Bruk
Sebuah tas sengaja dilempar keatas kasur sesampainya sang pemilik di kamar. Redgar lah pelakunya. Cowok itu langsung menempati tubuhnya di kursi kerja ayahnya yang akhir-akhir ini telah menjadi teman malamnya.
Kedua matanya dengan fokus memperhatikan setiap data yang ditunjukkan oleh komputer. Dengan kedua matanya yang menyipit, Redgar mencoba untuk menelisik dengan teliti.
Tok tok tok
"Tuan Redgar?" Panggil seseorang dari luar. Redgar yang mendengar langsung menjauhkan tubuhnya dari komputer, setelah merapikan sedikit pakaiannya barulah ia menjawabnya.
"Masuk" ujar Redgar membuat pelayan itu membuka pintu kamarnya.
"Ada apa?" Tanyanya masih dengan tatapan lurus menatap layar komputernya.
"Tuan Agra menyuruh anda untuk segera bersih-bersih lalu anda harus ikut makan malam bersama" jawab pelayan tadi membuat Redgar menghela nafas.
"Sampaikan padanya jika saya tidak akan ikut makan malam bersamanya" balas Redgar mengingat terakhir kali ia melaksanakan makan malam bersama Agra hanya membuat emosinya naik turun.
"T-tapi tuan.."
"Saya tidak bisa diganggu, ada urusan yang perlu saya urus malam nanti" potong Redgar membuat pelayan itu mengangguk dan segera pergi setelah berpamitan.
Redgar menghela nafas jengah sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Cowok itu merasa jika dirinya semakin dewasa maka semakin banyak kegiatan yang harus dilakukannya, contohnya seperti saat ini.
"Biodata keluarga Zouhares?" Gumamnya saat menemukan sebuah data asing yang tidak begitu ia kenali.
Kedua mata Redgar sengaja disipitkan sedikit, entah kemana hilangnya kacamata kerjanya sehingga membuatnya sedikit kesulitan untuk membaca data yang baru saja ia temukan.
"A-arumi. Z-z..zouhares?" Ujarnya setelah berhasil mengucapkan nama dari salah satu anggota yang tertera disana.
Merasa tidak puas karena hanya ada data tulis, Redgar pun mencari foto si pemilik nama tadi dan... lihatlah apa yang ditemukannya. Tanpa menunggu waktu yang lama, ia dapat menemukan foto dari si pemilik nama Arumi Zouhares.
"Gua kayak pernah ketemu" terkanya sambil duduk di kursinya dengan pose berfikir andalannya. Sepertinya ia ingat, tapi siapa?
Ah iya..
"Anak baru yang bolos dan gak sengaja gua bikin kotor seragamnya" kekehnya. Kalau di ingat-ingat lagi, semua kejadian itu terasa lucu menurutnya. Namun seakan kesadaran kembali kepadanya, Redgar langsung berdehem untuk menetralkan wajahnya.
Ia kembali fokus dengan biodata yang ada di komputernya. Redgar merasa ada yang salah dengan data tersebut, namun dia sendiri tidak bisa menjawab apa yang menjadi kejanggalannya.
"Bisa gila gua lama-lama" lagi-lagi Redgar terkekeh sambil meraih sebuah soda kaleng di samping komputernya yang sengaja ia taruh.
Pessh
Dalam hitungan detik, minuman itu sudah tandas dan pindah ke dalam kerongkongan Redgar. Redgar kembali fokus dengan kegiatannya, sepertinya ia baru menyadari sesuatu.
Nama marga Arumi ada tanda silang berwarna merah dan diganti dengan marga yang baru.
"Ck, niatnya mau nyari dalang pembunuhan ortu sendiri kenapa malah jadi terlibat dengan yang lainnya?!" Geramnya sambil mengacak rambutnya sedikit frustasi.
Redgar menyandarkan tubuhnya pada di kursinya setelah mematikan komputernya. Ia mengendurkan dasi seragam yang masih digunakannya sambil meminum soda yang sengaja ia sediakan untuknya lalu ia beralih ke arah balkon kamarnya.
Langit senja itu terlalu membuatnya nyaman, Redgar perlahan memejamkan matanya lalu dibuka kembali. Entahlah, untuk hari ini dan kedepannya sepertinya ia tidak akan membuat rencana apapun.
Redgar kembali masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya sejenak di atas kasur. Ia meraih ponsel yang emang di taruh di tas sekolahnya.
Ting!
Nivago
Online|Ke markas Gar
|Ada yang perlu gua omonginSemuanya udah di markas?|
|Belum
|Baru gua, Sambiroe, sama FellaGua kesana sekarang|
ReadRedgar menghebuskan nafasnya dengan kasar sambil membanting ponselnya ke arah bantal. Ia menatap langit-langit kamarnya lalu ia segera bersih-bersih dan setelahnya barulah ia berangkat ke markas tanpa mengindahkan panggilan Arga.
Tangan kanannya itu menyebalkan.
• • •
"Hoaaamm"
Sejak awal pembelajaran, Arumi sama sekali tidak bisa konsentrasi. Entah itu karena yang mengajarinya sangat membosankan, atau materinya yang sulit ia cerna atau emang lingkungannya sedang tidak mendukungnya untuk belajar. Arumi tidak tahu itu.
Ia berusaha untuk memahami, namun memorinya selalu teringat akan kejadian tadi sore yang menimpanya. Lagi-lagi Arumi menghela nafas panjang.
Kedua tangannya sengaja ia tumpukkan, lalu kepalanya dia taruh disana. Awal-awal, ia masih bisa mendengarnya dengan baik. Namun beberapa menit kemudian, pandangannya mulai mengabur hingga akhirnya ia terlelap disana.
Ctak
Belum lama ia tertidur, sebuah penggaris besi telah mendarat di atas mejanya membuat Arumi terkejut setengah mati. Bagaimana tidak? Bahkan sekarang ia dijadikan pusat perhatian oleh teman-teman barunya yang tidak ia kenali sama sekali.
"Baru hari pertama kamu sudah buat masalah?" Ucap sang guru les baru sambil berkacak pinggang membuat Arumi meringis karena tidak bisa membela dirinya sama sekali.
"Maaf bu, saya tadi tidak bisa menahan rasa kantuk" sesalnya membuat guru itu menghela nafas.
"Apa kamu tahu apa yang kita pelajari sekarang?"
Arumi memperhatikan papan tulis sebentar lalu menggeleng sambil menunduk, bahkan ia tidak paham tentang apa yang sedang dipelajarinya saat ini.
"Saya tidak tahu"
Sang guru menghela nafas mendengarnya, "sekarang kamu berdiri di luar kelas sampai jam pengajaran selesai"
Arumi mau tidak mau menuruti ucapan gurunya. Biarpun ia mendapat hukuman setidaknya hukuman itu tidak terasa berat untuknya.
Ting!
Walaupun sepertinya ini bukan hukuman untuknya karena sekarang ia bisa bebas memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa suntuknya sejak ia menginjakkan kaki disana.
- TBC -
Part ini kemarin terhapus, maaf baru sekarang aku bisa kasihnya.
Semoga tidak bosan ya!
See u next time!
KAMU SEDANG MEMBACA
REDGARUMI
أدب الهواة"Hanya satu kata yang gak bisa gua lakuin sekarang" • • • Jika boleh dikatakan, hidup Redgar tidak sebaik apa yang orang lain lihat dari ekor mata. Kehidupan cowok itu begitu sulit hingga tidak sedikitpun ada orang yang dapat memahami situasi keadaa...