04 - Angin Malam di Markas

6 2 0
                                    

"ck" Redgar berdecak untuk yang keberapa kalinya. Malam ini masih tidak bisa membuatnya merasa tenang, entah apa yang harus ia lakukan.

Asap rokok yang mengepul disekitarnya tidak membuat dirinya merasa tidak nyaman, bahkan itu sudah menjadi hal biasa setiap hari-harinya.

"Redgar!" Panggil Rashfella dari dalam markas. Terdengar suara batuk-batuk dari sana, Redgar segera melempar puntung rokoknya dan ia injak lalu masuk ke markas.

"Lu ngerokok?"

Cowok itu tidak menjawab, Redgar memilih untuk pergi ke kamarnya untuk mengambil sesuatu dan berlalu ke dapur untuk mengambil air hangat.

"Airnya langsung minum, minyak kayu putihnya langsung balurin" ucap Redgar sambil membantu cewek itu untuk meminum air.

"Thanks" kata Rashfella lalu ia membaluri tubuhnya dengan minyak yang Redgar kasih tadi.

Redgar menghela nafas, ia lupa jika Rashfella malam ini memilih untuk tidur di markas. Beruntungnya Rashfella hanya sesek biasa.

Melihat Rashfella sudah baikan, Redgar berbalik badan dan berniat untuk pergi keluar yang sayangnya tangannya itu berhasil diraih Rashfella.

"Jujur, lu sebenarnya ada yang di sembunyiin dari Cavlyoid kan?" Tanya Rashfella membuat Redgar menghela nafas.

"Dan lu bukan alasan untuk bisa gua jawab" balas Redgar sambil menarik tangannya kembali untuk keluar dari markas.

"Gar, lu mau kemana?" Panggil Rashfella setengah berteriak.

"Arena, lu mau ikut?"

Rashfella mengangguk antusias, ia langsung berdiri dari tempatnya dan melesat ke kamarnya untuk mengambil jaketnya.

"Tungguin gua!!"

• • •

Suasana di arena malam ini cukup ramai, Rashfella memperhatikan sekitarnya dengan mata berbinar-binar. Redgar lagi kesambet kayaknya, tumben banget ngajak ke arena.

"Woy! Lu berdua ada disini juga?" Tanya Angga sambil memasukkan kedua tangannya di saku jaketnya.

"Tumben lu disini Gar" sambung Shaka

Redgar memutar bola mata malas kala melihat kehadiran Angga dan Shaka, berurusan dengan keduanya itu hanyalah sebuah bencana.

"Gua cuman nemenin Fella, tapi karena ada lu berdua gua pamit" balas cowok itu membuat Rashfella menaikkan satu alisnya.

"Bukannya lu yang ngajak gua kesini Gar? Memutar balikkan fakta, lu!" Sinis Rashfella tentu mengundang tawa dari Angga dan Shaka.

"Kalau mau balap gak usah nyari alasan, gua sama Shaka gak bakal ganggu lu kok" ujar Angga

Redgar berdecih, ucapan Angga tidak pernah bisa di percaya "gua mau liat lu pada balap"

"Malem ini hadiahnya lumayan, lu yakin gak mau?" Goda Shaka yang hanya diacuhkan Redgar.

"Mending lu tawarin Rashfella, dia lebih tertarik daripada gua"

"Temen lu gede banget gengsinya" ejek Angga sambil merangkul Rashfella.

"Ya udahlah daripada ribut sama dia, lu aja yang turun ke arena" ucap Shaka sambil menepuk pundak Rashfella.

"Oke, tunggu gua ya?" Pinta Rashfella lalu ia berjalan menuju lapangan meninggalkan ketiga temannya yang sepertinya akan adu mulut.

"Tumbenan lu bareng Rashfella kesini" bisik Angga membuat Redgar menghela nafas.

"Gua tadi di markas bareng dia dan gua lupa dia gak bisa nyium asap rokok, karena gua bersalah gua ajak dia kesini"

"Gua pikir lu gak punya hati nurani" ejek Shaka, tapi Redgar tidak merasa terganggu akan hal itu. Memang kenyataan walaupun tidak sepenuhnya benar.

"Apa yang lu cari udah ketemu?" Tanya Angga, Redgar hanya menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil memperhatikan Rashfella yang baru akan memulai aksinya.

"Untuk sekarang gua males ngurusnya, banyak yang janggal" balasnya

"Maksud lu?" Tanya Shaka merasa tidak paham dengan topik kedua temannya.

Redgar beralih menatap Shaka. Ah, dia lupa kalau satu temannya yang lain masih ada disini bersamanya dan Angga.

Redgar menggeleng, "bukan apa-apa"

"By the way, gua titip Rashfella ke lu berdua. Gua balik ke markas duluan" pamitnya yang hanya dibalas anggukan oleh Angga.

"Balik ae sono, nanti wasiat lu gua kasih tau Rashfella"

"Serah lu" desis Redgar lalu menaiki motornya dan mengenakan helm full facenya.

"Gua peringatin lu untuk gak lewatin perempatan jalan bagian barat, lagi rawan katanya" tegas Shaka tanpa membuat Redgar mau mendengarkan kata-kata temannya.

"Jalan ke markas cuman bisa lewat situ. Lagian cuman begal biasa, gua bisa ngelawan" tukas Redgar membuat Shaka menghela nafas, masalahnya dia pernah lewat situ dan bisa berakhir tragis kalau gak dibantu dengan Sambiroe yang kebetulan lewat situ juga.

"Gua cuman ngingetin, serah lu mau dengerin apa kata gua atau nggak" ujar Shaka yang dibalas anggukan oleh Redgar.

"Nanti gua hati-hati"

"Dah sono pergi lu" usir Angga sambil tertawa kecil, Redgar hanya menatap tajam cowok itu dan segera menancapkan gas. Malam ini ia masih harus berburu identitasnya, kalau ia santai maka semuanya akan tertinggal jauh di belakang.

• • •

Berbeda dengan kegiatan Redgar, disini Arumi tengah mengerjakan tugas di ruang tamu dengan dipantau oleh papanya. Kenapa pula ia harus ngerjain tugas malam-malam begini.

Ting!

Sebuah pesan masuk membuat Arumi sedikit merasa lega di tengah-tengah kesusahannya dalam mengerjakan tugas. Diam-diam ekor matanya memperhatikan sang papa yang tertidur, barulah ia dengan leluasa memainkan ponselnya.

Meyra
Online

|Lu besok sibuk, Rum?

Kagak, kenapa?|

|Gua mau ngasih tau lu sesuatu
|Harusnya sekarang, tapi lu
suka gak ada waktu

Oke, lu atur waktu aja|

|Sekarang lu dimana?

Dirumah|
Disuruh ngerjain tugas|

|Kasian amat lu
|Ya udah gua cabut dulu

Ya|
Hati-hati|

Arumi menghela nafas sambil mematikan ponselnya. Pikirannya terbang kesana kemari. Entah ia memikirkan tugasnya, atau topik apa yang akan dibicarakan oleh temannya itu.

Baiklah daripada ia akan berlarut-larut disini, lebih baik ia selesaikan tugasnya lebih dulu, barulah ia akan segera pergi ke kamarnya. Hari ini rasanya lelah sekali hingga membuatnya ingin cepat-cepat beristirahat sekarang.

- TBC -

See u next time, guys!

REDGARUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang