kali ini juga. Jauh dari tempat Angga merebahkan dirinya, Redgar hanya menatap temannya dengan perasaan campur aduk.

Bukan masalah kepercayaan. Namun teman-temannya itu tidak ada yang tau status kehidupan dia yang sebenarnya dan alasan kenapa keluarganya sempat dibantai habis-habisan 16 tahun yang lalu.

• • •

Arumi sejak tadi tidak beisa berhenti untuk menguap. Ia benar-benar tidak fokus belajar siang ini. Tangan kiri yang ia jadikan bantalan, dan tangan kanan yang ia gunakan untuk mencoret-coret buku catatannya dengan tidak minat.

Rasa ngantuk pun perlahan menguasai dirinya, namun mendengar teguran dari sang guru lesnya itu membuat Arumi kembali menegakkan tubuhnya.

"Hah.. sepertinya kamu memang sedang lelah ya Arumi" ujar bu Ardyan yang dibalas gelengan kuat oleh cewek itu.

"Nggak, saya tadi cuman lagi ngecerna ucapan ibu" ucap Arumi, setelahnya ia meringis karena terlihat seperti orang bodoh yang mencoba berbohong.

"Tidak perlu kamu paksakan jika memang kamu lelah nak, akhir-akhir ini juga saya lihat kamu banyak peningkatan. Biar nanti saya bicarakan dengan papamu"

Arumi dengan segera menahan gurunya yang akan keluar dari kamarnya itu. Dengan tatapan penuh ketakutan, sang guru yang melihatnya pun menghela nafas.

"Lebih baik saya kembali belajar" ucap Arumi

"Baiklah" putus Bu Ardyan membuat Arumi menghembuskan nafas lega

"Tapi jika memang kamu benar-benar sudah lelah, jangan dipaksakan. Ok?" Lanjut sang guru yang hanya dibalas anggukan dan acungan jempol dari Arumi.

Sepanjang Bu Ardyan kembali menjelaskan, Arumi diam-diam membuka ponselnya untuk mengecek day list yang harus dilewatinya pekan ini.

To do list a week
1. Jangan tidur waktu les (masih diusahakan)
2. Nyari biodata asli (rada males sebenarnya)
3. Turutin kata papa ✓

"Lama-lama gua jadi boneka aja walaupun gua udah jadi kelinci percobaan" gumamnya

- TBC -


See u next time guys!

REDGARUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang