01 - Asap Diantara Pagi

24 3 0
                                    

"huff.....fwaaah" semburan asap rokok yang baru saja dihisap oleh Redgar itu berterbangan kemana-mana. Cowok itu tidak peduli. Ia hanya memikirkan ketenangan pikirannya.

Beruntung pagi ini sepertinya Sambiroe sedang tidak ada jadwal keliling, maka ia yang sedang membolos sekalian merokok dihalaman belakang itu merasa aman.

Ditatapnya langit pagi yang berwarna kelabu itu. Alisnya terangkat satu kala menyadari akan datangnya hujan dengan jangka waktu tidak lama lagi. Namun Redgar tetap tidak peduli akan hal itu.

Jauh dari tempatnya berada, seorang cewek yang menyandang status sebagai anak baru di sekolah itupun sedang berjalan santai di koridor. Ini memang hari pertamanya pindah sekolah, tapi ia tidak peduli jika ada yang mengetahuinya bahwa dia akan membolos.

Dipikirannya hanya ada bersantai, santai, dan santai. Entahlah, ia memang sedang tidak ingin belajar hari ini mengingat malam nanti ia akan mengikuti les dengan paksaan orang tuanya, tentu saja.

Tangan Arumi menyentuh setiap dinding sekolah yang dilewatinya. Biarpun berdebu, Arumi hanya memiliki satu tujuan sekarang. Halaman belakang sekolah. Entah apa yang akan ia temui sesampainya Arumi disana.

• • •

Satu langkah ia sampai dihalaman belakang, udaranya yang sejuk berubah dengan asap yang sudah tidak asing lagi menurutnya. Ini asap rokok, namun... Apakah ada yang sedang membolos juga sepertinya?

Dicarilah pelaku pencemaran udara. Matanya pun tanpa sengaja melihat sosok orang sedang duduk dengan asap rokok yang mengepul dari mulutnya yang barusan dikeluarkan. Arumi menaikkan satu alisnya, ini benar-benar mengganggunya.

Ia menghampiri cowok itu untuk memberikan teguran, tidak apa-apakan? "Lu! Lu yang ngerokok! Bisa matiin rokoknya?" Tanya Arumi dengan tatapan sinisnya.

Redgar menaikkan satu alisnya, siapa cewek ini? Kenapa berani-beraninya dia mengganggu paginya. "Siapa lu? Ada hak ngatur hidup gua?" tanya Redgar tanpa berniat mematikan rokoknya. Arumi mendengus kesal, rasanya ia ingin menggorok leher cowok itu.

"Gua Arumi, dan gua mau bolos disini. Asap rokok lu ganggu indra penciuman gua, jadi... bisa lu matiin?" Ulang Arumi yang dihiraukan oleh lawan bicaranya.

"Heh, gua lagi ngomong sama lu!"

Redgar memutar bola mata malas, ia menjatuhkan rokoknya lalu ia injak. "Apa urusan lu sama gua?"

Arumi terdiam, benar juga pertanyaan cowok itu. Dia anak baru disini, ia tidak tahu menahu tentang sekolah ini, ia belum kenal setiap siswa disini, dan masih banyak hal yang belum diketahuinya.

Redgar tersenyum miring saat melihat lawan bicaranya tidak bisa membalasnya apapun. Tanpa menunggu jawaban, Redgar segera melangkah meninggalkan Arumi yang masih terdiam ditempat.

Arumi menghembuskan nafas lega melihat orang itu akhirnya pergi dari tempatnya. Kini, ia pun mengambil alih kursi yang cowok itu tempati sebelumnya. Walaupun asap rokok itu akan menempel pada bajunya, Arumi tidak peduli.

Yang penting, dihalaman belakang sekarang ini hanya ada dirinya sendiri dan juga kicauan burung yang kian menemaninya hingga jam istirahat berbunyi.

• • •

"Lu Arumi ya?" Tanya Rashfella setelah menempatkan diri di samping kursi cewek itu yang kosong. Arumi tidak membalas, cukup malas ia menjawabnya.

Rashfella sedikit terkekeh melihat lawan bicaranya, berasa bicara sama tembok jadinya. "Gua cuman mau nyampaiin sesuatu. Lu tadi pagi bolos, dan jam pelajaran pertama tadi diisi Pak Heri. Beliau minta lu pulsek nanti temuin beliau ke ruangannya. Dah, gua pamit" ujar Rashfella sambil berdiri dari tempatnya.

Sebelum melangkah keluar, Arumi menahan pergelangan tangannya membuat Rashfella kembali menatap cewek itu dengan salah satu alisnya yang terangkat.

"Kenapa?" Tanyanya bingung

"Apa gua boleh minta tolong sama lu?" Tanya Arumi membuat raut wajah Rashfella semakin menjadi-jadi. Beruntung hari ini dia lagi waras, dan pak Heri tadi memang menyampaikan amanah kepadanya, jadilah Rashfella sedikit menambah pasokan kesabarannya untuk anak baru itu.

Rashfella mengangguk patah-patah "mau minta tolong apa?" Tanyanya tanpa ingin berlama-lama

"Tolong temenin gua pulsek nanti"

Rashfella membulatkan bola matanya. Gila, nih cewek yang bener aja! Sore nanti dia sudah ada janji dengan Angga. Masa iya dia batalkan?

"Err, kalau lu emang gak bisa... Gua gak maksa, gua cuman belum tau letak sekolah ini, makanya tadi gua minta tolong sama lu" tutur Arumi membuat Rashfella menghela nafas jengah. Bilang daritadi napa!

"Oke, gua bakal temenin lu tapi gua gak nungguin ya? Gua ada urusan sama temen gua" balas Rashfella yang dibalas anggukan oleh Arumi.

"Thanks, emm... Nama lu?"

"Rashfella Amora, Lu bisa panggil gua Fella"

"Oke, thanks Fel" ucap Arumi yang dibalas anggukan oleh Rashfella lalu ia berlalu untuk mengambil tempat duduk disamping sahabat-sahabatnya itu.

"Lu darimana Fel?" Tanya Angga sambil menyantap makannya. Rashfella meraih sendok dan garpunya untuk menyantap jajanannya dulu.

"Ngasih tau anak baru" balasnya membuat Leonarta menoleh kearahnya.

"Cewek cowok?"

"Elah lu, posesif amat. Cuman anak baru" ejek Shaka membuat Leonarta mendengus.

"Lu kayak gak tau aja si Leon" sambung Sambiroe santai. Rashfella hanya terkekeh mendengar ucapan teman-temannya, lalu ia menoleh ke arah Leonarta yang masih menunggu jawabannya.

"Cewek. Gua dapet amanah dari pak Heri, Arta" balas Rashfella diselingi dengan senyuman khasnya.

"Yang tadi itu?" Tanya Angga membuat Rashfella mengangguk.

Redgar yang sejak tadi fokus dengan ponselnya, seketika langsung menoleh ke arah cewek yang hanya duduk sendiri dipojokkan. Cewek yang tadi pagi mengacaukan harinya.

Merasa ditatap seseorang, Arumi menatap seseorang yang duduk tidak jauh dari tempatnya berada. Redgar membuang muka dan segera beranjak dari sana, Arumi hanya mengindikkan bahunya acuh sambil menyantap makannya kembali.

Ting!

Notif ponsel Arumi berbunyi menandakan ada pesan yang masuk lewat aplikasi berwarna hijau itu. Arumi meraih ponselnya dan melihat sebuah pop up yang nampil di layar.

(2 message)
Papa | Rumi, pulang sekolah nanti kamu di jemput asisten papa
            | Ada yang perlu papa bicarakan dengan kamu

Decakan baru saja keluar dari bibir cewek itu. Bilang saja papanya ini melarang dia untuk bermain dengan teman-teman lamanya dulu. Tapi kalau dipikir-pikir lagi... Sore nanti kan dia dipanggil Pak Heri, apa itu bisa jadi alasan dia?

Tanpa menunggu lama, Arumi segera mengirimkan jawaban kepada papanya, barulah ia menghembuskan nafas lega tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan papanya kirimkan.

Dia sudah dewasa, dan dia juga butuh kebebasan.

- TBC -

Aloha gaiseu!

Don't forget to voment ya!

See u next time!

REDGARUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang